RADARBEKASI.ID, BEKASI – Puluhan petani yang mengaku kesulitan mendapatkan pasokan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis solar bersubsidi, menggeruduk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Pertamina 3417205, di Jalan Harapan Indah Boulevard, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, Jumat lalu (2/12).
Mereka menggelar aksi demonstrasi dengan membawa jerigen dan spanduk bertuliskan ‘Solar Langka, Petani Menjerit’, ada juga tulisan ‘Kami Butuh Solar, Bukan Butuh Janji’, dan seorang peserta aksi juga melakukan orasi sambil mengangkat jerigen kosong.
“Ini masalah kelangkaan solar, kami para petani sangat kesulitan untuk mendapat solar dalam beberapa pekan belakangan. Sedangkan, kebutuhan solar untuk petani meningkat, karena memasuki masa panen,” kata salah satu petani, Nomir (49).
Aksi puluhan petani ini mulai reda setelah pihak SPBU Pertamina 3417205, menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi, sehingga solar kosong di SPBU tersebut.
Nomir menjelaskan, panen raya yang terjadi di wilayahnya sedang mengalami kebanjiran. Alhasil, para petani harus menggunakan mesin untuk memotong pohon padi. Tentunya, mesin tersebut membutuhkan solar untuk beroperasi. Namun karena solar langka, mesin komben tidak bisa beroperasi, sehingga banyak pohon padi yang terbuang.
“Banyak padi yang tidak diambil karena mesin komben tidak berfungsi. Sehingga proses panen hanya bisa dilakukan secara manual. Kalau menggunakan tenaga orang, maka prosesnya lebih lambat, dan bawa bak saja, terus juga lahannya kebanjiran karena hujan,” bebernya.
Diakui Nomir, kelangkaan solar sudah terjadi sejak satu pekan belakangan ini. Sebelumnya, pembelian solar masih lancar. Untuk pembelian solar, petani mendapat jatah atau kuota 60 liter setiap satu surat. Namun, setiap petani diperbolehkan membawa tiga rekom atau surat untuk melakukan pembelian solar.
“Alasannya kuota solar di Kabupaten Bekasi sudah habis. Makanya kami minta kepada BPH Migas, tolong tambahin kuotanya, karena para petani benar-benar sangat membutuhkan solar,” harapnya.
Sementara Kepala Divisi SPBU Pertamina 3417205, Arif Sunandar menyampaikan, kekosongan solar ini sudah terjadi sejak tanggal 27 November 2022. Menurutnya, hal seperti ini memang sering terjadi, sebelumnya di tahun 2019, akan tetapi pembatasan paling hanya satu minggu, dan baru kali ini paling lama.
“Memang kami dapat kuota untuk Bekasi ada dua, yakni kabupaten dan kota. Namun untuk kuota di Kabupaten Bekasi sudah habis,” terang Arif.
Dirinya pernah membaca revisi tentang pembatasan dikarenakan adanya kenaikkan BBM sampai akhir tahun.
“Kami disini hanya penyalur, sehingga itu bukan kuasa kami, karena yang mengatur ada badan pertanian, mereka kesini bawa surat rekomendasi. Jadi legal semua dan bisa dipercaya, mereka layak terima subsidi,” bebernya.
Arif berharap, para pejabat bisa melihat dan mendengar keluhan para petani yang ada di Tarumajaya. Pasalnya, pihak SPBU tidak bisa berbuat apa-apa, karena memang hanya sebatas penyalur. (pra)