Berita Bekasi Nomor Satu

Ikrar Santri untuk Indonesia di Hari Santri 2022

Sembilan cucu kiai dan ulama sepuh asal Jawa Timur membacakan ikrar santri nusantara di SCNC PWNU Jatim, Sabtu (29/10) malam. (istimewa)

 

RADARBEKASI.ID, SURABAYA – Santri Culture Night Carnival (SCNC) bertajuk Wonderful Santri yang menjadi puncak peringatan Hari Santri Nasional 2022 di Jatim Expo, Sabtu (29/10) malam benar-benar spektakuler. Sejumlah unjuk kreasi para santri, membuat ribuan pengunjung berdecak kagum.

Beberapa pertunjukan itu antara lain muhafazah kolosal Aqidatul Awam, salah satu kitab populer di kalangan santri. Ratusan santriwati dari sejumlah pondok pesantren (Ponpes) menghafalkan syair-syair (nadhom) kitab berisi tentang akidah untuk orang umum tersebut.

Lantunan suara merdu dan renyah. Harmoni warna-warni seragam masing-masing pesantren. Kibaran bendera merah putih di tangan. Berpadu dengan tata panggung dan gemerlap lighting, membuat penampilan mereka sungguh memukau.

Pun begitu saat muhafazah Alfiyah, kitab tingkat lanjut tentang Nahwu-Sharaf atau tata bahasa Arab. Ratusan santri putra menghafal dengan indah kitab mahakarya Ibnu Malik sebanyak 1002 bait tersebut. Deretan pengunjung pun terlihat geleng-geleng kepala bangga.

Sejumlah sajian lainnya juga tidak kalah seru dan menarik. Ada marching band santri, sendratari, kirab bendera hingga penampilan kolosal Ikatan Seni Hadrah Republik Indonesia (Ishari).

Yang juga menyita perhatian adalah Ikrar Sembilan Santri Nusantara. Naskah ikrar itu dibacakan oleh Ning dan Gus, cucu-cucu para tokoh atau kiai sepuh di Jatim. Yakni, KH Nurul Huda Jazuli (Ploso, Kediri); KH Miftakhul Akhyar (Rais Aam PBNU, Surabaya), Hj Munjidah Wahab (Tambakberas, Jombang).

Lalu, KH Anwar Mansur (Lirboyo, Kediri); KH Anwar Iskandar (Kediri); KH Wahid Zaini (Poiton, Probolinggo); KH Hasan Mutawakkil Alallah (Genggong, Probolinggo), dan KH Agoes Ali Masyhuri (Bumi Shalawat, Sidoarjo).

Adapun sembilan butir ikrar yang dibacakan santri-santriwati junior itu berbunyi: Bertakwa kepada Allah SWT di manapun berada, menghormati dan menaati kiai dan guru, cinta dan setia kepada NKRI, berperilaku akhlakul karimah, menjaga persaudaraan seagama, sebangsa, dan sesama manusia.

Selanjutnya, menghormati yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda, berbakti kepada orang tua, menolong kepada sesama, dan berpegang teguh kepada Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) An Nahdliyyah.

Tepuk tangan pun membahana di gedung besar Jalan A. Yani tersebut. Ikrar santri itu sekaligus menjadi penanda dan rekam jejak sejarah. Bahwa, merekalah yang kelak sebagai pewaris, pengabdi dan penjaga pesantren serta nusantara.

Hadir dalam malam puncak Hari Santri Nasional 2022 yang dihelat Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jatim itu antara lain para ulama/kiai, Gubernur Khofifah Indar Parawansa beserta jajaran Forkopimda Jatim, para bupati/wali kota, anggota DPD, DPR, dan DPRD. Tampak juga sejumlah menteri. Salah satu di antaranya Menteri PAN-RB Abdullah Azwar Anas.

Sementara itu, Ketua PWNU Jatim KH Marzuki Mustamar dalam sambutannya mengatakan, kegiatan SCNC ini menjadi satu bukti bahwa pesantren adalah tempat yang aman dan nyaman. Dia juga mengajak umat Islam untuk belajar agama kepada ahlinya.

“Ngajilah hanya kepada ulama, yang benar-benar Ahlusunnah wal Jamaah dan benar-benar menguasai ilmu agama Islam. Dan, itu ada di pesantren-pesantren di bawah naungan Nahdlatul Ulama,” ungkapnya.

‘’Saya jamin tidak radikal, saya jamin mereka tidak liberal, saya jamin mereka full 100 persen Ahlusunnah Wal jamaah, NKRI harga mati,” lanjut kiai pengasuh Ponpes Sabilurrosyad, Malang, itu.

Dia juga menyampaikan komitmen para masyayikh dan pesantren-pesantren NU. Bukan hanya komitmen kepada agama. Namun, juga komitmen pada keutuhan negara, keamanan negara, kedaulatan negara. ‘’Saya juga berpesan, jangan ada satu pun santri NU yang ikut-ikutan mem-bully bangsa dan negaranya sendiri,” tegasnya.

Pada bagian lain, Ketua Panitia KH Abdussalam Shohib mengungkapkan, selain menjadi penegas bahwa pesantren adalah tempat yang ramah, nyaman dan kondusif untuk santri menuntut ilmu, kegiatan seperti ini juga sebagai pesan kepada publik bahwa pesantren tempat yang berkulitas, tempat pelayanan pendidikan, akhlakul karimah, dan pengabdian.

‘’Generasi penerus NU harus menyadari dan memahami bahwa kehidupan para santri dan kiai selalu didominasi dan diisi dengan selalu memberikan kemanfaatan, kemaslahatan, dan pengabdian kepada bangsa, agama serta negara,’’ ujar Gus Salam, panggilan pengasuh Ponpes Denanyar, Jombang, tersebut. (jpc)