Berita Bekasi Nomor Satu

Begini Curhat Orangtua Gambia, Awal Anaknya Gagal Ginjal Akut

RADARBEKASI.ID, GAMBIA – Kematian anak-anak di Gambia karena sebelumnya pernah minum obat sirop dari India meninggalkan kesedihan dan kemarahan pihak keluarga. Anak-anak yang meninggal mengalami gangguan ginjal akut dan disebut efek dari obat sirop tersebut. Keluarga pun menyebut obat tersebut beracun karena telah membunuh anak-anak mereka.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan medis tentang 4 obat batuk sirop di bawah standar yang dibuat di India yang mengandung senyawa beracun dietilen glikol dan etilen glikol.

Pada awal September, otoritas kesehatan Gambia, Afrika Barat, sedang menyelidiki apakah ada hubungan antara kematian anak akibat cedera ginjal akut dan riwayat konsumsi sirup parasetamol yang digunakan untuk demam, batuk, pilek, dan nyeri.

Dokter mulai melihat lonjakan jumlah kasus cedera ginjal parah pada anak-anak di bawah usia 5 tahun pada akhir Juli dan mencurigai adanya hubungan dengan obat-obatan. Direktur pelayanan kesehatan Gambia, Mustapha Bittaye, dikutip oleh Reuters, mengatakan bahwa sejumlah anak mulai sakit dengan masalah ginjal dalam waktu 3-5  hari setelah mengonsumsi sirup paracetamol.

Gejalanya adalah demam, ketidakmampuan untuk buang air kecil, dan muntah, diikuti gagal ginjal. Menurut angka Kementerian Kesehatan Gambia, 28 anak telah meninggal pada awal Agustus, dengan tingkat kematian 90 persen.

Pada September, Gambia mulai berkoordinasi dengan WHO tentang insiden tersebut dan melaporkan 4 sirop obat batuk yang dijual secara lokal yang diduga terkait dengan cedera dan kematian. Pada 5 Oktober, WHO mengeluarkan peringatan medis tentang empat produk di bawah standar.

Obat itu adalah Promethazine Oral Solution, Kofexmalin Baby Cough Syrup, Makoff Baby Cough Syrup dan Magrip N Cold Syrup, yang produsennya bernama Maiden Pharmaceuticals Limited, Haryana, India. Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan bahwa empat sirop yang dimaksud telah berpotensi terkait dengan kasus cedera ginjal dan kematian anak di Gambia.

Sementara Gambia mulai menarik semua obat yang mengandung sirop parasetamol pada September, terutama mulai menarik empat obat sirop buatan India. WHO mengatakan bahwa analisis laboratorium sampel dari masing-masing 4 obat itu mengandung jumlah senyawa yang berlebihan yakni dietilen glikol dan etilen glikol.

Laporan Indian Express, keluarga korban di Gambia protes lantaran anak mereka terkena penyakit tersebut. Mereka tak terima dengan adanya obat sirop yang membuat anak mereka meninggal. “Ini pembunuhan,” kata keluarga korban.

Mohammed Lamin Kijera, 2, dan Musa yang baru berusia 5 bulan, termasuk di antara puluhan anak Gambia yang meninggal terkait dengan obat sirop yang diproduksi di India.

Awalnya demam biasa atau ringan. Orang tua, Alieu Kijera, lantas membawa putranya ke pusat kesehatan terdekat. Dia diberi resep obat sirop. Kondisi anaknya memburuk dan keluarga menuntut pertanggungjawaban atas kejadian tersebut. (jpc)