RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah harus lebih selektif dalam menerima pengajuan hingga menerbitkan izin pembangunan investor, kemudahan investasi tidak boleh menimbulkan persoalan bagi masyarakat, seperti banjir. Daerah resapan air yang semakin sempit, aspek kemiringan permukaan tanah, hingga drainase yang tidak terkoneksi menjadi faktor semakin tinggi potensi banjir di Kota Bekasi.
Kota Bekasi memiliki luas daratan 210,49 km persegi. Dengan jumlah penduduk 2,5 juta jiwa, kepadatan penduduk mencapai 12 ribu jiwa per km persegi. Kemiringan permukaan tanah di Kota Bekasi hanya 0 sampai 2 persen, dengan ketinggian 11 sampai 81 meter dari permukaan laut.
Pengamat Tata Kota, Yayat Supriatna mengatakan bahwa dengan debit air yang besar, level permukaan air di sungai dengan permukaan tanah di Kota Bekasi hampir sama. Sehingga, ketika debit air di sungai tinggi, aliran air di saluran-saluran lingkungan warga tidak mengalir lancar ke saluran utama.
“Di saluran penghubungnya itu ada potensi perlambatan, sehingga air yang tergenang di badan jalan, air yang ada di drainase dalam sistem drainase yang menyeluruh itu akan sulit lancar,” paparnya.
Ia menyebut level kemiringan permukaan tanah di Bekasi tidak bisa membantu laju arus air seperti di daerah lain, seperti Bogor, terbantu oleh faktor gravitasi. Karakter permukaan tanah yang datar di Bekasi bisa membuat drainase tidak berjalan dengan baik.
Sehingga kata dia, dengan curah hujan 50 sampai 100 milimeter saja, potensi genangan bisa terjadi dimana-mana. Untuk membuat Kota Bekasi aman dari banjir, harus dilihat sistem tata airnya, mulai dari kapasitas drainase, terlebih saat curah hujan akhir-akhir ini dalam kategori ekstrim.
Beberapa alternatif bisa dilakukan oleh Pemkot Bekasi, diantaranya menyiagakan pompa air dengan kapasitas besar di titik-titik rawan banjir, terlebih di lokasi rawan banjir yang sistem drainasenya tertutup.
“Apalagi yang tertutup, kalau dimensinya kecil, kawasan terbangunnya besar, ya potensi run off airnya makin tinggi, akan membuat drainase tidak maksim. Bekasi yang metropolitan itu seharusnya genangan tinggal kenangan,” tambahnya.
Ia juga memberikan saran Kota Bekasi untuk memaksimalkan polder air, dengan catatan polder air tersebut dalam keadaan terawat, serta terkoneksi dengan sistem drainase perkotaan.
Dalam menghadapi kemudahan investasi kata Yayat, yang paling utama adalah memetakan kawasan rawan banjir, lokasi ini tidak disarankan untuk secara masif dilakukan pembangunan. Atau dengan kata lain, memperhatikan tata ruang.
Selanjutnya, pengembang kawasan perumahan yang hanya membangun jalan tanpa drainase. Akibatnya, kawasan perumahan aman dari banjir, justru meninggalkan permasalahan di luar lingkungan perumahan.
“Kalau dia rawan banjir baik musim penghujan atau non penghujan, ya tidak recommended lah,” tandasnya.
Ketua Komisi II DPRD kota Bekasi, Arif Rahman Hakim juga meminta Pemkot Bekasi untuk lebih selektif dalam memverifikasi ajuan pengembang yang akan berinvestasi di Kota Bekasi. Kota Bekasi kata Arif, tidak menolak kehadiran investor selama patuh pada ketentuan yang diatur, sesuai dengan peraturan yang ada di Kota Bekasi, maupun yang dibuat oleh pemerintah pusat.
“Kita menerima sebaik-baiknya para investor di Kota Bekasi yang akan meningkatkan PAD kita, tapi kan harus mengikuti aturan yang telah diatur oleh pemerintah daerah dan pemerintah pusat,” ungkapnya.
Empat hari terakhir kondisi di hulu Kali Bekasi, yakni kawasan Sungai Cikeas curah hujan mulai meningkat. Bahkan pada hari Minggu malam lalu, Tinggi Muka Air (TMA) di kawasan Cibinong mencapai 370 cm, sampai di Cikeas TMA berada di 390cm, paling tinggi selama tahun 2022 ini.
Akibatnya, air meluap di kawasan perumahan Bumi Dirgantara Permai, Jatisari, Jatiasih, dan Perumahan Villa Nusa Indah Tiga, Bojong Kulur, Kabupaten Bogor. Meskipun, ketinggian air di wilayah pemukiman warga tidak sampai masuk ke dalam rumah, tetapi membanjiri akses jalan.
“Jadi selama empat hari terakhir itu curah hujan meningkat di hulu, terutama hulu yang berhubungan dengan Cikeas, kalau Cileungsi belum signifikan,” kata Ketua Komunitas Peduli Sungai Cileungsi dan Cikeas (KP2C), Puarman.
Sampai dengan saat ini kata Puarman, belum ada banjir di area perumahan sepanjang Kali Bekasi akibat kiriman air dari wilayah Bogor. Banjir yang terjadi di beberapa titik pekan lalu dinilai dampak dari hujan lokal yang terjadi di Kota Bekasi. (Sur)