RADARBEKASI.ID, BEKASI – Di tengah melonjaknya harga minyak goreng (migor) curah, dan ada subsidi dari pemerintah, namun sejumlah pedagang pasar tradisional, merasa kesulitan untuk mendapatkannya.
Dari informasi terbaru melalui press release, Kementerian Perdagangan akhirnya melepas harga eceran tertinggi untuk minyak goreng kemasan premium, dan hanya mensubsidi minyak goreng curah.
Pedagang Pasar Sukabungah, Bojongmangu, sekaligus pemilik Toko Nana, Suryana, mengaku sudah tiga hari belakangan tidak mendapatkan minyak goreng curah.
“Sudah tiga hari ini saya tidak dapat minyak goreng curah dari agen. Biasanya ada yang nganterin,” tuturnya, Rabu (16/3).
Menurut dia, kondisi ini semakin mencekik perekonomian masyarakat. Di saat harga minyak di pasar modern tidak lagi terkendali, minyak yang kini disubsidi justru sulit didapatkan.
“Jadi, saya hanya menjual minyak goreng kemasan saja dengan harga per dua kilo Rp 37 ribu dari berbagai merek,” bebernya.
Suryana menyampaikan, sebelum kelangkaan dan naiknya harga minyak goreng, dia hanya menjual minyak curah dengan harga Rp 12 ribu per kilo, sedangkan minyak goreng kemasan Rp 24 ribu- Rp. 26 ribu per dua kilo.
Kepada Radar Bekasi, Suryana mengaku tidak mengetahui penyebab sulitnya minyak goreng kemasan di tradisional ini. Dirinya sempat mencari ke produsen lain, namun tidak mendapatkan hasil.
“Biasanya kan ada yang kirim, terus ini nggak ada. Terus saya cari ke yang lain juga sama,” ungkapnya.
Terkait adanya kebijakan pemerintah menerapkan Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 14.000 per liter untuk migor curah di pasar tradisional, Suryana tidak mengetahuinya.
“Belum tahu bagaimana itu kalau harganya cuma boleh Rp 14.000 per liter. Soalnya, pada saat migor belum langka, saya belinya Rp 14.500 per liter dari agen. Setelah dikemas sendiri, lalu saya jual Rp 16.500 sampai Rp 17.000,” tuturnya.
Pedagang lain, Tini (52) juga merasakan hal serupa. Penjual kebutuhan pokok ini mengaku mendapatkan migor curah seharga Rp 17.000 per liter. Namun, minyak itu pun sulit didapat.
“Kan memang harganya lagi naik, tapi barangnya ada. Ini mah susah,” sesalnya.
Menanggapi keluhan para pedagang itu, Sekretaris Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Andi Suhadhi, membenarkan adanya kelangkaan migor curah. Dalam beberapa hari ini, pihaknya bersama unsur TNI dan Polri pun melakukan investigasi, dan ditemukan adanya upaya penahanan distribusi minyak.
“Kami sudah melakukan tindakan-tindakan di lapangan, termasuk monitoring distribusi dari produsen sampai pedagang, banyak temuan indikasi penahanan distribusi barang,” tandas Andi.
Hanya saja, Andi enggan menjelaskan lebih lanjut indikasi penahanan distribusi tersebut. Menurut dia, setelah dilakukan investigasi, upaya itu akhirnya bisa dihentikan, sehingga distribusi kembali normal.
Adapun Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jawa Barat, Iendra Sofyan mengaku kelangkaan migor yang terjadi di pasaran. Ia juga menyampaikan ada perbedaan data ketersediaan migor dari hitungan pemerintah pusat dengan kondisi di lapangan.
Untuk itu, dia pun berharap Kementerian Perekonomian dan Kementerian Perdagangan, yang kini menggandeng kepolisian dapat mengurai persoalan ini. (and)











