RADARBEKASI.ID, JAKARTA – Jelang akhir 2022, aliran kas sejumlah perusahaan startup tanah air kelimpungan. Sebagian lainnya justru gulung tikar. Mengurangi karyawan. Berguguran.
Mantan Menkominfo Rudiantara memprediksi, tahun ini kondisi startup masih tetap sulit dan menantang.
Pernyataan tersebut disampaikan Rudiantara dalam diskusi bertajuk Meneropong Masa Depan Startup 2023 di Jakarta Kamis (26/1/2023) petang.
BACA JUGA: TikTok Menyusul Alibaba dan Tencent Grup, Dikabarkan PHK Ribuan Karyawan
Dalam diskusi yang digelar Institute of Social Economic Digital (ISED) itu, Rudiantara mengatakan situasi global masih jadi tantangan besar bagi startup. Termasuk startup di tanah air.
“Situasi ekonomi global saat ini memang sangat mempengaruhi terhadap keberlangsungan startup,” katanya.
Hal ini dikarenakan aliran dana investasi beralih ke sektor yang pasti saja, seperti perbankan. Kondisi ini memengaruhi bagi startup di level letter stage.
Bahkan tak sedikit ada startup yang bakal melakukan efisiensi SDM akibat dampak ekonomi global.
Startup di Indonesia jumlahnya banyak. Namun tidak diketahui keberadaannya, terkecuali yang terkoneksi dengan platform e-commerce sekitar 20 juta.
BACA JUGA: Netizen Bekasi dan Cikarang Paling Berisik di Twitter Soal Macet
Dari banyaknya start up di Indonesia, diperkirakan hanya 5 persen saja yang bisa bertahan dalam 10 tahun ke depan. Kemudian tidak lebih dari 10 persen yang bertahan dalam lima tahun.
“Bahkan di tahun 2017-2018, success rate startup yang bertahan 10 tahun hanya 3 persen,” katanya.
Meskipun begitu, dia memprediksi transaksi e-commerce di Indonesia tahun ini bakal tumbuh.
Menurut Rudiantara, transaksi e-commerce di Indonesia diprediksi masih akan tumbuh.
Pada 2023 ini, nilai transaksi (total processing value) diperkirakan mencapai Rp 600 triliun dari sebelumnya Rp 500 triliun pada 2022.
BACA JUGA: Siap-siap! Ini Peringatan Sri Mulyani Ancaman Resesi Bakal Berlanjut hingga Tahun 2024
Dalam kesempatan yang sama, dewan pakar ISED Ryan Kiryanto mengatakan pertumbuhan startup Indonesia beberapa tahun lalu berkembang pesat.
Ketika pandemi dua tahun lalu, terjadi perubahan perilaku individu dari yang bersifat manual menuju digital. Hal ini yang dimanfaatkan generasi muda untuk mengembangkan startup.
Namun belakangan ini bisnis start up di Indonesia agak meredup karena kondisi ekonomi dunia sedang tidak sehat.
“Beberapa negara maju seperti Amerika, Inggris, Jerman dan tentunya Rusia mengalami resesi,” katanya.
Kondisi ini memengaruhi investor yang tadinya mau menanamkan modal, sekarang mereka sementara berhenti dulu.
Kondisi ini menganggu aliran kas di sebagian startup Indonesia. (jpc)