RADARBEKASI.ID, BEKASI – Sorak riuh menggema di area Stadion Wibawa Mukti Desa Sertajaya Kecamatan Cikarang Timur, Kabupaten Bekasi. Ya, suara tersebut berasal dari para penonton lomba lari yang merebutkan hadiah uang tunai sebesar Rp 1000.000, minggu malam kemarin.
Lomba lari menjadi kegiatan alternatif sejumlah remaja di Cikarang. Mereka memilih kegiatan ini ketimbang balap motor yang dinilai mengganggu ketertiban umum. Pesertanya tidak hanya dari Cikarang saja, tapi berasal dari sejumlah daerah di Kota Bekasi, Jakarta hingga Karawang. Pesertanya pun terdiri dari kaum pria dan wanita.
Aksi balap lari tersebut viral di media sosial. Komentar warganet beraneka ragam, mereka mendukung aksi balap lari tersebut.
Pantauan Radar Bekasi di lokasi, lomba lari dengan jarak 100 meter ini dibagi menjadi dua bagian, perempuan dan laki-laki. Bagi peserta yang kalah di putaran pertama tetap mendapat hadiah uang tunai sebesar Rp 100.000. Sementara yang kalah di putaran kedua mendapatkan Rp 200.000. Kemudian untuk juara dua mendapatkan hadiah Rp 500.000, sementara juara satu Rp 1000.000.
Peserta asal Cikarang Timur yang berhasil meraih juara satu kategori laki-laki, Fajar Eksa Darmaputera (22) mengaku, tidak melakukan latihan khusus saat mau mengikuti event lomba lari ini karena sibuk bekerja, walaupun sering latihan futsal.
“Menjelang tournament ini tidak ada latihan, dulu saat SMA pernah ikut Popda antar pelajar se Kabupaten Bekasi,” ujarnya saat ditemui di lokasi lari, Sabtu (23/4/2022) malam.
Kata dia, hadiah yang berhasil diraihnya ini akan digunakan untuk mentraktir teman-temannya yang sudah suport di lokasi. “Hadiahnya untuk makan bersama, karena membantu suport di lokasi,” katanya.
Menurutnya, lomba lari seperti ini sangat bagus untuk para pemuda. “Lomba lari ini menurut saya sangat bagus untuk anak muda. Maksudnya, jauh dari kata tawuran, perang sarung, balap liar,” tuturnya.
Ditempat yang sama, pemenang lomba lari kategori perempuan, Diva Aprilian (19) mengungkapkan, saat mau mengikuti event lomba lari ini dirinya sudah menyiapkan diri, dengan berlari setiap sore. “Suka lari-lari sore, memang sudah dipersiapkan sebelumnya. Hadiahnya buat lebaran,” ucap perempuan yang tinggal di Jakarta ini.
Perempuan kelahiran Pekanbaru ini mengaku, mengetahui adanya lomba lari ini dari saudara yang tinggal di wilayah Cikarang. “Mengetahui adanya event lari setelah saudara mengirimkan poster. Ini baru yang pertama lomba lari,” ungkapnya.
Sementara itu, peserta yang meraih juara dua, Ayu Lestari menuturkan, awalnya tidak tahu bakal mengikuti event lari ini. Walaupun memang semenjak bulan Ramadan itu ada balap lari liar, melihat di Medsos. Namun tiba-tiba namanya didaftarkan sama temen dalam event lomba lari ini.
“Biasanya latihan lari, saya juara dua, tapi tetap senang baru ada kegiatan yang positif seperti ini,” katanya
Panitia lomba lari, Ade Irwan Marjuki mengatakan, kegiatan ini bisa terselenggara atas dukungan dan support dari Kapolres Metro Bekasi. Mengingat, semenjak bulan Ramadan lomba lari di tempatnya ini tidak terorganisir, siapa saja. Sehingga perlu dilakukan event seperti sekarang agar lomba lari ini bisa terorganisir.
Dalam event lomba lari ini, ada delapan peserta dari dua kategori, perempuan dan laki-laki. Karena pesertanya terbatas. “Peserta terbatas delapan orang putra, delapan orang putri. Mengutamakan wilayah disini dulu, untuk kedepannya baru terbuka. Mudah-mudahan kedepannya lebih sukses lagi,” katanya.
Kapolres Metro Bekasi, Kombes Pol Gidion Arif Setyawan menuturkan, lokasi balap lari ini tidak mengganggu kegiatan masyarakat secara umum, karena terletak di jalan yang buntu. Kegiatan balap lari yang dilakukan oleh anak-anak muda ini mendapat aspirasi dari masyarakat setempat, kemudian di fasilitasi menjadilah sebuah event, yang diberi nama Lari Ramadan Anak Tongkrongan.
“Hari ini kita kembali menengok rekan-rekan yang melaksanakan balap lari di area stadion Wibawa Mukti. Jadi kita mengapresiasi itu, kemudian menyemangati. Ini tidak mengganggu masyarakat,” tuturnya
Kata dia, dengan adanya kegiatan ini bisa merubah paradigma, dari anarkis menjadi terpuji. Selain itu, bisa menjadi sarana untuk mencari bibit pelari masa depan. “Dengan aktivitas malam ini bisa memberikan contoh bahwa anak-anak bisa melakukan kegiatan secara konstruktif, edukatif, dan menghibur masyarakat. Bisa dinikmati banyak orang, dan UMKM berjalan dengan baik,” katanya (pra)