RADARBEKASI.ID, TIONGKOK – Foxconn meningkatkan upaya untuk merekrut tambahan pekerja. Perusahaan pemasok Apple itu meminta karyawannya untuk membujuk saudara atau tetangganya agar mau bekerja di pabrik yang berada di Zhengzhou.
Jika berhasil, karyawan yang bersangkutan akan diberi CNY 1.000 (setara dengan Rp 2,2 juta).
Uang penghargaan itu tidak didapat secara langsung. Jika pegawai baru yang direkrut bisa bertahan selama 15 hari, maka yang merekrut bisa mendapatkan CNY 500 (Rp 1,1 juta). Sisanya diberikan jika pegawai baru itu tetap bekerja selama sebulan penuh.
Foxconn memang kehilangan banyak pegawai lantaran wabah Covid-19 membuat pabrik di Zhengzhou lockdown. Para pekerja dilarang meninggalkan pabrik. Namun, karena fasilitas yang tak memenuhi syarat, sebagian orang memilih memanjat pagar dan melarikan diri.
Perusahaan lalu merekrut karyawan baru dengan janji bonus besar. Namun, janji itu sepertinya hanya isapan jempol. Bulan lalu para karyawan baru tersebut demo karena janji bonus itu tidak ditepati dan fasilitas memprihatinkan di dalam pabrik. Mulai dari makanan hingga sanitasi. Foxconn meminta maaf dan menyebut ada kesalahan teknis dalam pembayaran.
Apple telah memperingatkan bahwa pengiriman iPhone 14 yang terbaru akan tertunda karena pembatasan Covid-19. Foxconn menghasilkan sebagian besar perangkat iPhone 14 Pro dan Pro Max serta handset Apple. Bloomberg melaporkan, gejolak di pusat manufaktur utama Apple itu sangat mungkin memicu penurunan produksi hampir 6 juta unit iPhone 14 Pro tahun ini.
Saham Apple sempat turun 2,6 persen menjadi USD 144,22 di New York pada Senin (28/11). Itu menandai penurunan satu hari terbesar dalam lebih dari dua minggu. Mereka telah mengalami penurunan 19 persen tahun ini.
Kebijakan nol Covid-19 dan perlambatan ekonomi global berdampak pada pertumbuhan ekonomi di Tiongkok. Aktivitas pabrik di negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia itu menyusut lebih dari prediksi November. Indeks manajer pembelian (PMI) turun dari 49,2 pada Oktober menjadi 48.
Lockdown di Tiongkok juga berdampak pada perusahaan-perusahaan di Asia. Output pabrik merosot tajam di seluruh Asia pada November. Selain itu, ketidakpastian atas dampak lockdown yang ketat di Tiongkok membebani sentimen bisnis dan mengganggu rantai pasokan barang secara internasional. Itu membuat prospek ekonomi Asia makin kelam pada 2023.
”Tekanan biaya yang berkelanjutan dan permintaan yang lemah, baik di dalam negeri maupun internasional, menjadi faktor penting yang berkontribusi terhadap penurunan (output, Red),” tutur ekonom Laura Denman dari S&P Global Market Intelligence.
Lockdown Guangzhou Dicabut
Sementara itu, unjuk rasa di Guangzhou membuahkan hasil. Pihak berwenang akhirnya mencabut pembatasan Covid-19 di Guangzhou dan Chongqing. Dua kota itu adalah tempat pengunjuk rasa bentrok dengan polisi untuk memprotes kebijakan nol Covid-19.
Status lockdown puluhan distrik di wilayah Guangzhou tiba-tiba diganti dari perintah kontrol sementara menjadi area dengan risiko rendah. Tes PCR massal juga dihentikan. Lockdown masih terjadi di beberapa distrik, tapi terbatas. Salah satunya di Haizhu.
Hal serupa terjadi di Chongqing. Pemerintah kota mengizinkan kontak dekat pasien Covid-19 untuk karantina di rumah saja, tidak lagi di fasilitas milik pemerintah. (jpc)