RADARBEKASI.ID, BEKASI – Ibu rumah tangga dan pedagang di Kota Bekasi mengeluhkan kenaikan bahan pokok di pasar, terjadi sejak akhir bulan November lalu. Lima hari kebelakang, sebagian besar komoditas naik harganya, kenaikan paling tinggi terlihat pada kelompok cabai.
Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) mayoritas bahan pokok pasar yang ada di Kota Bekasi naik. Kenaikan tertinggi dalam lima hari terakhir terjadi pada cabai rawit hijau dan cabai rawit merah.
Warga terdengar mengeluhkan kenaikan harga telur akhir-akhir ini, meskipun kenaikannya tidak mencolok namun harga telur per kg sudah mencapai Rp31 ribu. Warga menyebut kenaikan harga terjadi sejak akhir bulan November hingga memasuki bulan Desember, naik sekira Rp1.000 per hari.
Kenaikan berbagai jenis bahan pokok ini lantas memberatkan masyarakat, terutama para pedagang.
“(Harga) telur sebelumnya Rp25 sampai Rp27 ribu, ini sampai Rp31 ribu. Ya merangkak, setiap satu hari ada kenaikan harga,” kata pedagang Warteg di Kota Bekasi, Tafsir Qosim, Kamis (8/12).
Ia mengatakan bahwa harga bahan pokok sudah mengalami kenaikan sebelum memasuki bulan Desember. Situasi ini membuat ia khawatir harga akan melonjak lebih tinggi mendekati Natal dan Tahun Baru (Nataru).
Situasi akhir tahun menjelang Nataru 2022 disebut berbeda dengan waktu yang sama pada tahun 2021. Justru kata Tafsir, di tahun 2021 tidak terjadi kenaikan harga yang signifikan.”Tahun lalu justru murah,” ungkapnya.
Untuk tetap menjaga pelanggan, ia dan pedagang warteg lainnya yang tergabung dalam Himpunan Pedagang Warteg Indonesia (Hipwin) terpaksa harus bersabar keuntungannya berkurang.
Ia berharap pemerintah dapat ikut campur menormalkan harga bahan pokok di pasar.
“Ini belum natal aja udah kaya gini, apalagi kalau udah Nataru,” tambahnya.
Meningkatnya permintaan barang menjadi pemicu naiknya harga bahan pokok menjelang Nataru, ini situasi yang biasa terjadi. Sehingga, pemerintah harus bekerja keras untuk memastikan persediaan bahan pokok terpenuhi dalam kondisi aman.
Selain persoalan ketersediaan, kondisi bencana yang terjadi di daerah penghasil juga berpengaruh terhadap persediaan dan harga barang. Dari wilayah Cianjur misalnya, sebagian komoditas seperti cabai, tomat, dan sayur mayur lain didatangkan ke Kota Bekasi.
“Seperti dari Cianjur, kaya tomat, sayur mayur, cabe, karena terkena imbas gempa beberapa waktu lalu, ongkos kirim barang juga berpengaruh,” ungkap Analis Perdagangan pada Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bekasi, Eko Wijatmiko.
Harga komoditas lain seperti beras disebut masih berada di harga stabil, ia juga memastikan persediaan barang aman. Pergerakan harga yang lain juga terlihat pada minyak goreng curah, harga di pasaran mencapai Rp15 ribu per liter, berada diatas Harga Eceran Tertinggi (HET) sebesar Rp14 ribu.
Jaminan persediaan dalam kondisi aman juga disampaikan oleh Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKPPP) Kota Bekasi, Herbert Panjaitan. Hasil pemantauan petugas di lapangan, semua jenis komoditi dipastikan aman sampai Nataru.
“Ketersediaan berdasarkan hasil pemantauan kita cukup tersedia sampai hari besar keagamaan,” katanya.
Mendekati Nataru, pihaknya akan kembali melaksanakan pemantauan harga dan ketersediaan barang di pasar tradisional maupun ritel.Di luar pasar, Pemerintah Kota Bekasi memiliki persediaan beras sebanyak 23 ton untuk memastikan persediaan beras terjaga.
“Kalau dari DKPPP, cadangan pangan kita hanya 23 ton, yang disediakan oleh pemerintah lewat DKPPP,” tambahnya.
Terpisah, Plt Walikota Bekasi, Tri Adhianto menyebut gejolak harga barang di wilayahnya tidak stabil, naik turun. Pasokan barang menjadi perhatian Tri untuk memastikan harga tidak melambung tinggi.
“Tinggal kita pertahankan bagaimana distribusi dan keberadaan barangnya itu tetap terjaga, yang penting itu,” ungkapnya. (Sur)