RADARBEKASI.ID, LUMAJANG – Gunung Semeru kembali mengancam warga sekitar. Minggu dini hari, gunung tersebut kembali meletupkan awan panas guguran (APG). Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah meningkatkan status dari level III siaga menjadi level IV awas.
Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Patria Dwi Hastiadi menegaskan, peningkatan status itu berlaku sejak pukul 12.00 kemarin.
”Status awas diterbitkan PVMBG dan akan diikuti oleh Pemkab Lumajang,’’ katanya.
Dengan peningkatan status itu, warga yang tinggal di sekitar Gunung Semeru harus makin waspada. Apalagi, beberapa hari terakhir gunung tersebut sering mengeluarkan APG disertai hujan lokal.
”Dampaknya, beberapa desa di Lumajang terkena hujan abu vulkanis,’’ terangnya.
Pukul 00.00 hingga 12.00 WIB kemarin, terekam gempa letusan sebanyak 13 kali. Amplitudo awan panas terekam 40 mm dan masih berlangsung hingga kemarin sore.
Patria menerangkan, jarak luncur APG terus mengalami peningkatan. Mulai dari 4,5 km, 7 km, hingga 10 km. ”Begitu meningkat, kami langsung berkoordinasi dengan Pos Pantau Gunung Api (PPGA). Tindakan selanjutnya dengan mengevakuasi warga,’’ katanya.
Jarak luncur tidak berhenti di situ. Sebab, beberapa waktu setelahnya, jarak luncuran menjadi 12 kilometer. Hal itu bertahan hingga sore. ”Ini menyebabkan dua desa, yakni Desa Supiturang dan Desa Sumberwuluh, harus steril dari aktivitas warga,” jelasnya.
Bupati Lumajang Thoriqul Haq kemarin bersama forkopimda mendatangi lokasi erupsi. Wabup, Kapolres, Dandim, dan kepala pelaksana BPBD turut mendampingi. Saat berada di lokasi, bupati menjelaskan bahwa pihaknya terus melakukan pemetaan. Sebab, sejak pagi peningkatan aktivitas gunung itu terus terekam. Terakhir setelah lebih dari 10 kilometer, status level tersebut berubah.
”Masyarakat yang mengungsi rata-rata bertempat tinggal di hunian relokasi di Desa Sumbermujur. Karena desa Penanggal dan Sumbermujur ini bertetangga. Masyarakat di situ masih ada rasa trauma dan panik, tapi sebenarnya untuk tetap tinggal di hunian relokasi masih aman,’’ jelasnya.
Mengenai evakuasi dan pengungsian, pihaknya sudah menyiapkan sejumlah tempat. Terutama memfungsikan kantor desa dan fasilitas umum sebagai tempat pengungsian. ”Personel dan logistik juga sudah kami siapkan,’’ tambahnya.
Berdasar data Pos Pengamatan Gunung Semeru PVMBG Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, tinggi kolom abu sekitar 1.500 meter di atas puncak atau sekitar 5.176 meter di atas permukaan laut (mdpl). Dengan status itu, masyarakat dilarang melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Sebab, daerah tersebut berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengimbau masyarakat di lokasi sekitar Gunung Semeru untuk segera menyelamatkan diri. Warga diimbau mencari titik-titik evakuasi terdekat yang sudah disiapkan oleh petugas. ”Jangan panik. Segera evakuasi ke tempat aman,’’ kata Khofifah.
Dia menambahkan, ada 12 titik pengungsian yang sudah disiapkan. Jumlah pengungsi yang terdata hingga saat ini mencapai 2.219 jiwa. Pemerintah terus melakukan pendataan untuk membagikan bantuan. Khofifah meminta masyarakat patuh terhadap peringatan dan arahan petugas di lokasi. Saat ini Pemprov Jatim melalui BPBD Jatim dan relawan telah bergerak menuju lokasi erupsi untuk melakukan evakuasi dan membantu penyiapan logistik.
