Berita Bekasi Nomor Satu

Warga Rela Antri Berjam-jam demi Set Top Box

ANTRI STB: Sejumlah warga mengantri saat akan membeli Set Top Box (STB) pada salah satu toko elektronik, di Jalan Raya Amil Malik, Desa Setia Mekar, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi. PRA/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pasca penghentian siaran TV analog oleh pemerintah melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk beralih ke TV digital, sejumlah warga di Kabupaten Bekasi, rela mengantri berburu Set Top Box (STB) pada sejumlah toko elektronik.

Seperti yang terpantau di sebuah toko elektronik penjual STB tersebut Jalan Raya Amil Malik, Desa Setia Mekar, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, warga rela antri hingga berjam-jam agar dapat membeli alat konversi siaran televisi tersebut dengan harga sedikit lebih murah.

Warga Setia Mekar, Putri (35) mengaku, rela antre berjam-jam untuk bisa membeli STB, dengan harga lebih murah dari pasaran yang saat ini sudah mulai tinggi.

“Awalnya kalau beli secara daring (online) hanya Rp 150 ribu, dan sekarang sudah Rp 180 ribu, bahkan lebih. Kalau disini bisa selisih Rp 30 ribu sampai Rp 35 ribu, kan lumayan buat kebutuhan di rumah,” ujarnya kepada Radar Bekasi.

Ia menambahkan, selain harga yang mulai melonjak, barangnya juga sudah mulai langka di pasaran. Alhasil, meskipun antri, terpaksa harus bersabar.

“Ada yang hampir satu jam antri, itu juga belum tentu dapat. Soalnya sudah pada dapat nomor antrian sebelumnya,” terang Putri.

Hal senada juga diutarakan warga lainnya, Saryanto (37). Dirinya mengaku, kesulitan mendapatkan STB, lantaran di sejumlah toko sudah mulai kehabisan stok, dan harus rela mengantri di toko yang memiliki stok persediaan STB dengan harga Rp 190 ribu per unit.

“Soalnya sudah susah, cari ke tempat-tempat lain, toko-toko, rata-rata mereka sudah kehabisan stok, jadi harus antri,” ucapnya.

Meski begitu, Yanto menerima keputusan pemerintah yang mengalihkan TV analog ke TV digital. Hanya saja, dia menyesalkan, pembagian STB secara gratis dari pemerintah tidak merata. Sehingga menambah pengeluaran keluarganya untuk membeli STB tersebut.

“Sebenarnya ini menyulitkan masyarakat, apalagi pembagian STB-nya tidak merata. Saya terpaksa harus beli, sebab di rumah tidak bisa menonton televisi, karena TV analog sudah ditiadakan pemerintah,” sesalnya.

Sementara itu, salah penjual STB, Martin (38) mengaku, memang ada lonjakan permintaan dari masyarakat untuk STB, dan sudah terjadi sejak Rabu lalu (2/11). Rata-rata ia punya stok hingga 300 unit, dan selalu terjadi antrian pembeli.

“Tergantung dari pengiriman. Rata-rata saya bisa dapat 300 STB, dan itu pun warga selalu antri untuk membeli disini,” beber Martin. (pra)