RADARBEKASI.ID, BEKASI – Memasuki bulan suci Ramadan, aksi tawuran kembali marak di sejumlah wilayah di Kabupaten Bekasi. Seperti halnya di Kecamatan Sukawangi, pada hari pertama puasa, bentrokan dua kelompok remaja pecah di depan kantor Kecamatan Sukawangi.
Hal itu disebabkan kurangnya antisipasi dari pihak kepolisian, desa, maupun kecamatan setempat, sehingga menimbulkan bentrokan kerap terjadi.
“Memang pada hari pertama puasa, terjadi bentrokan antar dua remaja di depan kantor kecamatan,” tutur salah satu warga setempat, Budi Kurniawan, kepada Radar Bekasi, Minggu (26/3).
Di hari kedua puasa, bentrokan kembali terulang antara dua kelompok remaja di Jalan Desa Sukawangi, tepatnya di Kampung Balong Poncol, tidak jauh dari kantor Kecamatan Sukawangi. Lagi-lagi, karena tidak ada pihak keamanan yang berjaga.
“Pada hari kedua puasa, ada yang bentrok lagi, tapi beda tempat,” ujar Budi.
Disisi lain, ada cara unik yang dilakukan sekelompok remaja di Kampung Bulu, Desa Setiamekar, Kecamatan Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, dalam mengisi bulan suci Ramadan.
Saat banyak remaja yang melakukan kegiatan atau tradisi yang menyimpang dari keutamaan bulan suci Ramadan, seperti perang sarung, tawuran, bahkan hingga konvoi jelang sahur, remaja Masjid Jamie Al Ijtihad, malah berinovasi membangunkan sahur dengan cara yang unik, yaitu layaknya dalam sebuah siaran radio.
“Memang kegiatan ini dilakukan setiap bulan suci Ramadan, yakni membangunkan sahur masyarakat yang ada di sekitar Masjid Jamie Al Ijtihad, seperti layaknya suara penyiar radio,” terang salah satu remaja Masjid Jamie Al Ijtihad, Bagas Pratama (21), Minggu (26/3).
Dalam kegiatannya tersebut, kata Bagas, mereka juga memanfaatkan jaringan media sosial (medsos) untuk membangunkan sahur sekaligus saling berkirim salam.
Selain itu, tambah Bagas, remaja Masjid Al Ijtihad juga memiliki kegiatan tadarus Al Qur’an, yang bertujuan agar para remaja tersebut mampu membaca dan menghafalkannya.
“Kita mengadakan tadarusan sekaligus memberikan bimbingan kepada teman-teman, sehingga bisa membaca ayat-ayat suci Alqur’an dengan baik dan benar,” tuturnya.
Menurut Bagas, ini adalah salah satu nilai positif yang bisa menghindarkan para remaja dan anak-anak dari hal-hal yang negatif, seperti tawuran, berantem antar teman atau geng lainnya.
Dia mengakui, apa yang sudah rutin dilakukan tiap tahunnya oleh remaja Masjid Al Ijtihad itu, mendapat respon positif dari masyarakat sekitar. Selain berdampak positif, juga mampu memberikan hiburan serta nuansa bulan suci Ramadan yang bermakna.
“Alhamdulillah, melalui kegiatan yang kami lakukan, mendapat tanggapan positif dari warga sekitar,” ungkap Bagas.
Salah satu warga yang tinggal di sekitar Masjid Al Ijtihad, Abdul Rahim (35), mendukung kegiatan positif tersebut. Pasalnya, banyak anak-anak remaja yang memanfaatkan momentum bulan suci Ramadan untuk bisa keluar malam.
Sehingga tidak lagi terpantau oleh orang tua, dan akhirnya banyak remaja yang secara tidak langsung menjadi korban, bahkan jadi pelaku dari aksi tawuran remaja atau kejahatan lainnya.
“Biasanya kan, bulan suci Ramadan itu dimanfaatkan anak-anak remaja untuk bisa keluar rumah. Alasannya ke masjid, tapi malah tawuran antar warga dan dari berbagai kampung lain,” sesalnya. (pra)