”Kami telah berkoordinasi dengan bupati Lumajang guna mengawal langsung upaya penanganan bencana erupsi Gunung Semeru,’’ kata Khofifah. Penanganan bencana Gunung Semeru menjadi prioritas utama Pemprov Jatim. ”Sore ini tim BPBD Jatim mulai mengirimkan bantuan, baik kebutuhan pokok masyarakat terdampak maupun relawan,’’ imbuhnya.
Menurut laporan yang diterima BPBD Jatim hingga pukul 14.10 WIB kemarin, material APG terpantau di Curah Kobokan. Hal itu diikuti oleh penurunan aktivitas yang terpantau seismograf.
Kalaksa BPBD Jawa Timur Gatot Soebroto menambahkan, pihaknya terus berkoordinasi dengan BPBD Lumajang untuk mendata kebutuhan pengungsi. Selain itu, untuk meminimalisasi bahaya abu vulkanis di lokasi pengungsian, BPBD Jatim telah mengirimkan masker dan membantu evakuasi warga menuju titik pengungsian.
Gatot meminta masyarakat tidak berkegiatan dalam jarak 19 kilometer dari lokasi wilayah erupsi. Sebab, hingga kemarin guguran awan panas mencapai 17 kilometer. ”Tetap gunakan masker selama kegiatan,’’ kata Gatot.
Erupsi Semeru juga berdampak pada hujan abu di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, kemarin. Abu sempat menyelimuti kawasan Desa Tirtomarto dan sekitarnya. ’’Tetapi, tidak terlalu banyak. Material abunya tipis-tipis pagi tadi,” kata Dayu Kriswanda, 31, warga Desa Tirtomarto, kepada Jawa Pos Radar Malang kemarin sore.
Abu vulkanis tertiup angin dari arah gunung ke barat daya. Saat pagi, kawasan dengan julukan Bakroto itu pun tertutup mendung tanpa hujan. Sebab, abu vulkanis masih berada di udara. Perlahan, material abu turun di kawasan Tirtomarto dan sekitarnya.
Erupsi itu terjadi lagi setelah satu tahun, pada tanggal yang sama, 4 Desember 2022. ’’Tahun lalu juga begini. Tetapi, yang dulu lebih parah. Kalau sekarang hujan abunya tipis. Tetapi, karena bercampur dengan hujan air, agak sulit membersihkannya.’’
Dari pantauan di lokasi, aktivitas warga Ampelgading berjalan seperti biasa. Lalu-lalang kendaraan di sekitar kantor Kecamatan Ampelgading berlangsung normal. Warga pun tidak panik meski ada hujan abu. Camat Ampelgading Stefanus Lodewyk Horsayr mengamini. ’’Untuk sementara Ampelgading aman. Akvititas warga juga normal. Tetapi, memang hujan abu tipis bareng dengan hujan gerimis,” ujar Stefanus saat dikonfirmasi terpisah kemarin sore.
Kecamatan Ampelgading memang berada di kaki Gunung Semeru. Sama seperti Pronojiwo, kawasan terdekat Ampelgading dengan Semeru adalah Desa Argoyuwono. Tetapi, muntahan erupsi terbesar tidak mengarah ke Argoyuwono. Letusan Semeru mengarah ke Kabupaten Lumajang. ’’Semoga kondisi ini segera pulih dan normal kembali seperti sedia kala,” ucapnya.
Langit Gelap, Warga Berlarian
Erupsi Gunung Semeru yang terjadi pada Minggu (4/12) dini hari membuat sejumlah warga desa di Kecamatan Pronojiwo berlarian menyelamatkan diri. Sebab, sekitar pukul 05.00, awan panas guguran (APG) mulai menyelimuti sebagian langit di area permukiman rumah warga.
Kondisi tersebut berbeda dengan sejumlah desa dekat pegunungan lainnya. Misalnya, di Kecamatan Candipuro yang masih cerah pascaerupsi. Bahkan, kemarin masih banyak warga yang beraktivitas normal. Namun, pada pukul 12.20, tiba-tiba awan berubah gelap dipenuhi abu vulkanis. Warga pun panik dan lari berhamburan.
