RADARBEKASI.ID, BEKASI – Masyarakat Kota Bekasi harus waspada datangnya bencana banjir disaat memasuki musim penghujan seperti saat ini. Pasalnya, sejumlah wilayah di Kota Bekasi kerap menjadi langganan banjir jika turun hujan dengan intensitas tinggi maupun sedang.
Hasil analisis dinamika atmosfer yang dilakukan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menunjukkan adanya sirkulasi klonik yang membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin. Peristiwa ini yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan, cuaca ekstrim diprediksi berlanjut sampai 15 Oktober mendatang.
Selain itu, aktifnya fenomena gelombang atmosfer Madden Jullian Oscillation (MJO) yang berinteraksi dengan gelombang Rossby Ekuatorial dan gelombang Kelvin secara tidak langsung dapat menumbuhkan pertumbuhan awan hujan di beberapa wilayah di Indonesia. Potensi curah hujan sedang hingga lebat periode 9-15 Oktober salah satunya diprediksi terjadi di sebagian wilayah DKI Jakarta dan Jawa Barat.
“Kondisi dinamika atmosfer di wilayah Indonesia masih cukup signifikan, berpotensi mengakibatkan peningkatan potensi cuaca ekstrim di beberapa wilayah dalam sepekan ke depan,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati.
Pada tanggal 7 Oktober lalu, ada tujuh wilayah kecamatan, 19 kelurahan terdampak banjir, U turn di ruas Jalan Ahmad Yani pun tergenang, sehingga membuat lalu lintas tersendat. Ketinggian air di belasan titik banjir berkisar mulai 20 cm sampai 150 cm, laporan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) tidak ada warga yang terpaksa harus mengungsi ke tempat lebih aman.
Dua peristiwa banjir pekan lalu diketahui akibat hujan lokal, bukan kiriman air dari hulu, tidak ada laporan banjir di pemukiman warga yang berada di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Kali Bekasi yang proyek revitalisasinya tengah dikerjakan. Berdasarkan data terakhir, Kota Bekasi juga telah memiliki 37 polder air, tersebar di 12 Kecamatan.
Tapi, puluhan folder dengan kapasitas 3 juta meter kubik air itu belum berhasil membebaskan Kota Bekasi dari Banjir. Selanjutnya, Kota Bekasi juga telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) nomor 06 tahun 2020 tentang sistem drainase, Perda ini mengamanatkan pemerintah kita untuk menyusun rencana induk sistem drainase, sampai saat ini belum rampung.
“Nah ini, kita kan mau minta set plant drainase perkotaan kita seperti apa, kita mau gelar itu juga, lalu kita mau lihat sampai dimana progresnya dari Perda yang sudah diajukan,” ungkap Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi, Arif Rahman Hakim.
Sistem drainase perkotaan sangat dibutuhkan di tengah gejolak pembangunan yang masif di Kota Bekasi. Banjir akan terus menjadi Pekerjaan Rumah (PR) jika pemerintah tidak konsen pada sistem drainase perkotaan.
Rapat kerja dengan pemerintah daerah, khususnya Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kota Bekasi disebut oleh Arif sebagai agenda rutin, terutama rapat-rapat terkait dengan kesiapan penanganan banjir. Namun, mengamati dua kali peristiwa banjir pekan lalu, Arif mengaku sanksi dengan kesiapan DBMSDA, ia juga menyebut ada beberapa kegiatan penanganan banjir yang belum dilaksanakan memasuki musim penghujan.
Akhir bulan ini, Komisi II DPRD kota Bekasi rencananya akan mengundang DBMSDA Kota Bekasi untuk rapat membahas progres penyelesaian banjir di Kota Bekasi.”Ini kan belum maksimal nih, ini belum parah (curah hujan) bulan ini kan, ada kemungkinan akan ada hujan yang lebih dahsyat lagi, sampai dimana kemampuan kita menangani itu,” tambahnya.
Terkait dengan kemampuan folder dalam mengantisipasi debit air yang besar di Kota Bekasi, ia mengakui bahwa perawatan puluhan polder belum maksimal di Kota Bekasi. Faktor utamanya adalah kemampuan anggaran pasca dirundung dampak pandemi Covid-19.
