Berita Bekasi Nomor Satu

Dolar Menguat, Harga Minyak Mentah Dunia Turun, Ini Pemicunya

Ilustrasi pengeboran minyak lepas pantai. (istimewa).

RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Dolar menguat, harga minyak mentah dunia pun turun dari level tertingginya dalam sebulan.

Selain faktor dolar, penurunan harga minyak dunia dipicu pernyataan kepala Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan tahun 2023 yang lebih sulit karena ekonomi utama mengalami aktivitas yang melemah.

Mengutip Reuters, minyak mentah Brent berjangka turun 98 sen atau 1,1 persen menjadi USD 84,93 per barel pada 0148 GMT.

Sementara minyak mentah West Texas Intermediate Amerika Serikat (AS) berada di USD 79,49 per barel turun 77 sen atau 1,0 persen setelah dolar AS menguat.

Greenback yang lebih kuat membuat komoditas berdenominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan pada hari Minggu, bahwa Amerika Serikat, Eropa, dan China yang merupakan mesin utama pertumbuhan global, semuanya melambat secara bersamaan.

”(Pertumbuhan global yang melambat) membuat tahun 2023 lebih sulit daripada tahun 2022 untuk ekonomi global,” kata Kristalina.

Namun demikian, harga minyak menetap lebih dari 2 persen lebih tinggi pada hari Jumat dengan Brent dan WTI menutup 2022 masing-masing naik 10,5 persen dan 6,7 persen.

Komoditas melihat aliran bullish substansial USD 12,3 miliar dalam minggu yang berakhir pada 27 Desember, aliran bullish mingguan terbesar tunggal pada tahun 2022, kata analis Societe Generale dalam catatan 3 Januari.

Minyak mentah Rusia telah dialihkan ke India dan China dari Eropa. Sementara Moskow berencana untuk meningkatkan ekspor diesel dari pelabuhan laut Baltik Primorsk menjadi 1,81 juta ton pada Januari.

Namun, ekspor produk minyak Januari dari Tuapse diperkirakan turun menjadi 1,333 juta ton.

Sementara itu, dari jajak pendapat harga minyak Reuters, menunjukkan harga Brent diperkirakan rata-rata USD 89,37 per barel pada tahun 2023.

Sementara rata-rata untuk WTI berada di USD 84,84 per barel karena pertumbuhan ekonomi global melambat.

Namun, China sebagai importir minyak mentah terbesar dunia dan konsumen minyak terbesar kedua, beberapa orang di kota-kota utama melawan cuaca dingin dan peningkatan infeksi Covid-19 untuk kembali ke aktivitas reguler pada hari Senin.

Hal tersebut meningkatkan prospek peningkatan ekonomi dan permintaan minyak karena lebih pulih. (jpc)