Rohmah, warga Desa Sumbermujur, mengatakan bahwa semula warga tidak terlalu mengkhawatirkan APG. Awalnya diperkirakan hanya warga Desa Supiturang, Oro-Oro Ombo, dan Sumberurip yang mengungsi. Tetapi, tiba-tiba awan itu datang.
”Pagi kami dengar informasi itu. Ya biasa saja karena awannya sangat jauh dari rumah. Tetapi, siang hari, saat orang-orang berdiam di rumah, tiba-tiba awan putih kecokelatan semakin dekat. Tetangga-tetangga langsung lari ke tempat aman. Langit gelap dan ada hujan abu lumayan tebal,” katanya.
Pantauan Jawa Pos Radar Jember (Radarbekasi.id Group), ratusan warga bergerombol turun menuju Lumajang. Bahkan, mereka yang semula berniat mengungsi di kantor Desa Penanggal, Kecamatan Candipuro, ikut turun mengamankan diri. Sebab, pada jam-jam itu kawasan tersebut gelap. Awan tebal menghalangi pandangan mata.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang Patria Dwi Hastiadi mengatakan, titik lokasi pengungsian sementara dipusatkan di beberapa kantor desa dan gedung lembaga pendidikan. Data sementara yang dihimpun, setidaknya ada lima titik lokasi pengungsian yang terisi banyak warga terdampak.
”Kami masih melakukan pendataan secara akurat. Kurang lebih totalnya mencapai 2 ribu jiwa. Ada yang mengungsi di kantor Desa Penanggal, Tambahrejo, dan Desa Kloposawit. Ada juga yang mengungsi di gedung SD dan gedung SMP di Pronojiwo. Datanya masih menyusul karena kami masih asesmen,” tuturnya.
Sebagian besar pengungsi adalah penyintas erupsi tahun lalu. Tadi malam puluhan penyintas tersebut diperbolehkan meninggalkan kantor Desa Penanggal dan kembali ke tempat relokasi.
Patria mengakui, beberapa jam setelah Gunung Semeru mengalami erupsi, kepulan asap yang cukup tinggi itu terlihat sampai tempat relokasi, Bumi Semeru Damai (BSD) Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro. Penyintas yang masih trauma langsung mengamankan diri ke sejumlah tempat yang dianggap aman.
Erupsi Semeru juga berdampak pada hujan abu di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang, kemarin. Abu menyelimuti kawasan Desa Tirtomarto dan sekitarnya. ”Tetapi, tidak terlalu banyak. Material abunya tipis-tipis pagi tadi,” kata Dayu Kriswanda, 31, warga Desa Tirtomarto, kepada Jawa Pos Radar Malang kemarin sore.
Abu vulkanis tertiup angin dari arah gunung ke barat daya. Pagi hari kawasan dengan julukan Bakroto itu pun ditutupi mendung tanpa hujan. Sebab, abu vulkanis masih berada di udara. Perlahan, material abu turun di kawasan Tirtomarto dan sekitarnya.
Erupsi tersebut terjadi lagi setelah satu tahun, pada tanggal yang sama, 4 Desember 2022. ”Tahun lalu juga begini. Tetapi, yang dulu lebih parah. Kalau sekarang, hujan abunya tipis. Tetapi, karena bercampur dengan hujan air, agak sulit membersihkannya.
Dari pantauan di lokasi, aktivitas warga Ampelgading berjalan seperti biasa. Lalu-lalang kendaraan di sekitar kantor Kecamatan Ampelgading berlangsung normal. Warga pun tidak panik meski ada hujan abu. Camat Ampelgading Stefanus Lodewyk Horsayr mengamini. ”Untuk sementara Ampelgading aman. Aktivitas warga juga normal. Tetapi, memang hujan abu tipis bareng dengan hujan gerimis,” ujar Stefanus saat dikonfirmasi terpisah kemarin sore. (jpc)