Berita Bekasi Nomor Satu

Semangat Menjemput Lailatul Qadar

Sejumlah santri dan masyarakat umum mengkaji Al-Qur'an dengan cara berkelompok yang dipimpin guru saat itikaf selama 10 hari terakhir Ramadan di Masjid Jami Attaqwa, Kamis (13/4/2023). ARIESANT/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Lantunan ayat suci terdengar mengalun indah dari ruang utama Masjid Jami Attaqwa di Kelurahan Bahagia Kecamatan Babelan Kabupaten Bekasi, Kamis (13/4/2023) siang.

Aktivitas religius tersebut dilakukan ratusan santri dan masyarakat umum dengan berharap mendapat Lailatul Qadar di fase akhir Ramadan.

Kemarin menjadi hari pertama 300 santri dan masyarakat umum melakukan itikaf selama 10 hari terakhir di bulan suci Ramadan. Itikaf 2023 ini menjadi yang pertama dibuka untuk masyarakat luas setelah sebelumnya tersekat pandemi Covid-19.

“Itikaf ini sampai malam takbiran. Walaupun tidak menutup kemungkinan ada mereka yang baru kesempatan masuk besok atau hanya 5 harinya tidak apa-apa silahkan saja. Itikaf selama 10 hari, mulai dari malam 21 ramadan sampai nanti malam takbiran,” ungkap Pemimpin Umum Pondok Pesantren Attaqwa Kiai Haji Husnul Amal Mas’ud saat ditemui di Babelan, kemarin.

BACA JUGA: Hidupkan Pengujung Ramadan via “Berburu” Lailatul Qadar

Itikaf di Masjid Jami Attaqwa sendiri terbagi menjadi dua kelompok, yakni masyarakat umum dan santri putra pondok pesantren Attaqwa yang menjadi syarat wajib untuk kelulusan.

Setiap kelompoknya melakukan tadarus Al-Qur’an dengan bimbingan dua pembimbing guru pesantren. Itikaf yang diselenggarakan Dewan Masjid Attaqwa ini dilakukan sejak 1977 hingga sekarang. Tradisi ini guna menghidupkan 10 malam terakhir bulan suci Ramadan.

“Sejak 1977 sampai sekarang. Jadi ini tradisi yang terus menerus kita jaga di Attaqwa ini untuk menghidupkan 10 malam terakhir ramadan ini seperti yang dianjurkan Nabi Muhammad SAW. Penyelenggaranya adalah dewan masjid yang mengurus urusan ibadah. Namun memang untuk pelajar Pondok Pesantren Attaqwa, itikaf ini merupakan hal yg wajib untul kelas 6 akhir 3 aliyah sebelum mereka lulus,” tambah Husnul. 

Selain itu, itikaf ini diisi dengan Tadarus Al-Qur’an, Tausyiah, Talaqqi atau belajar Al-Qur’an secara langsung tatap muka dengan guru pembimbing. Untuk itikaf di Masjid Attaqwa ini dipungut biaya Rp550 ribu untuk masyarakat umum dan Rp500 ribu untuk santri.

BACA JUGA: Menjemput Lailatul Qadar

Fasilitas yang didapatkan para penjemput Lailatulqadar itu pun berbagai, mulai dari makanan untuk buka puasa, takjil, sahur, dan makanan ringan usai tarawih. 

“Untuk umum biaya itikaf tahun ini Rp550 ribu sedangkan pelajar Rp500 ribu. Karna disini itikaf full 24 jam jadi kita fasilitasi semua makannya, sahurnya, bukanya takjil, dan ba’da tarawih juga ada snack gitu ya. Fasilitas lainnya tempat, kamar mandi,” tambahnya.

Tradisi itikaf bagi para santri Pondok Pesantren Attaqwa khususnya merupakan pola pendidikan sejak Almarhum Kiai Haji Noer Ali masih aktif menyiarkan ajaran islam. Tujuannya untuk membuat santri lebih bagus melafadzkan ayat suci Al-Qur’an, karena ini menjadi ciri khas Pondok Pesantren Attaqwa.

“Standart bacaan Al-Qur’an mereka sudah kita lakukan pada jam sekolah. Jdi ini melestarikan sunnah itikafnya saja sebelum anak-anak ini lulus sekolah ya kita periksa lagi ya bacaannya sudah sesuai, sudah bagus, tajwidnya, juga sebagainya. Lalu Attaqwa ini sangat menekankan ciri khasnya adalah bacaan Al-Qur’annya itu harus bagus meski belum sempurna. Ya itu standar dari dulu. Bahkan saat alhmarhum Kiai Haji Noer Ali guru ngaji ujian Al-Qur’annya di itikaf ini langsung oleh beliau sebagai kiai utamanya satu-satunya,” tutupnya. (ris)