Berita Bekasi Nomor Satu

Pasien Cacar Monyet Harus Dapat Dukungan Mental, Ini Penjelasannya

Virus penyebab cacar monyet atau monkey fox.

RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Penyakit cacar monyet awalnya merupakan penyakit yang berasal dari negara endemik atau Afrika. Kini, penyakit itu meluas ke negara di luar endemik termasuk Indonesia yang saat ini melaporkan kasus pasien pertamanya yakni seorang pria 27 tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan bahwa pasien cacar monyet mayoritas menyerang kelompok sesama jenis atau LGBT. Makanya, penyakit ini dapat menimbulkan stigma atau pandangan tertentu dari sosial.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, tidak seperti Covid-19 situasi ini membuat pasien pertama cacar monyet pasti membutuhkan dukungan mental dan sosial. Masyarakat harus diberikan edukasi dan literasi seputar penyakit ini.

“Pasien pertama kita harus beri support, dukung mentalnya. Perlu ada dukungan kelompok. Ini perlu sekali, sejak bahkan sebelum monkeypox ini saya sudah prediksi ini akan jadi masalah besar. Kita harus siap,” kata Dicky kepada JawaPos.com, Minggu (21/8).

“Ini bukan hanya bicara akses layanan obat, mental, sosial, literasi, ini bukan hanya itu. Yang bersangkutan juga akan menjalani isolasi, 3 minggu. Itu harus ada dukungan,” jelasnya.

Dicky menegaskan, cacar monyet bukan penyakit menular seksual, tetapi memang dapat menular lewat hubungan intim. Makanya, bukan hanya pada kelompok LGBT saja, tetapi dapat menular kepada mereka yang berganti pasangan, atau bahkan hanya menyentuh benda-benda pasien seperti dari handuk, kasur, atau selimut

“Monkeypox ini kan berisiko tinggi ada di komunitas gay atau penyimpangan perilaku seksual, ini kan jaringannya ada di mana-mana. Saat ini berbeda dengan dulu. Umumnya kelompok mereka aktif di usia aktif mobile. Dan jangan terbangun stigma, karena ini bisa menular kepada masyarakat umum juga, semua berisiko,” kata Dicky.

Hal senada dikatakan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan Mohammad Syahril. Ketika ditanya apakah pasien masuk dalam kelompok LGBT, Syahril menegaskan agar masyarakat jangan mengaitkan penyakit cacar monyet hanya menyerang kelompok tertentu. Ia menegaskan bahwa cacar monyet tertular lewat kontak erat seperti bersentuhan, berpelukan, tidur bersama, hingga dari barang-barang yang disentuh pasien seperti handuk dan selimut.

“Ingat ya, cacar monyet tak menyerang kelompok-kelompok tertentu ya, tetapi menular karena kontak erat saja. Semua orang yang kontak erat dengan pasien, dia risiko tinggi penularan,” ungkapnya.

Syahril menjelaskan semua orang memiliki risiko sama dengan siapa saja. Artinya jika memang ia mengalami kontak erat, siapapun berisiko.

“Kepada semua orang punya risiko jika kontak erat. Kami mengumumkan adanya pasien pertama sebagai bukti sikap transparan, tak mau ada kesalahpahaman, kami tetap lakukan penanganan secara proporsional,” tutur Syahril. (rbs)