RADARBEKASI.ID, BEKASI – Guru di sejumlah sekolah luar biasa SLB wilayah Bekasi menghadapi tantangan sejak diizinkannya kembali kegiatan pembelajaran tatap muka di kelas mulai tahun ajaran baru Juli lalu. Tenaga pengajar masih berupaya meningkatkan minat belajar siswa yang rendah karena terlalu lama belajar dari rumah selama pandemi Covid-19.
Kepala SLB As Syafi’iyah Kota Bekasi Pawastri mengatakan, kembalinya kegiatan belajar tatap muka di kelas setelah cukup lama daring membuat guru merasakan perbedaan.
“Setelah diperbolehkan kegiatan belajar secara normal, kami sangat rasakan perbedaannya. Salah satunya adalah minat siswa untuk belajar sangatlah kurang,” ungkapnya kepada Radar Bekasi, Minggu (16/10).
Bagi siswa yang minat belajarnya kurang tetapi masih ingin datang ke sekolah, guru lebih intens mengajak bermain dengan mengarah pembelajaran. Sedangkan bagi siswa yang tidak mau datang ke sekolah, guru melakukan kunjungan ke rumah.
“Masih ada salah satu siswa kami yang belum mau sekolah, karena sudah terlalu nyaman berada di rumah. Jadi kami lakukan home visit atau penjemputan siswa untuk pergi ke sekolah,” ucapnya.
Saat ini, proses pembelajaran di SLB As Syafi’iyah dilakukan dengan waktu 30 menit. Lebih lama 10 menit dibandingkan pembelajaran secara daring hanya 20 menit. Untuk meningkatkan minat belajar siswa, para guru menyadari butuh penyesuaian dan kesabaran agar proses pembelajaran di kelas dapat dilakukan kembali dengan baik.
“Waktu dan kesabarannya lebih ekstra, karena memang mengembalikan fokus anak berkebutuhan khusus ini lebih sulit,” katanya.
Hal senada disampaikan Kepala SLB Raisya Puri Sukarah. Proses pembelajaran tatap muka di sekolah yang ia pimpin masih butuh penyesuaian sejak tahun ajaran baru.
“Betul sekali kami masih lakukan penyesuaian, karena mengembalikan fokus siswa SLB untuk mengikuti kegiatan pembelajaran di sekolah itu tidak mudah,” ucapnya.
Sama dengan SLB As Syafi’iyah, mengembalikan minat belajar siswa di SLB Raisya Puri dilakukan antara lain dengan cara membuat permainan yang mengarah pada proses pembelajaran.
“Meskipun tidak terlalu menimbulkan efektivitas yang siginifikan, tapi berangsur-angsur siswa lebih fokus dan semangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran,” tuturnya.
Selain itu, guru juga melakukan kunjungan ke rumah siswa yang masih tidak mau bersekolah. “Home visit masih dilakukan karena ada beberapa siswa yang memang masih harus dijemput dulu baru mau sekolah. Soalnya kadang kalau sama ibunya setelah mandi itu langsung tidur lagi, biasanya untuk home visit kami ajak salah satu siswa untuk memotivasi siswa yang tidak mau sekolah,” tuturnya. (dew)