Berita Bekasi Nomor Satu

Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Berupaya Percepat Realisasi Perbaikan SMPN 1 Cabangbungin

TUMPUKAN BANGKU : Petugas sekolah melihat tumpukan bangku sekolah yang tak layak pakai di SMPN 1 Cabangbungin Kabupaten Bekasi, Kamis (13/1).ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Bekasi tengah berupaya mempercepat realisasi perbaikan SMPN 1 Cabangbungin. Diharapkan, pembangunan sekolah dapat dilakukan tahun ini dengan menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2022 Perubahan.

Pelaksana Tugas Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Bekasi, Beni Saputra mengatakan, pembangunan sekolah dilakukan berdasarkan usulan dari dinas terkait. Namun, karena keterbatasan anggaran, memang tidak semua usulan dapat direalisasikan.

“Karena kalau bicara realisasi dan prioritas, bangunan yang kami bangun itu berdasarkan pada usulan. Sejauh itu diusulkan dan anggarannya tersedia akan dibangun,” ucap Beni.

Pada 2022, lanjut Beni, pembangunan SMPN 1 Cabangbungin belum masuk pada APBD. Sehingga belum dapat dibangun. Namun, pembangunan sekolah tersebut dapat diupayakan pada APBD Perubahan yang bakal disusun pertengahan tahun mendatang.

“Tahun ini belum ada. Kalau pun tahun ini, bila KUA-PPAS bisa cepat, bisa diusulkan di APBD Perubahan sehingga bisa segera dibangun tahun ini,” ucap Beni.

Seperti diketahui, kondisi SMPN 1 Cabangbungin tidak layak untuk kegiatan belajar mengajar. Sekolah tersebut perlu perbaikan karena belasan ruang kelasnya rusak, baik berat maupun ringan.

Kepala SMPN 1 Cabangbungin, Sumarni mengatakan, banyaknya ruang kelas yang rusak terjadi sejak lama. Bahkan, dua ruang kelas yang ambruk itu sudah rusak sejak 2016 hingga akhirnya hancur setahun kemudian.

“Mungkin karena memang sekolahnya juga sudah lama ya. Sekolah ini dibangun sejak 1985 sampai sekarang mungkin belum ada perbaikan, sampai yang dua itu ambruk begitu ya,” ucap Sumarni.

Kemudian, pemandangan tak kalah buruk terlihat pada sudut lainnya. Ruang-ruang kelas lain yang tak kalah memprihatinkan. Kendati masih dipayungi atap, kondisi ruang kelas itu jauh dari kata layak.

Dengan jumlah 800 siswa, ketersediaan ruang kelas itu jelas tidak memadai. Selain masih menggunakan ruang kelas yang rusak, sekolah pun dibagi dua sif, pagi dan siang.

Sumarni memastikan kondisi sekolah yang tidak memadai itu telah dilaporkan baik melalui Dinas Pendidikan Kabupaten Bekasi maupun pada musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang). Hanya saja, dari usulan itu belum terealisasi sampai pembangunan.

Teranyar, pembangunan sekolah terpaksa dipangkas lantaran digunakan untuk penanganan Covid-19.

“Usaha udah, sempat dilaporkan ikut musrembang, koordinasi ternyata belakang ini ada covid jadi gak dapet pembangunan, fokus ke covid. Harapannya kami hanya ingin kembali menjadi baik dan bagus. Saya yakin dianggarkan mungkin belum saatnya saja,” pungkasnya. (and/adv)