Berita Bekasi Nomor Satu

KPPBR Sayangkan Penolakan ISBN Buku

TUNJUKKAN BUKU: Ketua KPPBR Bekasi Raya Prawiro Sudirjo menujukkan karya buku yang sudah ber-ISBN dalam suatu kegiatan. ISTIMEWA

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Komunitas Pendidik Penulis Bekasi Raya (KPPBR) Bekasi Raya menyayangkan adanya penolakan International Standard Book Number (ISBN) buku yang telah diajukan ke Perpustakaan Nasional (Perpusnas).

Ketua KPPBR Bekasi Raya Prawiro Sudirjo mengatakan, dirinya kaget adanya penolakan ISBN buku. Pasalnya, hal tersebut tidak pernah terjadi sebelumnya.

“Saya cukup kaget dengan adanya penolakan buku, yang akan kami ISBN kan. Karena sebelumnya tidak ada penolakan terkait buku yang kita ajukan,” ujar Prawiro kepada Radar Bekasi, Kamis (21/4).

Buku yang didaftarkan untuk mendapatkan ISBN ke Perpusnas melalui laman isbn.perpusnas.go.id itu berjudul “Lockdown”. Buku tersebut merupakan karya gabungan dari guru dan siswa.

Menurut informasi yang diterima KPPBR, penolakan ISBN buku ini dikarenakan Perpusnas RI sebagai agensi ISBN nasional di Indonesia mendapatkan teguran dari Badan Internasional ISBN. Teguran diikuti dengan instruksi penundaan sementara pemberian ISBN dari Badan Internasional ISBN.

Hal tersebut terjadi karena produksi judul buku di Indonesia dianggap tidak wajar dalam beberapa tahun terakhir. Pada 2020 saat pandemi mulai melanda, buku yang diberi ISBN mencapai 144.793 judul, sedangkan 2021 mencapai 63.398 judul.

“Informasi ini yang kami dapatkan, dengan adanya penolakan ISBN buku tersebut,” ujarnya.

ISBN merupakan deretan angka 13 digit sebagai pemberi identifikasi unik secara internasional terhadap satu buku maupun produk seperti buku yang diterbitkan oleh penerbit.

Setiap nomor memberikan identifikasi unik untuk setiap terbitan buku dari setiap penerbit. Sehingga keunikan tersebut memungkinkan pemasaran produk yang lebih efisien bagi toko buku, perpustakaan, universitas maupun distributor. Prawiro sangat menyayangkan adanya penolakan ISBN buku tersebut.

“Penolakan ini kami sangat sayangkan, karena dari ditolaknya ISBN ini kami diarahkan untuk QRCBN merupakan aplikasi pengidentifikasi buku dengan teknologi terbaru dengan QR Code saja,” katanya.

Sebelumnya ada 30 buku yang telah diajukan oleh KPPBR untuk mendapatkan ISBN dan disetujui. Dengan adanya penolakan ISBN buku kali ini, kata dia, akan sangat berdampak pada menurunnya semangat guru dan siswa untuk menulis.

“Kami sebelumnya sudah mengajukan 30 buku dan yang terakhir ini pengajuan kami ditolak. Jadi kami diarahkan untuk beralih pada QRCBN, soalnya untuk pengajuan ISBN diarahkan untuk buku yang penulisnya hanya satu, bukan lagi buku gabungan” terangnya.

Terkait adanya penolakan tersebut, pihaknya akan melakukan tindakan berupa sosialisasi jika anggota tidak bisa lagi mengajukan ISBN tetapi dialihkan kepada QRCBN.

“Kami akan melakukan sosialisasi kepada anggota kalau kita ga bisa lagi dapat ISBN dan bisa beralih ke QRCBN. Kami juga akan mendorong anggota untuk menulis buku tunggal dan mencetak banyak minimal 50 eks. Dan diedarkan di toko buku, agar bisa memenuhi syarat ISBN,” tukasnya. (dew)