Berita Bekasi Nomor Satu

Desain Pangan: Membuat Makanan dan Minuman yang Menarik di Masa Depan  

Oleh: Nursilviani

Mahasiswi Program Studi Magister (S2) Teknologi Pangan, Fateta, IPB

 

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Apakah Anda pernah berpikir bagaimana makanan dan minuman atau yang disebut dengan pangan itu dibuat? Atau bagaimana pangan tersebut dapat memiliki manfaat bagi tubuh bahkan hingga lingkungan? Inilah dimana desain pangan akan berperan penting dalam menjawab pertanyaan tersebut.

Desain pangan adalah sebuah ilmu yang dikembangkan untuk menghasilkan inovasi dalam membuat makanan ataupun minuman. Pada desain pangan, perlu memiliki ide-ide yang berasal dari sudut pandang kebutuhan dan keinginan kita sebagai konsumen. Sehingga memahami apa yang kita butuhkan dan kita inginkan sebagai konsumen merupakan salah satu aspek penting dalam desain pangan.

Apakah kita menginginkan pangan lebih sehat? Apakah kita menginginkan pangan yang lezat dan mengenyangkan? Atau keduanya ? Melalui desain pangan, kita dapat membuat keinginan dan kebutuhan tersebut menjadi nyata. Misalnya, jika kita menginginkan makanan yang lebih sehat dan lezat, desain pangan dapat membuat makanan dengan memperhatikan nutrisi yang terkandung serta rasa yang diinginkan.

Selain itu, teknologi juga memainkan peran penting dalam desain pangan. Sebagai contoh hasil penelitian dari Felipe Reinoso-Carvalho seorang peneliti dari University of los Andes dan timnya melakukan penelitian tentang pengaruh musik terhadap sensasi rasa atau yang disebut dengan sonic seasoning.

Mereka menemukan bahwa di Asia, ketika partisipan mendengarkan musik dengan nuansa yang positif saat mencicipi cokelat, partisipan cenderung memiliki keinginan yang lebih besar untuk membeli cokelat tersebut dan merasakan teksturnya lebih lembut. Namun, musik yang memiliki nuansa negatif tidak memberikan pengaruh yang sama pada pengalaman rasa partisipan.

Selanjutnya, dengan desain pangan dapat menciptakan pangan yang sesuai dengan kebutuhan individu serta ramah lingkungan. Sebagai contoh, terdapat sebuah perusahaan startup di Belanda yang bernama Upprinting Food.

Mereka menggunakan desain pangan yang inovatif dengan mencetak camilan menggunakan teknologi pencetakan 3D dan bahan dasarnya adalah roti sisa yang masih aman untuk dikonsumsi. Inisiatif seperti ini dapat mendukung penggunaan sisa-sisa industri dalam produksi makanan sekaligus bermanfaat bagi lingkungan, sesuai dengan konsep ekonomi sirkular yang sedang berkembang.

Adapun, teknologi yang disebut “digital taste” untuk menciptakan sensasi rasa yang lebih intens pada makanan. Salah satu contohnya adalah “electric taste augmentation”, yang merupakan alat digital yang dapat memberikan sensasi rasa elektrik pada lidah saat dikonsumsi.

Alat ini dapat mengubah persepsi rasa makanan, seperti memberikan rasa asin dan asam pada makanan yang sebenarnya tidak mengandung garam, sehingga membantu mengurangi penggunaan garam secara berlebihan.

Namun, untuk teknologi 3D dan digital taste memiliki beberapa tantangan,

1. Biaya: Penerapan teknologi tersebut dalam produksi pangan memerlukan investasi yang besar dalam infrastruktur dan pelatihan.

2. Keterbatasan aksesibilitas: tidak semua konsumen memiliki akses mudah terhadap produk-produk yang menggunakan teknologi tersebut. Kendala teknologi atau kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang produk-produk tersebut di kalangan konsumen dapat menjadi hambatan

3. Kekhawatiran konsumen: Penggunaan teknologi dalam desain pangan tersebut dapat menimbulkan kekhawatiran konsumen terkait keamanan dan dampak jangka panjang pada kesehatan.

4. Preferensi konsumen: Desain pangan tersebut belum tentu menjadi suatu hal yang dibutuhkan ataupun diinginkan oleh konsumen.

Pada akhirnya, visi masa depan untuk menciptakan pangan yang ramah lingkungan adalah aspirasi yang menarik, tetapi juga dapat menjadi tantangan yang kompleks bagi produsen dalam hal pengembangan produk, teknologi, dan integrasi nilai-nilai etis serta keberlanjutan dalam operasional perusahaan. (*)