Berita Bekasi Nomor Satu

Sopir Truk Sampah Terpaksa Menginap di TPA Burangkeng

TRUK SAMPAH : Sejumlah armada truk sampah menunggu antrian menuju lokasi Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Burangkeng, di Setu, Kabupaten Bekasi, Senin (24/10). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Antrean truk sampah menuju Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Burangkeng, membuat para sopir harus menginap di truk sampah untuk menunggu giliran.

Hal ini merupakan kesekian kali proses pembuangan sampah ke TPAS Burangkeng bermasalah. Meski sejak bertahun-tahun lalu lokasi tersebut dinyatakan melebihi kapasitas (overload), namun Kabupaten Bekasi tidak memiliki tempat pembuangan sampah selain TPAS Burangkeng.

Penyebab utama antrean truk hingga berjam-jam menuju TPAS Burangkeng, karena lahannya tidak lagi memadai untuk menampung sampah. Namun tetap dipaksakan.

Salah seorang supir truk sampah, Andi (43), mengaku sudah sampai ke TPAS Burangkeng sejak pukul 09.00 WIB. Namun, hingga sore hari, truk yang dikemudikannya tak kunjung beranjak dari antrian.

“Ngantri dari pukul 09.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB, masih antre dan belum bisa masuk. Badan rasanya sudah nggak enak, pada bau. Tapi mau balik lagi tidak bisa, karena di belakang sudah banyak yang ngantri,” ucapnya.

Sopir yang mengangkut sampah dari Kecamatan Karangbahagia ini menuturkan, proses bongkar muat biasanya tidak butuh waktu lama. Ketika datang, sampah lebih dulu ditimbang sebelum dibuang. Kini, dia terpaksa harus mengantri sepanjang hari demi menjalankan tugas.

“Biasanya cuma ditimbang, buang, abis itu pulang lagi, angkut lagi. Sekarang dapat satu rit saja bisa seharian. Malah teman saya ada yang nginap di TPAS Burangkeng,” terang Andi.

Pria yang sudah puluhan tahun mengemudikan truk sampah ini, tidak mengetahui secara pasti apa penyebab antrean panjang di TPAS Burangkeng. Tapi, ini bukan kali pertama terjadi. Dia berharap bisa segera dibenahi, karena berkaitan dengan pelayanan sampah masyarakat.

“Kabarnya sih, ini antre karena alat beratnya kurang, terus ada longsor juga. Harapan saya, semoga kembali normal lagi biar para sopir truk tidak antri seharian. Soalnya kan banyak sampah yang harus diangkut,” bebernya.

Berdasarkan pantauan di lapangan, terdapat lebih dari 30 truk sampah yang mengantri untuk masuk ke TPAS Burangkeng. Hampir seluruh truk sudah ditinggal sopirnya yang memilih keluar, akibat kendaraan yang tidak bisa bergerak sama sekali.

Sementara itu, beberapa ekskavator terlihat bekerja di atas sampah yang menggunung. Petugas memindahkan berton-ton sampah dari satu gundukan ke lokasi lainnya agar sampah baru bisa ditampung. Terdapat beberapa sisi gunung yang longsor hingga membuat sampah meluber hingga menutupi akses jalan masuk truk.

Dalam sebulan terakhir, sedikitnya tiga kali longsor sampah terjadi di TPAS Burangkeng. Akibatnya, proses pembuangan sampah ke lokasi tersebut terhambat, sehingga terjadi penumpukan di sejumlah lokasi penampungan.

Kepala Bidang Kebersihan pada Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Khoirul Hamid, mengakui adanya hambatan pada proses pembuangan sampah di TPAS Burangkeng. Namun, hal tersebut tidak bisa dihindari, karena kondisi lokasi yang tidak lagi memadai.

“Kondisi lahan memang sudah tidak memadai. Hanya saja, untuk pelayanan kami tetap optimalkan, meskipun para supir truk harus mengantri ketika hendak membuang sampah ke TPAS Burangkeng, bahkan ada yang sampai menginap,” tuturnya.

Hamid menjelaskan, seperti halnya pada permukaan tanah, potensi longsor pun meningkat pada gunungan sampah ketika curah hujan tinggi. Untuk itu, pihaknya pun terus menata sampah, dialihkan pada sisi yang curam ke titik yang lebih landai.

“Apalagi dengan kondisi musim hujan dengan curah begitu tinggi. Dengan kondisi overload, kami tetap melakukan pelayanan dan memaksimalkan zona lahan yang masih bisa dilakukan open dumping untuk pembuangan sampah,” ungkap Hamid.

Sejak sampah longsor beberapa waktu lalu, Hamid menegaskan, pihaknya telah berkantor di TPAS Burangkeng. Itu dilakukan, agar jika terjadi longsor kembali, dapat lebih cepat ditangani. Hanya saja, kondisi ini tidak bisa dibiarkan terus menerus.

Hamid berharap, proses perluasan lahan dapat segera terealisasi demi mencegah longsor terjadi, dan pelayanan sampah bisa kembali normal. (and)