RADARBEKASI.ID, BEKASI – Permainan lato-lato semakin digandrungi oleh anak-anak di wilayah Kabupaten Bekasi. Permainan jaman dulu yang kini kembali populer itu diharapkan tidak mengganggu aktivitas belajar para anak.
Oleh karena itu, Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdan, menghimbau kepada orang tua untuk terus melakukan pengawasan terhadap anak-anaknya, agar tidak kebablasan dengan permainan lato-lato.
“Namanya anak-anak bermain itu sudah merupakan nalurinya, kalau ngeliat teman-temannya main, pasti ingin ikut. Tapi harus dengan pengawasan orang tua,” saran Dani.
Kata Dani, tentu orang tua punya kewajiban untuk mengawasi, member arahan agar anak-anaknya tetap aman dan tidak melupakan tugasnya untuk belajar.
Menurutnya, sejauh ini tidak ada larangan dari pemerintah untuk anak-anak bermain lato-lato. Hanya saja, ketika di sekolah aktivitas mainnya harus dikurangi, karena bisa mengganggu kegiatan belajar.
“Kalau mau dilarang, harus menunggu aturan dari pemerintah pusat, tapi sejauh ini dampaknya tidak signifikan. Cuma memang harus dikurangi saat kegiatan belajar di sekolah,” imbuh Dani.
Ia menilai, kehadiran permainan lato-lato kembali di kalangan anak-anak, cukup membantu para orang tua.
“Ada sisi positif, karena anak-anak bisa teralihkan dari gadget. Tapi memang ada bahayanya juga. Nanti coba kita diskusikan dengan para guru dan orang tua,” ucapnya.
Terpisah, Dosen Psikologi Unisma Bekasi, Siti Nurhidayah menuturkan, fenomena kemunculan permainan lato-lato memang tidak mengherankan. Sebab, apabila ditinjau dari kacamata psikologi, perlu dilihat dulu siapa yang memainkannya.
Tetapi di Indonesia ini, apabila sudah viral, semua tingkatan umur mencoba memainkannya, dan kemudian mengunggah di media sosial (medsos).
“Kalau nggak salah, lato-lato itu dikatakan berhasil memainkannya bila terdengar suara ‘tok, tok, tok’ karena benturan kedua bola,” ujar Siti.
Dirinya menilai, permainan ini awalnya coba-coba, tapi kemudian menumbuhkan rasa kompetitif untuk berkreasi dalam memainkannya. Sehingga membutuhkan proses berpikir, usaha, dan rasa kompetitif. Namun apabila tidak hati-hati, bisa terkena bolanya, atau orang lain yang berdekatan. Kendati demikian, permainan ini bisa menjadi alternatif agar anak tidak terpaku dengan gadget.
“Menurut saya saat ini, lato-lato bisa menjadi salah satu pilihan permainan buat anak-anak agar tidak ketergantungan gadget. Tidak hanya lato-lato saja, banyak permainan tradisional bila dikemas, dikreasikan akan menarik. Sepertinya perlu produsen-produsen muda kekinian untuk memviralkan,” harap Siti. (pra)