Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

DK3B Hidupkan Kembali Wayang Bekasi

Ketua DK3B Ali Anwar saat pembukaan Panggung Kolaborasi Seni (Pangsi) di Kota Bekasi, Minggu (27/3).

RADARBEKASI.ID, BEKASI TIMUR – Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kota Bekasi (DK3B) menggelar Panggung Kolaborasi (Pangsi) Apresiasi Seni Sastra dan Kongko Budaya dengan Tema “Wayang Bekasi Wayah Gini”.

Kegiatan berlangsung di Ruang Teater Gedung Creative Center Jalan Ir Juanda, Kecamatan Bekasi Timur, Kota Bekasi, Minggu (27/3).

Ketua DK3B, Ali Anwar mengatakan, memang kegiatan DK3B selama ini terkendala Pandemi Covid-19. Nah, panggung kolaborasi para seniman dan budayawan Kota Bekasi ini merupakan kegiatan perdana setelah Pandemi mulai mereda.

“Ya karena sekarang pemerintah sudah memperbolehkan. Maka kita selenggarakan Pangsi dengan tema Wayang Bekasi Wayah Gini,” kata Kong Away sapaan akrab Ali Anwar kepada RADARBEKASI.ID.

Kegiatan seni dengan mengusung Wayang Bekasi ini, kata dia, bukan tanpa alasan. Menurutnya, kesenian wayang perlu dipopulerkan lagi dengan bahasa dan dialog yang disesuaikan dengan konten lokal.

“Wayang biasanya berbahasa Jawa. Itu Wayang Kulit. Ada juga yang berbahasa Sunda. Itu Wayang Golek. Nah, ternyata ada juga yang berbahasa Bekasi, Wayang Bekasi,” imbuh mantan jurnalis Tempo ini.

Lebih jauh dikatakan Kong Away, Wayang Bekasi pernah populer beberapa waktu lalu dan pelaku kesenian Wayang Bekasi pun masih tetap aktif dan berkreasi.

“Jangan sampai wayang dengan tradisi dan konten lokal Bekasi ini hilang. Sedangkan anak-anak milenial belum mengenalnya,” imbuh pria yang juga sejarawan Bekasi ini.

Nah, Wayang Bekasi sambung Kong Away, masih punya potensi untuk tetap lestari di wilayah Bekasi. Karena Bekasi bercampuran, ada unsur Jawa dan Sunda serta unsur Kebetawian. Maka, saat kegiatan ini dalangnya itu wayangnya menggunakan bahasa Betawi.

“Jadi kita harapkan Wayang Bekasi ini bisa eksis kembali. Karena Wayang Bekasi ada sejak berabad-abad silam. Namun, seiring berjalannya waktu degradasi dan penurunan. Nah, sekarang di beberapa kampung sudah ketemu lagi di Bekasi ini,” ujarnya.

Dia berharap, anak-anak milenial Bekasi mengerti apabila menonton Wayang Bekasi, karena menggunakan bahasa Bekasi. Kalau menggunakan bahasa Jawa atau Sunda anak Bekasi pasti kabur karena tidak mengerti apa yang sedang diceritakan. (pay)