Berita Bekasi Nomor Satu

DBD Tembus 1.910 Kasus

FOGGING : Warga melakukan fogging di Kawasan Perumahan Vida, Padurenan, Mustikajaya, Kota Bekasi, belum lama ini. Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat ada sebanyak 1.910 kasus hingga Juli 2022. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dinas Kesehatan Kota Bekasi mencatat kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Bekasi hingga 29 Juli 2022 tembus di angka 1.910 kasus dengan pasien meninggal dunia sebanyak 11 orang.

Jumlah ini mendekati total kasus pada tahun 2021 lalu sebanyak 2.004 kasus. Dinkes juga mencatat pada 2020 DBD sempat menurun di angka 1.646 kasus, lebih rendah dari tahun 2019 di angka 2.484 kasus.

Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Kota Bekasi Tanti Rohilawati menjelaskan, perlu peran semua pihak tidak hanya Dinkes untuk mencegah melonjaknya kasus DBD.

Pasalnya kata dia pencegahan bisa dilakukan semua lapisan masyarakat di lingkungan dengan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).

“Bagaimana juga DBD itu bukan satu-satunya tanggung jawab dari Dinkes, karena DBD ini adalah yang disebabkan oleh nyamuk. Kenapa munculnya nyamuk, yaitu karena ketidak bersihan di lingkungan rumah,” ungkapnya kepada Radar Bekasi.

Sehingga, kata dia pelaksanaan PSN, harus menjadi perhatian bagi seluruh masyarakat. Selain itu pihaknya juga mengajak masyarakat untuk menekan angka DBD.

“Saya mengimbau dan mengajak masyarakat untuk menekan angka DBD, salah satunya dengan cara PSN dari masing- masing keluarga atau menjadi Jumantik di masing-masing rumahnya,” tuturnya.

Selain itu pihaknya juga meminta ada surat edaran langsung dari Plt Wali Kota menggalakan gotong royong di masing-masing wilayah.

“Kami meminta kepada pak Plt dengan membuat surat edaran untuk digalakkan gotong royong di masing-masing wilayah,” terangnya.

Angka kasus DBD yang sudah mencapai 1.910 ini, diharapkannya tidak kembali meningkat dengan upaya dan keterlibatan semua pihak.

“Kasusnya sudah 1.000 lebih, jadi ini harus ada kerjasama yang baik antar masyarakat, agar angka kasusnya tidak terus meningkat,” ucapnya.

Terpisah, salah satu masyarakat Kecamatan Jatiasih, Soraya merasakan adanya peningkatan jumlah nyamuk. Pihaknya mengakui kebersihan menjadi prioritas, terlebih adanya potensi sarang nyamuk.

Apalagi area halaman yang banyak ditumbuhi pepohonan dan potensi genangan. Sehingga kata dia, pencegahan lewat PSN yang digaungkan pemerintah coba diterapkan.

“Sekarang ini sih saya selalu menguras bak mandi saya, tidak membiarkan ada air yang menggenang, dan selalu mempersiapkan bagian perkebunan depan rumah agar tidak menjadi sarang nyamuk,” pungkasnya. (dew).