Lewat keterangan tertulis DBMSDA Kota Bekasi menyebut telah mempersiapkan berbagai langkah untuk menghadapi musim hujan. Diantaranya melakukan pengerukan lumpur di saluran air, perbaikan dan pembuatan sodetan, hingga menyiagakan petugas pematusan dan Unit Reaksi Cepat (URC) untuk mengantisipasi curah hujan yang tinggi.
“Berbagai langkah antisipasi kita rutin melakukan pengerukan lumpur saluran. Dan disaat musim hujan ini, kami makin meningkatkan pengerukan itu serta normalisasi saluran lingkungan, dengan perbaikan dan pembuatan sodetan. Bahwa penyebab banjir diantaranya adalah pendangkalan, penumpukan sampah, dan penyempitan saluran, termasuk belum terkoneksinya saluran primer,” kata Kabid Sumber Daya Air (SDA), Anjar Budiono.
Ancaman musim penghujan tidak saja dirasakan oleh warga di daerah rawan banjir, warga di permukiman yang tidak terdampak banjir pun was-was, lantaran dinding kali Bekasi semakin tergerus oleh air, hingga merusak bangunan rumah mereka. Salah satunya dialami oleh warga RW 02, Kelurahan Teluk Pucung, Kecamatan Bekasi Utara, Kamil Sofyan, luas tanah miliknya semakin menyusut.
“Awalnya ini longsor lima tahunan, tapi semakin kesini tiap tahun, makin habis,” ungkapnya.
Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto belakangan berencana untuk berkantor di setiap kecamatan untuk mengevaluasi bencana banjir yang terjadi tiap tahun secara menyeluruh. Beberapa faktor penyebab banjir kata Tri, pengaruh Proyek Strategis Nasional (PSN), proyek nasional ini disebut menyita ruang terbuka hijau yang ada di Kota Bekasi.
Akibatnya, air tidak meresap ke dalam tanah, melainkan mengalir ke saluran air, sedangkan Pemkot belum memiliki kemampuan untuk merevitalisasi saluran-saluran air yang ada di Kota Bekasi. Kedua, gejolak pembangunan yang masif membuat kebutuhan lahan di Kota Bekasi tinggi, ini dapat dilihat dari tergenangnya ruas jalan di kawasan Pekayon, Bekasi Selatan.
Diketahui, di lokasi tersebut berdiri apartemen baru hingga pusat perbelanjaan. Akibatnya, daerah tangkapan air semakin menipis. Rencananya, Pemkot Bekasi akan memperbesar saluran air di lokasi tersebut.
“Sehingga kita punya kewajiban untuk membangun saluran-saluran yang lebih besar lagi,” ungkapnya.
Untuk penanganan cepat, ia meminta DBMSDA untuk melatih petugas pamor, seperti mengoperasikan mesin pompa air. Ruas jalan rawan banjir seperti di area Kota Bintang rencananya akan ditambah kapasitas pompa airnya.
Ia juga mengakui bahwa kapasitas polder masih kurang untuk mengatasi banjir. Ia menyebut akan melanjutkan program Walikota Bekasi non aktif, Rahmat Effendi untuk memperbanyak jumlah polder di Kota Bekasi.
“Apalagi terjadi perubahan terkait dengan perubahan tata guna lahan, jadi memang harusnya akan diperbanyak lagi tandon-tandon yang ada,” ungkapanya.
Revitalisasi Kali Bekasi sampai saat ini masih berjalan, tahap satu dimulai dari Pertemuan Sungai Cikeas dan Cileungsi (P2C) sampai ke pintu air Kali Bekasi. Titik-titik rawan disebut telah diperbaiki, meskipun masih ada titik lain yang statusnya masih dalam pekerjaan.
“Progres sudah 60 persen, untuk beberapa titik rawan sudah kami amankan,” kata kepala Balai Besar Wilayah Sungai Ciliwung Cisadane (BBWSCC), Bambang Heri Mulyono. (Sur)











