Berita Bekasi Nomor Satu

Menuju NU Abad Kedua, Wapres Ma`ruf Amin: Cukup Santrinisasi, Bukan Islamisasi

Ribuan anggota Banser berlatih gerakan tari di GOR Delta, Sidoarjo, kemarin. Gerakan tari tersebut dikoreograferi oleh Denny Malik. (Dimas Maulana/Jawa Pos)

NU segera memasuki usia abad kedua. Banyak tantangan yang harus dihadapi di masa depan. Wakil Presiden sekaligus Mustasyar PBNU Ma’ruf Amin menyampaikan, NU ke depan harus menjadi organisasi yang konsisten melakukan perbaikan.

MA’RUF mengatakan, pekerjaan rumah (PR) NU secara kelembagaan adalah bagaimana umat disiapkan dengan baik. ”Agar menjadi umat yang kuat dan mampu menghadapi berbagai masalah,” kata Ma’ruf setelah memberikan kuliah umum kepada taruna Akademi Angkatan Laut (AAL) di Surabaya Senin (6/2/2023).

Ma’ruf menekankan, warga NU harus menjadi pembimbing umat yang lain. Karena itu, NU harus terus meningkatkan peran di level nasional maupun global.

BACA JUGA: Harlah 1 Abad NU: Ulama dari 40 Negara Bahas Fikih Peradaban

Pada momen malam anugerah menyambut Satu Abad NU di Jakarta (31/1), Ma’ruf mengakui tugas-tugas yang diemban NU itu berat, besar, dan luas. ”Tugas utamanya adalah kerja perbaikan,” katanya.

Seperti yang pernah dikatakan Hasyim Asy’ari bahwa tugas NU itu merupakan kerja perbaikan. Tugas seperti itu juga diemban para nabi di masanya dulu.

Dalam menjalankan tugas perbaikan, NU harus menggunakan langkah-langkah yang didasarkan pada paham ahlussunnah waljamaah. Yaitu, cara berpikir NU yang moderat, dinamis, tidak statis, dan tidak konservatif.

BACA JUGA: Muktamar Internasional Fikih Peradaban Dibuka, Islam Harus jadi Solusi

”Bahasa saya, memperbaiki umat itu santrinisasi umat. Jadi, umat ini kita santrikan semua supaya mirip santri,” katanya.

Dia menegaskan, NU tidak perlu melakukan Islamisasi. Sebab, bisa mengganggu hubungan antar pemeluk agama. Kecuali orang itu mau menjadi mualaf atas inisiatif sendiri. Dia menegaskan, yang dilakukan NU adalah santrinisasi, bukan Islamisasi.

Selain itu, NU harus memperbaiki orang-orang NU sendiri supaya menjadi umat yang terbaik. Umat yang mampu menjalankan tugas amar makruf nahi mungkar sesuai dengan dakwah keilmuan. Dia juga menekankan bahwa menjaga atau mencintai bangsa merupakan bagian dari iman. Hubbul wathan minal iman.

BACA JUGA: Abad Fikih

Sementara itu, Ketua Umum PBNU Periode 2010–2021 Said Aqil Siroj mengatakan, tantangan NU ke depan pasti lebih berat.

”Tapi, insya Allah kalau kita solid, kita satu barisan, tantangan besar akan jadi kecil,” ujarnya. Dia mendoakan supaya NU ke depan lebih maju dan sukses. Kiai Said menyatakan, duet kepemimpinan Kiai Miftachul Akhyar dan Gus Yahya Cholil Staquf mampu membawa NU lebih bermanfaat. Kemudian juga lebih berkah dibandingkan masa-masa sebelumnya.

Pada bagian lain, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat mengenalkan NU ke mahasiswanya yang berasal dari berbagai negara pada 30 Januari lalu di Depok, Jawa Barat. Dia mengatakan, organisasi semacam NU itu penting. Sebab, NU menjadi pengawal kehidupan yang toleran, inklusif, dan modern.

BACA JUGA: Fikih Berubah

Dia mengatakan, salah satu ciri NU adalah kedekatannya dengan kultur lokal. NU begitu menonjol dalam sikapnya yang menghargai tradisi lokal. Bahkan, tradisi lokal juga menjadi instrumen dakwahnya.

”Ini penting untuk dikenalkan ke mahasiswa-mahasiswa kami. Mereka supaya tahu dari tokohnya langsung,” katanya. Pada momen tersebut, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf diundang untuk menyampaikan kuliah umum.

Komaruddin menuturkan, ketika Islam lahir, pada abad ketujuh di Indonesia yang saat itu dikenal Nusantara sudah berkembang kebudayaan dan tradisi lokal. Masuknya Islam ke Nusantara tidak memunculkan gejolak yang luar biasa. Bahkan, NU serta Muhammadiyah sama-sama berdiri sebelum Indonesia merdeka.

BACA JUGA: Kaya Aset

Dua organisasi itu ikut memperjuangkan kemerdekaan. Dia mengatakan, Indonesia dibangun dan diperjuangkan gerakan sosial melalui NU dan lainnya. ”Berbeda dengan di Timur Tengah, negara diturunkan oleh raja. Atau paksaan dari pihak luar,” jelasnya.

PEMIMPIN NU, DULU DAN SEKARANG

Rais Aam PBNU

1. KH Hasyim Asy’ari (1926–1947)

2. KH Wahab Hasbullah (1947–1971)

3. KH Bisri Syansuri (1971–1980)

4. KH Ali Ma’shum (1981–1984)

5. KH Achmad Siddiq (1984–1991)

6. KH Ali Yafie (1991–1992)

7. KH Ilyas Ruchiyat (1992–1999)

8. KH M.A. Sahal Mahfudh (1999–2014)

9. KH Ahmad Mustofa Bisri (2014–2015)

10. KH Ma’ruf Amin (2015–2018)

11. KH Miftachul Akhyar (2018–2027)

Ketua Umum Tanfidziyah PBNU

1. H Hasan Gipo (1926–1929)

2. KH Ahmad Noor (1929–1937)

3. KH Mahfud Siddiq (1937–1944)

4. KH Nahrawi Tahir (1944–1951)

5. KH Abdul Wahid Hasyim (1951–1954)

6. KH Muhammad Dahlan (1954–1956)

7. KH Idham Chalid (1956–1984)

8. KH Abdurrahman Wahid (1984–1999)

9. KH Hasyim Muzadi (1999–2015)

10. KH Said Aqil Siroj (2015–2021)

11. KH Yahya Cholil Staquf (2022–2027)

Sumber: PBNU