RADARBEKASI.ID, BEKASI – Persoalan infrastruktur jalan di Kabupaten Bekasi masih menjadi problem yang belum bisa dituntaskan oleh para pemangku kebijakan di daerah yang memiliki kawasan industri terbesar se Asia Tenggara ini.
Seperti yang terjadi di Kampung Beting Ujung, Desa Pantai Bahagia, Muaragembong, Kabupaten Bekasi, dimana akses untuk menuju pemukiman yang dihuni oleh 30 Kepala Keluarga (KK) tersebut, hanya bisa dilalui menggunakan perahu atau berjalan kaki, karena hanya berjarak 100 meter dari bibir pantai.
Sedangkan akses darat, hanya bisa melalui jembatan bambu yang sudah termakan usia, karena mulai keropos (pecah).
Menyikapi hal itu, Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Bekasi, Helmi, meminta agar wakil rakyat asal daerah pemilihan (dapil) wilayah tersebut melakukan inventarisir titik-titik infrastruktur jalan yang perlu dilakukan perbaikan.
Sebab kata Helmi, anggota Komisi III yang hanya berjumlah sebelas orang, tidak bisa menjangkau seluruh titik jalan rusak di Kabupaten Bekasi.
“Saya sudah minta dewan dari dapil tersebut untuk melakukan inventarisir, mana saja infrastruktur jalan yang rusak. Karena kami (Komisi III) nggak bisa menjangkau seluruh wilayah di Kabupaten Bekasi,” ujarnya kepada Radar Bekasi, Kamis (1/6).
Setelah melakukan inventarisir, Helmi menyarankan agar langsung dilaporkan ke fraksinya masing-masing, baru kemudian diajukan ke Komisi III untuk ditindaklanjuti. Seperti yang sudah berjalan di wilayah Tambun Selatan.
“Wilayah Tambun Selatan itu setelah diajukan, langsung kami tinjau bersama pemerintah daerah, agar bisa diusulkan untuk perbaikan,” terang Helmi.
Salah satu warga Kampung Beting, Agus menceritakan, bahwa rumah warga di wilayah tersebut kian tergerus oleh abrasi air laut. Sementara akses jalan antar rumah, harus melalui jembatan bambu. Namun karena sudah termakan usia, bambu-bambu tersebut sudah mulai pecah-pecah.
“Akses kami menuju rumah tetangga, itu pakai jembatan bambu. Dan usia bambu jembatan ini sudah tiga tahun, yang merupakan hasil sumbangan salah satu perusahaan, kemudian warga gotong royong mengganti bambu yang sudah lapuk,” ungkapnya.
Jembatan bambu sepanjang kurang lebih 500 meter itu, menjadi satu-satunya jalan penghubung warga, dan sengaja dibuat tinggi untuk menghindari ketika banjir rob melanda pemukiman. Ketika banjir datang, jembatan tersebut masih bisa dilalui oleh warga untuk menuju area tambak yang lebih tinggi.
“Kalau banjir rob, paling masuk ke dalam rumah, nggak sampai jembatan bambu. Terus, jika nelayan ketemu bambu di laut, dibawa pulang untuk gantiin bambu yang rusak,” bebernya.
Ketika Radar Bekasi berkunjung ke Kampung Beting melalui jalan darat, harus berjalan kaki melintasi area pertambakan di bawah rindangnya pohon mangrove. Dengan berjalan kaki kurang lebih 20 menit, baru tiba di awal jembatan bambu yang menandakan area pemukiman warga Kampung Beting Ujung.
Saat melewati jembatan bambu sepanjang 500 meter itu, harus berhati-hati dan berpegangan pada tiang yang ada. Sebab, beberapa titik jembatan bambu sudah rapuh hingga ambruk. Tidak sedikit pengunjung yang terpeleset hingga berlumur lumpur.
Warga berharap, adanya bantuan bambu baik dari berbagai pihak atau Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi, guna memberikan keamanan bagi warga yang beraktivitas di Kampung Beting ini, juga banyak anak-anak kecil.
“Semoga ada pihak yang mau membantu, atau bisa memberikan bambu dari mana saja, baik itu pemerintah maupun swasta, sehingga jembatannya lebih rapi, sebab anak-anak kecil takut jatuh,” imbuh Agus. (ris/pra)