RADARBEKASI.ID, TIONGKOK – Harga babi yang naik membuat inflasi Tiongkok meroket gila-gilaan.
Inflasi di Tiongkok pada September 2022 naik menjadi 2,8 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari sebelumnya 2,5 persen pada Agustus. Mengutip Reuters, Minggu (16/10), inflasi di Tiongkok imbas dari melonjaknya indeks harga konsumen (CPI) terutama pangan sebesar 8,8 persen dari sebelumnya 6,1 pada Agustus kemarin.
Adapun komponen makanan yang menyumbang besar terhadap inflasi, yaitu daging babi sebesar 36 persen. Sementara komponen lainnya, yakni buah-buahan 17,8 persen, sayuran 12,1 persen, minyak goreng 12,1 persen dan telur 7,3 persen.
Kendati demikian, inflasi inti tercatat turun dari 0,8 persen menjadi 0,6 persen. Secara bulanan, CPI tumbuh 0,3 persen setelah jatuh 0,1 persen pada Agustus.
Sementara itu, indeks harga produsen (PPI) tumbuh pada laju paling lambat sejak Januari 2021, naik 0,9 persen (yoy) dari pertumbuhan 2,3 persen sebulan sebelumnya.
Analis memperkirakan inflasi produsen melandai karena harga minyak yang lebih rendah. Survei pabrik juga menunjukkan perusahaan memberikan beberapa diskon kepada pelanggan untuk meningkatkan penjualan yang lesu.
“Kami memperkirakan inflasi PPI dari tahun ke tahun akan terus turun pada kedua efek dasar dan meredanya tekanan inflasi karena harga komoditas yang lebih rendah,” ujar analis dalam rilisnya.
Sementara itu, bank sentral Tiongkok akan fokus untuk memacu ekonomi yang dilanda Covid-19, meskipun kekhawatiran atas pelarian modal dapat membatasi ruang kebijakannya. Ia menyebut karena yuan telah jatuh sekitar 11 persen terhadap dolar AS sepanjang tahun ini.
Bank sentral juga dimungkinkan akan memangkas suku bunga pinjaman satu tahun (LPR) dan suku bunga pinjaman acuan sebesar 5 basis poin pada kuartal keempat.
Selasa lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi 2022 dan 2023 untuk Tiongkok masing-masing menjadi 3,2 persen dan 4,4 persen. (jpc)









