RADARBEKASI.ID, BEKASI – Satu hari penetapan tersangka kasus pemberian ekspor minyak sawit mentah (CPO) oleh Kejaksaan Agung (Kejagung), pabrik tempat salah satu tersangka Pierre Togar Sitanggang (TS) memimpin sebagai manager di Kota Bekasi masih nampak beroperasi.
Ya, PT. Musim Mas diketahui membawahi pabrik Minyak Goreng (Nigor) merk Sunco, lokasi produksinya berada di Kota Bekasi, di PT Mikir Oleo Nabati Industri. Radar Bekasi kemarin mendatangi lokasi pabrik di Jalan Raya Narogong, KM 9, Kelurahan Bojong Menteng, Kecamatan Rawalumbu, Kota Bekasi. Nampak lingkungan pabrik masih beraktifitas seperti biasa.
Setiap orang yang keluar masuk area pabrik harus melalui pemeriksaan petugas keamanan pabrik tidak jauh dari gerbang, nampak pekerja yang keluar pabrik diperiksa oleh petugas satu per satu. Mobil barang sumbu tiga juga nampak beroperasi keluar masuk area pabrik seperti sebelumnya saat Radar Bekasi datang ditengah kelangkaan Migor.
Satu meter masuk ke area pabrik, Radar Bekasi disambut oleh petugas keamanan, setiap orang yang datang wajib lapor dan sudah membuat janji dengan manajemen.
“Disini tidak bisa (langsung bertemu manajemen), harus buat janji dulu. Atau hubungi nomor perusahaan saja dulu untuk buat janji,” kata salah satu petugas keamanan dengan maksud menahan untuk tidak langsung masuk lebih jauh melewati batas penjagaan petugas, Rabu (20/4).
Awal bulan Maret lalu, Radar Bekasi pernah mencoba untuk membuat janji dengan manajemen dengan menghubungi nomor telepon perusahaan. Dua kali menghubungi, dua kali mendapat jawaban yang sama, sebelum akhirnya berhasil bertemu dengan manajemen bersamaan dengan kunjungan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Listyo Sigit Prabowo pertengahan bulan Maret lalu.
“Kebetulan hari ini humasnya tidak ada, nanti kalau ada kami sampaikan, kami hubungi kembali,” kata perempuan dibalik telepon perusahaan menjawab panggilan Radar Bekasi.
Sementara itu, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengaku pihaknya akan terus mendukung proses hukum yang tengah berjalan.Kementerian Perdagangan disebut siap untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam perjalanan proses hukum. Luthfi telah menginstruksikan jajarannya untuk membantu proses penegakan hukum yang telah merugikan negara beserta dampaknya pada kondisi perekonomian nasional.
“Kementerian perdagangan juga siap memberikan informasi dalam proses penegakan hukum,” katanya dalam keterangan resmi.
Sementara Presiden Jokowi mengakui bahwa Migor masih menjadi permasalahan di Indonesia sampai dengan saat ini meski pemerintah sudah mengucurkan Bantuan Langsung Tunai (BLT) Migor kepada masyarakat. Harga Migor di Indonesia masih tinggi lantaran pengaruh harga pasar internasional.
“Di pasar saya lihat minyak curah banyak yang belum sesuai dengan HET yang kita tetapkan,” ungkapnya.
Presiden Jokowi menyebut produsen Migor cenderung menjual hasil produksinya ke pasar ekspor lantaran harga pasar internasional lebih tinggi. Karena itu juga, kebijakan HET yang ditetapkan oleh pemerintah, juga subsidi yang diberikan pemerintah kepada produsen Migor yang sudah berjalan disebut belum efektif.
Tidak berubahnya harga Migor yang konsisten tinggi ini menandakan ada permainan, oleh sebab itu Jokowi menyebut ada empat tersangka yang ditetapkan oleh Kejagung.
“Dan saya minta diusut tuntas, sehingga kita bisa tau siapa yang bermain di minyak goreng ini,” tukasnya.
Sebelumnya, Kejagung menetapkan empat orang tersangka diantaranya Dirjen Perdagangan Luar Negeri, Indrasari Wisnu Wardhana (IWW), Komisaris PT Wilmar Nabati Indonesia Master Parulian Tumanggor (PT), Senior Manager Corporate Affairs PT Pelita Agung Agrindustri atau Permata Hijau Group, Stanley MA (SMA), dan General Manager di Bagian General Affair PT Musim Mas, Pierre Togar Sitanggang (TS). (Sur)











