RADARBEKASI.ID, BEKASI – Saat ini, berkebun hidroponik mungkin sudah terlihat biasa seiring berjalannya waktu. Hanya saja, melalui gagasan baru pemuda asal Kabupaten Bekasi, Ardi (17), yang baru saja lulus dari SMKN 1 Cikarang Selatan ini, memanfaatkan Informasi Teknologi (IT) untuk mengecek suhu air dan kualitas tanaman hidroponik melalui handphone.
Mau tahu ceritanya? Berikut ulasannya:
Selain lebih ringkas untuk memantau kondisi tanaman, dengan bantuan teknologi, hasil panen juga bisa lebih cepat dan tidak perlu repot-repot lagi.
Dalam memeriksa tiap jam kadar nutrisi pada kebun hidroponik miliknya, pria lulusan SMKN 1 Cikarang Selatan ini, hanya perlu memantau melalui telepon genggam.
Ini merupakan inovasi yang dilahirkan Ardi bersama sekelompok pecinta tanaman di sekolahnya. Dimulai sejak duduk di kelas X dan XI, bercocok tanam untuk memantau nutrisi dan kualitas tanaman melalui telepon genggam, itu terus dikembangkan, hingga akhirnya berhasil meraih juara II tingkat Provinsi Jawa Barat, pada lomba teknologi tepat guna dan juara pertama tingkat partisipasi kegiatan yang digelar Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.
“Kalau setahu saya, ini merupakan yang pertama di Indonesia. Oleh sebab itu, kami akan membuat hak ciptanya yang diberi nama sistem hydroponic control. Jadi, instalasi yang dipasang untuk tanaman hidroponik, semuanya sudah seperti otomatis. Istilahnya cuma tinggal tanam, terus tunggu hasil panen,” kata Ardi.
Walaupun baru saja mendapat penghargaan dari Kementerian, gagasan tersebut sudah ada sejak dua tahun semasa ia masih duduk dibangku sekolah.
“Sudah dua tahun saya mencoba ini. Dan hasilnya, sudah bisa panen dalam waktu tiga minggu, yang biasanya apabila tanpa teknologi, bisa mencapai 50 hari,” terangnya.
Ia menjelaskan, panel kontrol hidroponik ini merupakan rangkaian dari panel listrik yang dihubungkan dengan berbagai komponen pendukung bercocok tanam. Panel itu dihubungkan pada penampungan air, sensor kelembaban, lampu hingga pupuk cair.
Dengan rangkaian komponen yang ada, panel listrik tersebut dapat mengontrol kondisi pertumbuhan pada tanaman.
“Jadi ada sensornya, juga pengatur kelembaban, kadar air sama kadar nutrisi. Kalau misalkan nutrisinya kurang, nanti otomatis ada pupuk cair yang dimasukkan, sehingga kadarnya mulai terukur,” ucap Ardi.
Menurutnya, dengan kemajuan teknologi, yang membuat tanaman bisa cepat panen apabila sudah masuk pada malam hari dengan penerangan melalui cahaya ultraviolet yang membuat tanaman terus disinari untuk tumbuh kembangnya tanaman.
Dalam dua tahun penggunaan instalasi tersebut, Ardi mengaku sudah berulang kali memanen hasil tanaman, mulai dari pakcoy, kailan, sawi hingga kangkung. Dengan kadar nutrisi dan kelembabannya terukur, sehingga hasil panennya juga lebih banyak.
“Hasilnya cukup bagus. Selain itu panennya lebih cepat,” bebernya.
Panel kontrol hidroponik yang dibangun Ardi dan kawan-kawannya ini, terbagi dalam dua jenis. Panel kecil yang mampu mengontrol 1.000 tanaman, dan panel besar kapasitas kontrolnya mencapai 25.000 tanaman.
Dengan panel ini, Ardi hanya tinggal menyemai bibit lalu dimasukkan pada instalasi hidroponik. Setelah tiga minggu, tanaman bisa dipanen.
“Tidak perlu repot lagi, soalnya kan sudah disiapkan di panel kontrol,” tuturnya.
Kendati sudah digunakan lebih dari dua tahun, inovasi ini belum bisa dipasarkan lebih jauh. Minimnya koneksi dan investasi, membuat instalasi tersebut belum dapat diproduksi secara massal.
“Tapi kalau ada yang mau, bisa saja dibuatkan panelnya. Kami juga siapkan layanan servis, tapi memang masih harus dipasarkan lebih luas lagi,” pungkas Ardi. (*)











