RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintahan Kabupaten (Pemkab) Bekasi, berupaya untuk pendistribusian kebutuhan pangan kepada pedagang dan masyarakat, melalui Satuan Petugas (Satgas) Pangan.
“Kami akan memantau kebutuhan pangan pada 12 pasar tradisional yang ada di Kabupaten Bekasi, termasuk distributor sejumlah produk untuk memastikan pengendalian harga bahan pokok,” kata Sekretaris Dinas Perdagangan Kabupaten Bekasi, Andi Suhadi.
Kata dia, menjelang Bulan Suci Ramadan 1443 Hijriyah, kebutuhan pangan sangat meningkat. Menyikapi terjadinya lonjakan harga serta sulitnya peredaran kebutuhan bahan pokok, seperti minyak goreng, telur dan lainnya.
Pihaknya bersama Satgas Pangan, yang terdiri dari TNI dan Polri, akan melakukan pemantauan serta berkoordinasi dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.
“Kerjasama dengan TNI dan Polri ini, kami datangi sejumlah distributor secara bersama, untuk memastikan harga kebutuhan pokok tetap terkendali dan lancar,” ucap Andi.
Sebagaimana diketahui, sehari setelah pemerintah mencabut aturan mengenai Harga Eceran Tertinggi (HET), minyak goreng yang biasanya sulit ditemukan di gerai minimarket, kini mendadak muncul.
Tak hanya kemunculannya yang membuat kaget masyarakat, tapi juga harga minyak goreng kemasan, ikut melambung tinggi.
Di Salah satu minimarket kawasan Tambun Selatan, harga berbagai minyak goreng kemasan ukuran dua liter, kini dipatok Rp 48.200 – Rp 49.600, atau berkisar Rp 24.000 per liter.
Dengan kondisi HET sebagaimana isi press release dari Kementerian Perdagangan, menurut Andi, pihaknya akan melakukan pendistribusian harga minyak eceran, dengan harga Rp 14 ribu per liter. Tapi dengan catatan, setiap orang hanya diperbolehkan membeli dua liter.
Dengan kondisi meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap kebutuhan pokok dan minyak goreng serta telur, harga minyak goreng malah melonjak menjadi Rp 24 ribuan per liter. Kemudian, harga telur menjadi Rp 26 ribu yang awalnya Rp 20. 000,- .
“Kalau harga bahan pokok tinggi, masyarakat juga berkurang minat belanjanya. Seperti minyak dan telur saat ini, naik harganya. Sehingga pendapatan para pedagang jadi berkurang, selain sulit dicari, kalau ada barang, harganya mahal, dan membuat perputaran tersendat,” ujar salah satu pedagang, Salmah (42).
Ia berharap, pendistribusian dan harga kebutuhan pokok bisa tetap stabil.
”Saya harapkan jangan sulit lagi peredaran kebutuhan pokok. Beberapa hari belakangan, sebagai pedagang minyak kiloan masih sulit untuk didapatkan, dan harga telur juga mengalami kenaikan,” beber Salmah.
Seorang warga, Syafrani (43) mempertanyakan kemunculan minyak goreng kemasan di minimarket tersebut pasca pemerintah mencabut aturan HET.
“Dulu saat harga Rp 14.000 – Rp 16.000 per liter, saya nggak liat minyak goreng di rak toko modern. Sekarang tiba-tiba muncul, stoknya banyak lagi, tapi dengan harga Rp 40 ribuan per dua liter,” sesalnya.
Sebagai masyarakat, dirinya mengaku berat dengan harga yang kini diberlakukan terhadap minyak goreng kemasan.
“Ini sih naiknya nyaris dua kali lipat. Sekarang yang dua liter harganya jadi hampir Rp 50.000. Giliran naik, semuanya pada ngeluarin barang, mendadak nggak langka lagi,” protesnya.
Sementara itu, Kadisperindag Provinsi Jawa Barat, Iendra Sofyan menuturkan, penghapusan HET merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemenko Perekonomian.
“Ada dua kebijakan baru, pertama untuk minyak curah, jika sebelumnya HET-nya Rp 11.500, sekarang jadi Rp 14.000. Lalu untuk kemasan, kalau sebelumnya HET Rp 14.000, sekarang dilepas ke pasaran,” ucap Iendra.
Dengan demikian, diharapkan agar suplai minyak goreng kemasan ke masyarakat, tidak lagi terhambat.
‘Mudah-mudahan dengan kebijakan baru ini, suplai minyak goreng di pasaran, harus lebih merata,” harapnya. (and)











