Berita Bekasi Nomor Satu

Perguruan Tinggi di Kota Bekasi Tangkal Radikalisme dan Ekstremisme lewat Cara Ini

ILUSTRASI: Sejumlah mahasiswa Universitas Bina Insani mengikuti perkuliahan. Perguruan tinggi swasta di Bekasi berupaya mencegah paham radikalisme dan ekstremisme di kalangan mahasiswa lewat materi perkuliahan. DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI Perguruan tinggi swasta di Kota Bekasi berupaya menangkal paham radikalisme dan ekstremisme di kalangan mahasiswa lewat materi perkuliahan. Ketua Lembaga Pengembangan Kreativitas dan Kebangsaan Universitas Krisnadwipayana (UNKRIS) Susetya Herawati mengatakan, anak muda dalam hal ini mahasiswa masih labil karena proses mencari jati diri. Dengan masih labil ini, rentan disusupi paham radikalisme dan ekstremisme.

“Karena anak muda kan masih labil mencari jati diri. Maka jika akal, pikiran, dan perbuatannya terbalik-balik kan mudah dimasuki paham yang menurutnya menantang untuk dicoba,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Selasa (8/11).

Agar tak mudah disusupi paham radikalisme dan ekstremisme, anak muda harus memiliki kegiatan yang positif baik di lingkungan kampus maupun tempat tinggalnya.

Herawati berujar, pihak kampus berupaya melakukan pencegahan paham radikalisme dan ekstremisme di kalangan mahasiswa melalui materi perkuliahan.

“Melalui mata kuliah dasar kampus pemahaman tentang pancasila secara implementatif dan mata kuliah kewirausahaan ini kami harap bisa mengantisipasi agar mahasiswa tidak terpapar radikalisme dan ekstremisme,” jelasnya.

Nilai Pancasila sebagai akal, pikiran dan perilaku manusia memiliki artiannya masing-masing. Yaitu akal artinya kecerdasan spiritual, pikiran artinya kecerdasan intelektual, perilaku artinya kecerdasan emosional.

“Pancasila menjadi solusi masa depan bagi generasi sekarang untuk mencapai Indonesia Emas 2045,” katanya.

Kemudian, dari segi mata kuliah kewirausahaan dapat dipantik ide-ide mahasiswa menjadi kreatif dan inovatif yang dapat menghasilkan sebuah produk.

“Ini bisa menarik mahasiswa untuk melakukan kesibukan dan ini yang dilakukan oleh dosen-dosen kami untuk menangkal timbulnya radikalisme pada kalangan mahasiswa,” ucapnya.

Menurutnya jika keseimbangan terjadi dari intelektual, emosional, dan spiritual mahasiswa tidak akan mudah untuk terpapar radikalisme dan ekstremisme.

“Jika seimbang intelektual, emosional dan spiritualnya mereka tidak akan terpapar. Biasanya yang terpapar adalah mereka yang akal, pikiran, perilakunya terbalik-balik,” tuturnya.

Hal senada dikatakan Wakil Rektor 1 Universitas Bina Insani Muhammad Shalahuddin. Dikatakan, radikalisme di kalangan mahasiswa rentan sekali terjadi.

“Indikasi awal paham mahasiswa yang mengarah kesana tentu ada, sehingga timbulnya radikalisme di kalangan mahasiswa ini memang sangat rentan sekali bisa terjadi,” terangnya.

Dikatakan, saat ini di setiap pertemuan melalui pimpinan pihak kampus selalu mengingatkan bahwa semua civitas akademika harus menghindari tiga dosa besar.

“Dalam setiap pertemuan melalui pimpinan, seluruh civitas akademika yang didalamnya termasuk mahasiswa harus menghindari tiga dosa besar yang sering terjadi di kampus, dan salah satunya adalah radikalisme tersebut,” ucapnya.

Universitas Bina Insani melakukan beberapa langkah antisipasi pencegahan radikalisme dan ekstremisme di kalangan mahasiswa. “Melalui kegiatan sosialisasi secara terjadwal, memberi contoh tindakan nyata dengan kegiatan-kegiatan bersama tanpa diskriminasi, menjalin komunikasi yang akrab dengan mahasiswa dan juga tidak lupa dengan orangtua mahasiswa untuk bisa saling mengingatkan jika ada tindakan-tindakan mahasiswa yang mengarah ke intoleransi dan radikalisme,” tukasnya. (dew)