Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Diam-Diam Sembako Naik

Illustrasi : Pedagang membenahi telur ayam di Pasar Sukabungah Kabupaten Bekasi, Minggu (27/3). Jelang bulan ramadhan, beberapa bahan kebutuhan pokok seperti, telur ayam, cabai, bawang putih dan lainnya mengalami kenaikan harga.ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kenaikan harga minyak goreng (migor) curah maupun kemasan hingga 100 persen saat ini, membuat semua pihak melupakan yang lain. Padahal, diam-dia sejumlah kebutuhan sembilan bahan pokok (Sembako) saat ini mulai merangkak naik.

Salah satu komoditi yang mengalami kenaikan harga dewasa ini adalah bawang putih cutting, sudah terjadi dua pekan ini. Harga bawang putih jenis ini yang biasa dijual Rp27 sampai Rp28 per kg, saat ini dijual oleh pedagang di pasar Rp32 sampai Rp35 per kg.

“Pembelinya kurang (yang dirasakan oleh pedagang pasar), yang pertama ekonomi gara-gara korona, kan belum stabil,” kata salah satu pedagang di Pasar Baru, Bekasi Timur, Yusniati, Minggu (27/3).

Komoditas lain yang sempat mengalami kenaikan harta adalah tomat, saat ini sudah berangsur turun. Komoditi jenis sayur yang justru menyelinap naik harganya adalah pare.”Yang naik pare, sekarang harga pare Rp14 ribu, sebelumnya Rp12 ribu,” kata pedagang lain, Roy.

Komoditas lain yang dipastikan berangsur turun harganya adalah cabe, berkisar Rp40 hingga Rp40 ribu sesuai jenisnya. Sebelumnya, harga cabai mencapai Rp80 ribu.

Pedagang tidak mengetahui secara pasti alasan tidak menentunya harga komoditas saat ini. Hanya saja diakui, bahwa harga sejumlah bahan pokok trennya memang sedang naik.

Pantauan di Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) untuk wilayah Kota Bekasi, harga relatif stabil tidak mengalami kenaikan atau penurunan pada beberapa komoditas, yakni gula dan beras sepekan terakhir. Sementara untuk komoditas lain diantaranya daging ayam mengalami kenaikan harga pada tanggal 22 dan 23 masing-masing Rp100 dan Rp500 rupiah.

Daging sapi juga mengalami kenaikan, untuk kualitas I mengalami kenaikan harga Rp2.500, sedangkan kualitas 2 mengalami kenaikan Rp1.500 pada tanggal 25 Maret. Telur ayam naik Rp500 rupiah pada tanggal 25 Maret, bawang merah turun Rp4.500 pada tanggal 23 Maret, bawang putih naik Rp1 ribu pada tanggal 22 Maret, cabai merah besar dan keriting turun masing-masing Rp4 ribu dan Rp1 ribu sepekan terkahir, sedangkan cabai rawit hijau baik Rp2.500 pada tanggal 24 Maret setelah sempat turun Rp1.250 sehari sebelumnya, cabai rawit merah turun Rp2 ribu pada 23 Maret.

Pedagang mengeluhkan minyak goreng tak kunjung stabil harganya, justru kenaikan harga makin menjadi-jadi, cenderung tidak wajar, sampai 100 persen. Pembelian terakhir kemarin, harga minyak goreng curah mencapai Rp24 ribu per kg, naik 100 persen dibandingkan sebelumnya hanya Rp11 sampai Rp12 ribu per kg.

“Yang sekarang sangat dirasakan ya minyak goreng, karena minyak goreng ini bukan sekedar naik, tapi ganti harga,” papar Bandara Umum Komunitas Warteg Nusantara (Kowantara), Rojikin.

Sedangkan minyak goreng kemasan, harga saat ini berkisar Rp48 sampai Rp50 ribu per dua liter. Sementara harga sebelumnya hanya Rp27 sampai Rp28 ribu per dua liter. Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas lain meski tidak tajam, contohnya sayur mayur naik seribu sampai dua ribu rupiah, kenaikan hanya minus gula dan beras.

Belakangan informasi yang didapat oleh para pedagang, komoditas yang bersiap menyusul naik harganya adalah gula. Siasat mengurangi ukuran barang dagang diambil ketimbang harus menaikkan harga menu, seperti tempe dan tahu goreng di tengah naiknya harga kedelai.

Naiknya berbagai komoditas pangan oleh para pedagang dikalahkan fokusnya dengan kenaikan harga minyak. Pedagang saat ini seolah melupakan dan tidak menganggap kenaikan harga tidak seberapa berbagai kebutuhan pangan lain diluar minyak goreng, meski diakui semua memberikan andil mengurangi porsi laba 5 sampai 10 persen.

“(Kebutuhan lain) Naik, tapi paling nggak banyak. Jadi itu seolah-olah terlupakan, tidak dianggap karena harga minyak,” tambahnya.

Berkali-kali dihantam gonjang-ganjing harga, naik bergantian harga kebutuhan pangan, warteg disampaikan oleh Rojikin masih konsisten. Ia sangat menyayangkan situasi pandemi yang semakin membaik, pemulihan ekonomi sedang berlangsung, malah dihantam naiknya harga kebutuhan pangan.

Ia meminta pemerintah mulai dari kabupaten dan kota, provinsi, hingga pusat sama-sama memperhatikan dan memperjuangkan stabilitas harga kebutuhan pokok.”Kalau keinginan kami (harga stabil) bukan awal Ramadhan, sekarang juga, normal seperti biasanya,” tukasnya.

Sebelumnya, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kota Bekasi, Widayat Subroto memastikan hasil monitoring di pasar, ketersediaan bahan pokok di Kota Bekasi dalam keadaan aman, termasuk untuk memenuhi kebutuhan pada bulan Ramadhan. Untuk minyak goreng, diprediksi kenaikan yang terjadi pada bulan ramadhan tidak terlalu tinggi.”Sekarang ini stok aman, jadi pasar itu kondisinya masih melebihi dari yang kita monitoring,” ungkapnya.

Hasil monitoring naiknya harga bawang disebabkan oleh mekanisme pasar, beberapa penyebabnya adalah pasukan relatif kecil serta petani belum memasuki musim panen. Dipastikan tidak ada faktor lain yang melatarbelakangi kenaikan harga bawang.

Kecenderungan naiknya komoditas terjadi pada saya memasuki bulan Ramadhan dan menjelang akhir bulan ramadhan. Bahkan memasuki akhir bulan ramadhan kenaikannya bisa menyentuh 10 persen dari harga normal, sementara di awal bulan ramadhan kenaikannya hanya 3 sampai 5 persen.

“Biasanya nanti pas masuk bulan puasa naik-naiknya di kisaran 3 sampai 5 persen. Kemudian nanti stabil di posisi ramadhan, dan nanti lebaran naiknya bisa sampai 10 persen bagi setiap kebutuhan pokok,” paparnya. (Sur/cr1)