RADARBEKASI.ID, BEKASI – Harga telur di atas Rp 30 ribu belakangan disebut sebagai rekor tertinggi sepanjang sejarah. Momentum pencairan Bantuan Sosial (Bansos) mempengaruhi kenaikan harga telur.
Di tengah dinamika pergerakan harga telur di pasar, peternak ayam petelur kecil beberapa tahun belakangan ini nasibnya berada di ujung tanduk, prospek bisnis yang sudah digeluti puluhan tahun dinilai suram.
Salah satu peternak ayam petelur di Kota Bekasi ada di wilayah Kelurahan Cimuning, Kecamatan Mustikajaya. Pengusaha ayam petelur, Ken (55) bercerita bahwa sudah beberapa tahun ini prospek bisnisnya anjlok. Terlebih makin tingginya biaya perawatan termasuk harga pakan ternak.
“Kita sudah tidak ada artinya, sudah sedikit. Sebab memang situasi peternakan itu memang sudah tidak menguntungkan,” katanya saat dijumpai, Kamis (25/8).
Sekarang, dalam sehari telur yang dihasilkan dari total 10 ribu ayam petelur yang ada hanya berkisar 600 kg. Padahal pada masa-masa keemasan bisnisnya, dalam sehari telur yang dihasilkan dan terjual mencapai 4 ton dalam sehari, sebelum tahun 2010 lalu.
Industri skala besar menjadi penyebab runtuhnya bisnis ternak ayam petelur perorangan seperti dirinya, menguasai pasar dari hulu sampai ke hilir. Saat ini telur yang dihasilkan hanya didistribusikan untuk mencukupi kebutuhan telur di sekitar lingkungan peternakan saja.
“Mereka kan dengan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) itu kan mereka boleh diizinkan sama pemerintah setau saya dari hulu sampai hilir. Ya yang mandiri kecil-kecil ini ya mati semua,” ungkapnya.
Ken mengaku pesimis usia bisnisnya masih akan bertahan dalam waktu yang lama, sudah lebih dari 30 tahun ia menekuni bisnis ini. Hal yang sama juga dialami oleh rekannya sesama pengusaha ayam petelur, bahkan sudah banyak yang gulung tikar.”Kayanya masa depannya sudah nggak ada untuk peternak kecil,” tambahnya.
Pantauan Radar Bekasi, aktivitas di lokasi peternakan nampak tidak sibuk. Sesekali hanya didapati beberapa pembeli datang.
Telur saat ini dijual harga Rp 28 ribu sampai Rp 29 ribu. Ia menyebut kenaikan harga telur ini terjadi akibat tingginya permintaan, sementara penawaran terbatas. Terlebih, pada saat momentum pencairan Bansos, sebagian besar telur terserap oleh belanja pemerintah.
“Itu naiknya cuma temporer aja, kalau dilihat di media kan di Jawa Tengah kan buat Bansos,” tukasnya.
Pernyataan ini senada dengan apa yang disampaikan oleh Kementerian Perdagangan, (Kemendag), Zulkifli Hasan, bahwa pencairan Bansos turut mempengaruhi harga telur.
Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kota Bekasi, ketersediaan telur di Kota Bekasi mencapai 753.838 kg per hari pada awal pekan kemarin. Sementara, kebutuhan telur Kota Bekasi mencapai 316.784 kg per hari.
Hasil pemantauan yang dilakukan oleh DKPPP, ketersediaan bahan pangan termasuk telur ayam ras di Kota Bekasi masih tergolong aman.
“Ketersediaan 12 pangan strategis di Kota Bekasi dalam kondisi aman dan tercukupi, sesuai dengan data kebutuhan pangan berdasarkan perhitungan PPH konsumsi,” kata Kepala DKPPP Kota Bekasi, Herbert Panjaitan. (sur).