RADARBEKASI.ID, BEKASI – Persoalan sampah dan pencemaran lingkungan di Kabupaten Bekasi hingga saat ini belum terselesaikan dengan baik. Buktinya, sedikitnya enam sungai di kabupaten dengan 23 kecamatan ini diketahui tercemar limbah industri. Tak hanya itu, Sebagian sungai pun dipenuhi dengan tumpukan sampah.
Aktivis Lingkungan, Dedi Kurniawan menegaskan, kondisi sungai di Kabupaten Bekasi dinyatakan sudah tercemar berat. Dari sumber data yang ada di Rumah Energi Indonesia (REI), ada sekitar 400 sampai 600 kilogram tinja (kotoran manusia) yang dibuang ke Kalimalang.
“Patokan kita Kalimalang, sekarang kondisinya dalam tercemar berat. Apalagi sungai yang lainnya, itu karena tidak ada penanganan yang kongkrit,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Rabu (27/7/2022).
Pria yang akrab disapa Jhon ini mengungkapkan, di Kabupaten Bekasi ada enam sungai, seperti Kali Cikarang, Jambe, Sadang, Cikarang Bekasi Laut (CBL), dan Ciherang, yang bentangan atau lebarnya lebih dari delapan meter. Saat ini kondisinya sudah tercemar berat. “Itu saya nyatakan sudah tercemar berat,” tukasnya.
Jhon menceritakan, rata-rata sampah di enam sungai tersebut panjangnya lebih dari lima meter dan lebarnya sekitar enam sampai delapan meter. Kemudian ketebalannya itu setengah meter. Hal itu berdasarkan data kajian yang dirinya setiap kali mengadakan aksi.
“Jadi ada sistem layering di sungai itu, paling atas pasti styrofoam, setelah itu sampah rumah tangga, lalu eceng gondok, dan yang bawah biasanya kayu. Ketebalannya itu bisa setengah meter,” ucapnya.
Pemerintah Kabupaten Bekasi mencatat, setiap hari ada sekitar 2000 ton sampah yang dihasilkan warga. Sementara yang berhasil diangkut ke TPA Burangkeng senya sekitar 800 ton. Selebihnya di bakar, di timbun hingga dibuang ke sungai.
Pantauan Radar Bekasi di sungai Cikarang, tepatnya di Kampung Lubang Buaya, Desa Sukarangin, Kecamatan Sukawangi, terlihat tumpukan sampah yang menjular panjang, hingga menutup aliran sungai tersebut. Bahkan, menimbulkan aroma tidak sedap.
Warga Kampung Lubang Buaya, Muhammad Ali (30) menceritakan, penumpukan atau ketebalan sampah sekitar empat sampai lima meter. Untuk panjangnya sekitar 200 meter.
“Air sudah nggak mengalir sama sekali, karena tersendat sampah. Ini sudah terjadi dari bulan Mei, pencemarannya benar-benar bau, dampaknya sampai ke sumur milik warga, jadi bau. Sehingga untuk sehari-hari harus beli. Kemudian pertanian kekurangan air, karena nggak mengalir,” ucapnya saat ditemui di lokasi sampah.
Dirinya meminta, agar pemerintah daerah bisa melakukan normalisasi sungai. Pasalnya, normalisasi yang dilakukan sebelumnya oleh pemerintah daerah melalui dinas terkait tidak optimal, sehingga penumpukan sampah masih terus menghantui warga sekitar sungai.
“Saya minta pemerintah bisa melakukan normalisasi secepatnya. Normalisasi sebelumnya tidak sesuai harapan warga, karena hanya di pinggir-pinggir sungai saja, sehingga tanah turun lagi, longsor. Sedangkan di tengah sungai tidak dinormalisasi,” ungkapnya.
Terpisah, Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdan menuturkan, sistem pengelolaan sampah di Kabupaten Bekasi ini perlu direformasi total, karena cakupannya masih sangat kecil, baru 30 persen layanan masyarakat yang terlayani angkutan. Karena Sarana sangat terbatas dan TPA penuh.
“Upaya kita akan kerjasama dengan swasta, karena kalau semuanya ditanggung APBD sangat menyita keuangan daerah. Mudah-mudahan solusi-solusi ini bisa kita gulirkan sehingga darurat sampah di Kabupaten Bekasi bisa kita tangani,” ucapnya.
Untuk penyelesaian sampah di sungai Cikarang, tepatnya di Sukawangi, dirinya menuturkan, akan dibersihkan secara rutin. Hanya problemnya ketika diangkut ke Burangkeng butuh waktu dan biaya yang sangat besar, sehingga saat ini dirinya berencana membangun TPS tiga R di Muara Gembong. “Mudah-mudahan dalam tiga bulan ini bisa diselesaikan,” katanya.
Tetapi tentu akar masalahnya bukan hanya di sana, timbul sampah di Sukawangi itu akibat perilaku masyarakat membuang sampah ke sungai mulai dari hulu dan tengahnya. Oleh karena itu dalam jangka menengah, dirinya akan melakukan edukasi secara masif kepada masyarakat.
“Kami akan melakukan edukasi masif untuk masyarakat di sekitar aliran sungai untuk bisa menghentikan kebiasaan membuang sampah ke sungai. Tentu perlu ditambah sarana dan prasarananya,” ucapnya. (pra)