RADARBEKASI.ID, BEKASI – Prevalensi balita stunting di Kota Bekasi tercatat sebagai yang terendah di Provinsi Jawa Barat (Jabar) tahun 2022 kemarin. Meski terendah, populasi balita yang menderita stunting di Kota Bekasi tahun 2022 terdapat 4.575 anak, atau 3,4 persen.
Namun prevalensi stunting Kota Bekasi tahun kemarin lebih rendah dibandingkan target nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) di tahun yang sama.
Prevalensi stunting Kota Bekasi terendah di Jabar ini pertama kali disampaikan oleh Plt Wali Kota Bekasi, Tri Adhianto. Ia mengakui masih ada 3 persen lagi dari total balita yang menderita stunting, meskipun demikian angkanya terus ditekan turun.
“Sekarang hanya tinggal 3 persen, tapi terendah se Jabar,” katanya belum lama ini kepada Radar Bekasi.
Upaya untuk menekan populasi anak yang mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan akibat kekurangan gizi kronis serta infeksi berulang ini dilakukan oleh beberapa perangkat daerah (OPD) di Kota Bekasi, termasuk Dinas Kesehatan (Dinkes).
Angkanya menunjukkan penurunan sejak tahun 2019. Satu tahun sebelumnya, di 2021, prevalensi stunting Kota Bekasi menempati posisi kedua terendah dengan angka 13,8 persen, sementara tahun 2022 Kota Bekasi menjadi yang terendah dengan angka prevalensi 6 persen.
“Tahun 2022 jumlah anak mengalami stunting sebanyak 4.575 anak, atau 3,4 persen,” terang Kabid Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Dinkes Kota Bekasi, Eni Herawati Tanjung.
Tahun 2022 juga, tercatat data Wasting atau kondisi berat badan menurun pada anak di Kota Bekasi sebesar 3,9 persen, atau 5.145 anak, serta berat badan kurang atau Underweight sebanyak 6.374 atau 4,8 persen. Keduanya tercatat lebih kecil dibandingkan target nasional, masing-masing sebesar 7,5 persen dan 18,4 persen.
Upaya untuk menurunkan angka gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak selama ini dilakukan dengan intervensi gizi spesifik lewat pemberian tablet penambah darah kepada ibu menyusui, konseling menyusui, serta konseling pemberian makanan bayi dan anak. Upaya lainnya adalah pemantauan tumbuh kembang balita, pemberian vitamin A, pemberian makanan tambahan pemulihan anak kurus, serta penatalaksanaan gizi buruk.
Sementara intervensi gizi spesifik dilakukan dengan peningkatan kesadaran, komitmen, praktik pengasuhan ibu dan anak, peningkatan akses dan pelayanan gizi dan kesehatan, peningkatan akses pangan bergizi, hingga program peningkatan penyediaan air bersih dan sanitasi.
Tahun ini, fokus penanganan stunting akan dilaksanakan di 46 kelurahan di Kota Bekasi.
“Penanganan stunting pada tahun 2022 dilakukan pada lokus di 29 kelurahan, 2023 pada 46 kelurahan, dan di 2024 pada 56 kelurahan,” ungkapnya. (sur)