Berita Bekasi Nomor Satu

Masyarakat Kampung Sawah Memegang Teguh Adat Istiadat

ZIARAH KUBUR: Sejumlah masyarakat Kampung Sawah berdoa di pusara makam keluarga, Senin (20/3). DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI Terbiasa hidup berdampingan dan rukun dengan umat beragama yang berbeda menjadi ciri khas masyarakat Kampung Sawah Kelurahan Jatimurni Kecamatan Pondok Melati Kota Bekasi.

Kerukunan antarumat beragama di kampung Betawi ini sudah terjalin sejak lama. Setidaknya terlihat dari adanya tiga tempat peribadatan milik agama Islam, Katolik, dan Protestan yang letaknya tidak berjauhan. Masjid Al Jauhar Fisabilillah, berada 100 meter dari Gereja Santo Servatius, dan Gereja Kristen Pasundan hanya 50 meter dari masjid.

Selain itu, masyarakat Kampung Sawah juga memegang teguh adat istiadat nenek moyang. Adat istiadat menjelang Ramadan, seperti Ruwahan atau ziarah makan, Munggahan atau makan bersama dan kumpul keluarga), Ngerantang atau memberikan hantaran, dan Pasar Kilat atau  belanja kebutuhan makan dan pakaian. masih tetap dilestarikan.

“Di Kampung Sawah ini memiliki tiga tokoh agama, ada Muslim, Kristen (Protestan), dan Katolik. Kami dikenal sebagai masyarakat yang rukun, tapi tidak hanya itu kami khususnya masyarakat muslim juga masih memegang teguh adat istiadat, khususnya saat menyambut Ramadan,” ujar Tokoh Muslim Kampung Sawah Sholahudin Malik kepada Radar Bekasi, Senin (20/3).

Pria berusia 49 tahun ini mengaku, adat istiadat Pasar Kilat mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Kini, hanya sekitar 30 persen masyarakat yang menjalankan Pasar Kilat.

“Tapi untuk tradisi lain masih sangat kental dan itu dijalankan bagi masyarakat umat muslim di Kampung Sawah,” katanya.

BACA JUGA: Belajar Toleransi dari Kampung Sawah

Tokoh Muslim Kampung Sawah, Sholahudin Malik

Dikatakan Sholahudin, mayoritas masyarakat Kampung Sawah memeluk agama Islam. Sedangkan sisanya, memeluk agama Katolik maupun Protestan.

“Saya sebenarnya untuk jumlah pasti banyaknya masyarakat tidak tahu, tapi jika dipersentase hampir 65 persen masyarakat Kampung Sawah beragama muslim, sisanya adalah masyarakat beragama Kristen (Protestan) dan Katolik,” tuturnya.

Menurutnya, bulan suci Ramadan menjadi momentum yang sangat hangat bagi masyarakat Kampung Sawah. Pasalnya momentum ini bukan hanya dirasakan masyarakat beragama muslim, akan tetapi masyarakat beragama Protestan dan Katolik.

“Adat istiadat Ngerantang itu biasanya umat muslim juga memberikan kepada masyarakat yang beragama Kristen (Protestan) maupun Katolik, jadi mereka juga benar-benar merasakan kehangatan dari momentum bulan Ramadan ini,” tuturnya.

NGERANTANG: Tokoh Muslim Kampung Sawah Sholahudin Malik menerima hantaran makanan dari keluarganya, Senin (20/3). DEWI WARDAH/RADAR BEKASI

 

Adat istiadat Ruwahan, Munggahan, Ngerantang, dan Pasar Kilat sudah mulai ramai terlihat di Kampung Sawah tiga hari sebelum Ramadan tiba. Ramadan menjadi sebuah momentum yang sangat dirindukan oleh semua umat muslim khususnya bagi masyarakat Kampung Sawah.

“Kenapa Ramadan ini menjadi momentum yang dirindukan bagi umat muslim, khususnya bagi masyarakat Kampung Sawah. Karena sudah dua tahun terakhir kegiatan dibatasi, beberapa tradisi yang dijalankan juga sempat sepi karena pandemi kemarin, tapi sekarang ini ramainya terasa kembali,” terangnya.  Sholahudin berharap, momentum Ramadan kali ini bisa menjadi madrasah terbaik bagi umat muslim, khususnya masyarakat Kampung Sawah. (dew)