Berita Bekasi Nomor Satu

Waspada Penculikan Anak

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Para orang tua di Bekasi mesti lebih waspada lagi dalam mengawasi buah hatinya. Ya, akhir-akhir ini marak aksi penculikan anak di berbagai daerah di Indonesia. Di Bekasi, informasi aksi penculikan anak masif beredar melalui pesan singkat. Reaksi berlebihan terhadap informasi penculikan anak ini juga menjadi catatan penting di tengah masyarakat.

Seperti yang terjadi di kelurahan Durenjaya Bekasi Timur, kemarin. Informasi yang diterima warga melalui pesan berantai, terjadi percobaan penculikan terhadap anak SD. Setelah ditelusuri kebenarannya, peristiwa yang terjadi pada 24 Januari 2023 siang tersebut bukan peristiwa percobaan penculikan. Namun, anak tersebut ketakutan melihat Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

“Semalam saya kan ada rapat, saya ceritakan masalah kejadian itu. Ternyata anak tersebut ketakutan melihat orang gila. Nah, warga yang melihat dikira akan diculik,”kata salah satu warga, RT 10/11 kelurahan Durenjaya, Haryono kepada Radar Bekasi, Kamis (26/1).

Pesan lainnya yang diterima Radar Bekasi berbentuk flyer, dengan narasi kronologis hilangnya anak berusia 12 tahun di kawasan Dukuh Zamrud, Kecamatan Mustikajaya, Kota Bekasi. Informasi yang didapat, anak R (12) dengan satu temannya diculik oleh dua orang wanita, letak Global Positioning System (GPS) telepon genggam R terakhir kali berada di dekat SMPN 10 Bekasi.

Setelah dikonfirmasi nomor telepon yang tertera pada flyer tersebut, R dan temannya adalah korban perampasan, bukan penculikan. Kemarin, R sudah kembali bersama dengan orang tuanya. “Sudah ditemukan R dan temannya dengan keadaan selamat,” kata ibu anak R, Ade Nurul saat dikonfirmasi.

Ade menceritakan, siang itu R dan temannya dihampiri oleh wanita, keduanya diminta bantuan mengantarkan catering ke sebuah masjid. Setelah menyatakan kesediaannya, R dan temannya ikut wanita tersebut dibonceng sepeda motor.

Sesampainya di tempat sepi, wanita tersebut merampas telepon genggam dan meninggalkan kedua anak tersebut. Keluarga dibantu oleh warga lain menemukan R dan temannya 2 sampai 3 km dari lingkungan rumah.”Diambil HPnya dan anaknya ditinggal, sekitar 1,5 jam kemudian ditemukan sama warga yang bantu nyari,” tambahnya.

Sejauh ini, Polres Metro Bekasi Kota belum menerima laporan penculikan dari masyarakat. Adapun laporan yang masuk belum lama ini adalah laporan kehilangan, bukan anak-anak.”Tidak ada, ada satu laporan meninggalkan rumah,” kata Kasi Humas Polres Metro Bekasi Kota, Kompol Erna Ruswing.

Setelah kabar penculikan tersebar di tengah masyarakat, Polres Metro Bekasi Kota meminta masyarakat untuk tidak panik. Masyarakat diminta untuk tetap waspada terhadap kejahatan yang mungkin bisa saja terjadi pada anak-anak mereka, terutama pada saat bermain di luar rumah.”Jangan panik, yang pasti kalau dijaga anak-anaknya tidak akan panik,” tandasnya.

Informasi dengan narasi penculikan di Bekasi yang viral di media sosial adalah penangkapan terduga penculik anak di Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Video yang beredar menggambarkan situasi saat warga berkumpul menyaksikan petugas kepolisian mengamankan terduga pelaku.

Peristiwa dalam video tersebut dibenarkan oleh Kapolsek Cikarang Barat, Kompol Sutriesno, bahwa pihaknya mengamankan seseorang yang dituduh penculikan anak, Rabu (25/1). Kabar penculikan anak ini dilaporkan oleh warga.

Setelah diamankan, terduga merupakan Waria ODGJ, serta tidak ditemukan fakta peristiwa penculikan di wilayahnya.”Faktanya tidak ada korban penculikan,” katanya.

Waria tersebut dilaporkan oleh warga lantaran berkeliaran di lingkungan permukiman. Saat itu, warga yang melihat terduga mencocokkan wajah waria tersebut dengan tangkapan wajah di salah satu video yang tersebar di media sosial.

“Masyarakat hanya menyamakan wajah terduga sama seperti DPO kasus penculikan yang ada di TikTok,” tambahnya.

Pakar Kriminolog Universitas Indonesia (UI), Josias Simon menyampaikan bahwa masyarakat perlu berhati-hati ketika menerima informasi yang belum bisa dipastikan kebenarannya, terutama yang bersumber dari media sosial.

Kebenaran informasi di media sosial kata Josias, akan sangat membantu meminimalisir dampak kejahatan semacam ini.”Itu bagian dari pembelajaran di era medsos ini, jadi tidak sembarangan menyebarkan informasi, dan di dalamnya ada tuduhan-tuduhan. Katakan kalau itu benar sih mungkin akan sangat membantu, tapi kalau salah kan lebih panjang urusannya,” terang Josias.

Penyebutan pelaku, bahkan tersangka kata dia, butuh mekanisme, ada prosedur yang harus ditempuh, seperti yang dilakukan oleh pihak kepolisian. Sehingga, masyarakat mesti sangat berhati-hati saat menerima atau menyebarkan narasi.

Meskipun demikian, masyarakat perlu tetap waspada terhadap kejahatan semacam ini pada anak dan lingkungan mereka. Pengawasan ini bisa dilakukan oleh perorangan secara langsung, maupun dengan kamera pengintai (CCTV).

“Misalkan terhadap orang-orang yang tidak dikenal terhadap anak-anaknya yang mulai diperhatikan. Tentu yang lebih utama terhadap warga sekitar ya, terhadap keluar masuknya orang, baik di rumah maupun di lingkungan itu, di komplek itu,” tambahnya.

Secara umum, Josias mengatakan bahwa motif tidak kejahatan penculikan anak ini biasanya dilatarbelakangi ekonomi, disamping pengaruh dari informasi yang diterima. Setiap pelakunya akan memanfaatkan kelengahan orang tua, keluarga, atau lingkungan sekitar dalam melaksanakan aksinya.(Sur)


Solverwp- WordPress Theme and Plugin