Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Aktifkan Lagi Patroli Sekolah

MINTA MAAF KEPADA ORTU : Pelajar yang viral tawuran viral di Cikunir Bekasi Selatan, Kota Bekasi meminta maaf kepada orang tuanya saat proses pengembalian di Polres Metro Bekasi Kota, Senin (10/10). Sebanyak 6 pelajar mengaku menyesal dan kini diangkat menjadi duta anti tawuran Kota Bekasi. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi tengah menyusun strategi untuk menurunkan potensi tawuran antar pelajar yang terjadi di Kota Bekasi. Salah satunya melalui Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Sementara itu, Kemarin, Polres Metro Bekasi Kota mengangkat enam pelajar tingkat menengah atas menjadi duta pelajar anti tawuran, pihak kepolisian juga rencananya akan bekerjasama dengan pemerintah kota untuk menyelesaikan permasalahan ini.

Isak tangis seperti menjadi pemandangan yang biasa pada saat pelaku tawuran dikembalikan kepada orang orang tuanya. Hal ini terlihat lagi di Markas Polres Metro Bekasi Kota saat enam pelajar yang video aksi mereka di Jalan Raya Cikunir tersebar pada 7 Oktober lalu bersimpuh di kaki orang tua mereka, tidak ada yang absen meneteskan air mata.

Setelah diberikan pembinaan dan membuat surat pernyataan tidak mengulangi perbuatannya lagi, keenamnya didapuk sebagai duta pelajar anti tawuran dengan tujuan membantu kepolisian mengkampanyekan pencegahan aksi tawuran.

“Saya menyesal atas video viral kemarin, stop tawuran. Jadilah siswa yang berprestasi, supaya jadi kebanggaan sekolah, kebanggaan orang tua, dan kebanggaan negara,” begitu kalimat pertama yang keluar dari mulut salah satu pelajar, R setelah aksinya bersama dengan lima rekan lain terungkap dan dibawa ke Mapolres Metro Bekasi Kota.

Kapolres Metro Bekasi Kota, Kombespol Hengki mengatakan bahwa aksi keenam pelajar tersebut didasari oleh keinginan untuk mencari jati diri, serta ingin keberadaannya diakui oleh lingkungan. Peristiwa R dan rekan-rekannya yang lain kata Hengki, menjadi pembelajaran berharga bagi para pelajar.

R dipilih lantaran dianggap terlibat langsung dalam aksi tawuran, meskipun tidak menimbulkan korban luka atau korban jiwa. Pernyataan R dan rekan-rekannya akan akan menjadi modal penting untuk mengedukasi pelajar yang lain.

“Kenapa saya punya pemikiran (menjadikan keenam pelajar tersebut sebagai duta pelajar anti tawuran), yang bersangkutan sendiri yang ada dalam video itu. Kita ketahui bersama bahwa tidak ada yang menjadi korban, karena hanya mencari jati diri saja,” paparnya.

Langkah berikutnya, ia akan berbicara langsung dengan Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi, terkait dengan kerjasama menekan angka tawuran pelajar. Aksi ini rencananya akan diawali dengan deklarasi anti tawuran pelajar se Kota Bekasi.

“Makanya kita jadikan duta anti tawuran tujuannya itu, kedepan kita akan ada tindaklanjuti bersama dengan pemerintah kota Bekasi,” tambahnya.

Aksi tawuran pelajar memang tengah menjadi perbincangan di tengah masyarakat akhir-akhir ini. Aksi para pelajar tersebut juga mendapat perhatian dari Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto, ia sampaikan melalui salah satu unggahan akun media sosial miliknya.

Sementara itu, Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Bekasi juga tengah merencanakan beberapa aksi untuk menekan angka tawuran di Kota Bekasi, salah satunya dengan mengaktifkan kembali Patroli Keamanan Sekolah (PKS). Wikipedia mencatat Patroli Keamanan Sekolah atau disingkat PKS ini merupakan salah satu jenis ekstrakurikuler di sekolah, dibentuk pada tanggal 5 Mei 1975.

Tugas dari patroli keamanan siswa ini meliputi pengawasan dari tindakan negatif yang terjadi di sekolah, hingga ke bidang kelalulintasan. Kegiatan ini kata Krisman memang sudah tidak aktif lagi saat ini, ia berpendapat kegiatan ini bisa diaktifkan lagi untuk meningkatkan keamanan, sekaligus memitigasi potensi tawuran.

“Saya juga nanti mau coba rapat dengan kepala sekolah. Coba lah, dengan meningkatnya tawuran, geng-gengan, itu biar kondusif. Kasihan juga, kalau nyawa mereka melayang bagaimana,” ungkapnya.

Setidaknya ada dua indikator lain yang mesti diperbaiki Kata Krisman, selain mengaktifkan lagi PKS. Pertama, sekolah harus memastikan siswa benar-benar pulang ke rumah setelah jam pelajaran berakhir. Kedua, komunikasi antara guru kelas dengan orang tua harus benar-benar terjalin erat untuk sama-sama memantau siswa di dalam maupun di luar sekolah.

Terkait dengan munculnya fenomena akun keributan yang dibuat oleh kelompok siswa di sekolah, ia mengatakan bahwa penyelesaian permasalahan ini membutuhkan kerjasama antara sekolah dengan orang tua. Tidak cukup sekolah dan pemerintah dalam hal ini Disdik, orang tua diminta untuk lebih meningkatkan kepedulian dan pengawasan terhadap anak-anaknya, sesekali orang tua bisa memeriksa akun media sosial milik anak-anak mereka.

“Itu kan perlu disini orang tua lebih dekat lagi dengan anak-anaknya,” tandasnya.

Pengaruh kemajuan teknologi tidak bisa hanya diyakini membuahkan dampak positif, pengawasan tetap diperlukan kepada anak-anak, terutama para pelajar. Menurutnya, kelompok paling rawan terlibat aksi tawuran ini adalah kelompok pelajar yang telah menginjak bangku kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP). (sur)