Berita Bekasi Nomor Satu

Banjir Melumpuhkan Aktivitas Warga Kampung Penombo Muaragembong

BERTAHAN DI RUMAH: Sejumlah warga bertahan di atas bale yang ditaruh di depan rumahnya saat banjir melanda Kampung Penombo Desa Pantai Harapanjaya Kecamatan Muaragembong Kabupaten Bekasi, Sabtu (4/3). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Banjir melanda permukiman warga di Kampung Penombo Desa Pantai Harapanjaya Kecamatan Muaragembong sejak Kamis (23/2). Hingga Minggu (5/3), ketinggian banjir di Kampung Penombo itu masih bervariasi, mulai 50 sentimeter hingga 100 sentimeter.

Banjir yang disebabkan oleh curah hujan tinggi dan meluapnya Sungai Ciherang ini merupakan bencana pertama tahun ini. Banjir yang terjadi berhari-hari ini telah melumpuhkan aktivitas warga.

Selama banjir, warga baru menerima bantuan berupa nasi bungkus. Sedangkan bantuan sembako belum masuk ke Kampung Penombo yang terletak di utara Bekasi ini.

Ketua RT 02 RW 08 Kampung Penombo Desa Pantai Harapanjaya Kecamatan Muaragembong, Taryadi (51) mengatakan banjir mulai melanda permukiman warga sejak Kamis (23/2). Sekitar 116 kepala keluarga dengan 400 jiwa terdampak banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Ciherang ini.

Banjir pertama di 2023 ini seperti banjir yang dirasakannya oleh warga pada 2018 lalu.

“Kamis ketemu Kamis kan 8 sekarang Sabtu, ini 10 hari percis. Ini banjir pertama di 2023, kayak banjir siklus 5 tahunan, 2018 banjirnya sama kayak gini. Di lingkungan saya itu RT 02 RW 08 ada 116 KK 400 jiwa yang kebanjiran,” tutur Taryadi saat kongkow sambil minum kopi di warung yang terdampak banjir, Sabtu (4/3).

Taryadi menyebut, sebagian besar mata pencaharian warga di sektor pertanian dan perkebunan. Sedannya sisanya, terutama anak muda bekerja di wilayah di Jakarta maupun Cikarang. Banjir yang terjadi berhari-hari ini telah melumpuhkan aktivitas warga.

“Aktivitas bener-bener lumpuh total, yang nyawah, ngebon, sekolah gak bisa lumpuh. Karena warga sini rata-rata ngebon, ada kebon cabe, kacang, timun, katuk, jagung, pisang abis semua kena banjir, ada yang udah numbuh sama baru mupuk, apalagi sawah udah rata sama air. Kalau anak-anak mudanya disini pada keluar ada yang kerja di Jakarta, Cikarang, ya seperapat warga di sini kerja keluar lah,” katanya.

Warga terancam tak memperoleh pendapatan karena lahan perkebunan maupun persawahan terendam banjir. Untuk memenuhi kebutuhan makanan, sebagian warga ada yang dibantu oleh saudaranya serta tetangganya serta mengandalkan stok makanan yang ada.

“Buat makan selama banjir ini warga ada yang dikirimin sodaranya, ada juga yang masih punya stok beras mah,” ucapnya.

Dirinya mengungkapkan, bantuan yang didapatkan warganya hanya berupa nasi bungkus. Itupun hanya satu kali diberikan. Bantuan sembako yang sangat diharapkan warga hingga kini belum didapat.

“Dapet konsumsi dari desa cuma gak ke cover semua. Setiap RT separo-separo nasi bungkusnya. Disini ada 400 jiwa tapi dapet nasi 150 doang, kalau bantuan sembako dari awal belum masuk disini,” ujarnya.

Lebih lanjut dikatakan, warga sangat mengharapkan bantuan yang tidak mudah rusak.

“Ya harapan masyarakat mah ya bantuan konsumsinya jangan barang-barang yang gampang busuk, kayak mie, beras, yang tahan lama. Anak-anak kan juga banyak disini, perlu susu, popok ama lainnya. Intinya makanan yang gak busuk lah,” tandasnya.

Sementara itu, Sutarno (30) warga Kampung Penombo juga mengatakan banjir menuju akses rumahnya hingga Minggu (5/3) masih sepinggang orang dewasa. Saat pulang dan berangkat kerja, dirinya harus menaruh kendaraan roda dua di jalan yang tidak terendam banjir.

“Di jalan mau ke rumah mah masih sepinggang, nih pada basah celana. Naro motor disini biar gampang bolak-balik pas mau kerja. Udah ada 10 harian mah begini terus” katanya usai memakirkan kendaraannya.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi yang dikeluarkan Sabtu (4/3), terdapat 16.200 jiwa dari 25 desa di sembilan kecamatan terdampak bencana hidrometeorologi. Selain itu BPBD Kabupaten Bekasi juga mencatat sebanyak 457 rumah rusak baik ringan hingga berat dan 8.560 hektare sawah terancam gagal panen.

Dikutip dari keterangan laman resmi prokopim, saat memimpin Rapat Updating bersama Tim Komando Tanggap Darurat Bencana Hidrometeorologi di Kantor BPBD Kabupaten Bekasi, akhir pekan lalu, Penjabat Bupati Bekasi Dani Ramdan mengatakan, saat ini masih terdapat sembilan kecamatan yang terendam banjir.

“Menurut laporan kemarin ada lima kecamatan yang masih mengalami genangan banjir dari 18 kecamatan. Sekarang naik lagi jadi menjadi sembilan kecamatan,” kata Dani. (ris)