RADARBEKASI.ID, MALANG – Kerusuhan Stadion kanjuruhan malang menjadi kericuhan suporter dengan jumlah terbanyak setelah Peru 1958.
Baca juga:
Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, terjadi setelah laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pada lanjutan Liga 1 2022/23, Sabtu (1/10/2022).
Duel Arema vs Persebaya berkesudahan dengan skor 3-2 kemenangan tim tamu.
Hasil itu membuat sejumlah oknum Aremania -suporter Arema- kecewa hingga turun ke lapangan mencari pemain dan ofisial.
Pihak keamanan yang coba meminimalisasi kerusuhan dengan melepaskan gas air mata.
Sayang, tembakan gas air mata itu harus dibayar mahal. Banyak suporter sesak napas, dan tak sedikit pula yang bertumbangan.
Polisi mencatat 34 orang tewas di dalam stadion, sedangkan sisanya meninggal dunia saat menjalani perawatan di rumah sakit.
“Karena gas air mata itu, mereka (suporter, red) pergi ke satu titik, di pintu keluar, kemudian terjadi penumpukan dan dalam proses penumpukan itu terjadi sesak napas, kekurangan oksigen,”ungkap Kapolda Jatim Irjen Nico.
Jumlah korban jiwa kerusuhan di Stadion Kanjuruhan melampaui tragedi di Accra Sports Stadium, Ghana, yang sebelumnya menempati peringkat kedua.
Korban jiwa dalam tragedi yang terjadi pada 9 Mei 2001 itu mencapai 126 orang.
Namun, tragedi paling memilukan dalam sejarah sepak bola yang merenggut lebih banyak korban jiwa terjadi di Peru pada 1958.
Saat itu, sekitar 40 ribu penonton yang memadati Stadion Nasional, Lima, untuk menyaksikan laga Peru vs Argentina.
Namun, suporter mengamuk beberapa menit mejelang laga usai. Pemicunya ialah saat wasit menganulir gol penyeimbang skor Peru saat tim tuan rumah tertinggal 0-1 dari Argentina.
Fan Peru yang tidak terima mencoba masuk ke lapangan sehingga kericuhan tak bisa dihindarkan. Korban tewas akibat insiden itu mencapai 320 orang. (rbs)