RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kabar duka terus berdatangan setiap hari pada pelaksanaan ibadah haji 2023 ini. Hingga hari ke dua 21, sebanyak 53 Calon Jemaah Haji (CJH) asal Indonesia meninggal dunia. Sebanyak 13 jemaah asal Jawa barat dan tiga diantaranya dari Bekasi.
Ke tiganya yakni Icah Sukanta Najih (84) asal Kampung Serang, Desa Taman Rahayu, Kecamatan Setu tergabung dalam Kelompok Terbang (Kloter) 3. Jemaah lainnya bernama Suyitno Wongsoniti (86), asal Desa Sertajaya, Kecamatan Cikarang Timur tergabung di Kloter 3, dan Sumadi Sumar Dariyu (55) warga Kecamatan Bekasi Barat tergabung di Kloter 5.
“Ada dua orang yang meninggal dunia, atas nama Pak Suyitno sama Bu Icah. Jemaah haji yang meninggal disana (Mekah), nggak ada yang dibawa ke Indonesia. Semua dimakamkan di sana (Arab Saudi),” ujar Kepala Seksi Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Bekasi, Nani Mulyani, kepada Radar Bekasi, Senin (12/6)
Kedua jemaah yang meninggal dunia ini merupakan jemaah lansia yang usianya diatas 80 tahun. Nani menjelaskan, jemaah ini prioritas lansia yang tidak ngikutin urut kursi yang reguler, jumlahnya di Kabupaten Bekasi sebanyak 76 orang. Sebenarnya, prioritas lansia ini adalah jemaah yang sebetulnya menurut kursi belum masuk. Rata-rata mereka mendaftarkan diri pada tahun 2015 dan 2017.
“Jemaah itu memang awal masuknya di prioritas kuota lansia. Prioritas lansia ini jatahnya lima persen dari kuota keseluruhan. Jadi ada 76 orang. Dari 2.162 orang jemaah,” tuturnya.
Awalnya memang pihak keluarga sudah ragu melepas mereka, karena memang lansia ini berangkat tidak didampingi oleh pendamping lansia. Tetapi dirinya menyarankan, misalkan yang bersangkutan bersikeras dan semangat untuk berangkat tidak apa-apa, karena ada KBIH. “Awalnya berat keluarga, tapi karena memang yang bersangkutan bersemangat mau berangkat tahun ini, harus kita layani dan prioritaskan,” katanya.
Dirinya menduga, faktor yang membuat dua jemaah asal Kabupaten Bekasi ini karena faktor usia yang sudah tua, ditambah cuaca disana (Arab Saudi) ekstrim. Mungkin saja kurang minum dan seterusnya. Selain dua orang yang meninggal dunia kata Nani, masih ada lansia lainnya yang berangkat. Terutama yang usianya diatas 80 tahun, jumlahnya ada 30 orang. Nani memastikan, untuk lansia lainnya kondisinya baik-baik semua, karena terus diberikan edukasi agar jangan lupa minum air putih.
“Sampai hari ini lansia yang usianya diatas 80 tahun itu alhamdulilah sehat-sehat saja. Tim kesehatan yang kita stresing bangat, harus diedukasi jemaah yang sepuh ini jangan lupa minum, agar nggak dehidrasi. Minum itu setiap 10 sampai 15 menit sekali,” tuturnya.
Hingga kemarin, sebanyak 132.720 Jemaah Calon Haji (JCH) sudah tiba di Arab Saudi, jumlah tersebut nampak pada Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) kemarin pukul 23:20 WIB. Pada waktu yang sama, nampak 224 jemaah dirawat di KKHI dan RSAS, jemaah meninggal dunia sebanyak 53 orang.
Ada 23 jemaah asal Embarkasi Jakarta-Bekasi (JKS) yang menjalani perawatan, sembilan jemaah dirawat di RSAS, 14 lainnya di KKHI. Sampai dengan saat ini, 75 persen Jemaah Provinsi Jawa Barat tergolong kategori Resiko Tinggi (Risti).
Kepala Bidang Kesehatan PPIH Embarkasi Jakarta Bekasi, Resi Arisandi mengatakan bahwa jemaah meninggal dunia sebagian besar dipicu oleh penyakit jantung dan gangguan pernafasan. “Per hari ini 12 yang meninggal dunia. Jawa Barat sendiri dari JKS ada 11, dari Kertajati ada satu orang,” katanya, Senin (12/6).
Dua jemaah diantaranya meninggal di Bekasi, diketahui jemaah asal Kabupaten Bogor tersebut menderita penyakit jantung dan Demam Berdarah Dengue (DBD). Keduanya menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Bekasi.
Jemaah diingatkan untuk selalu menjaga kondisi kesehatan, terutama pada puncak pelaksanaan ibadah haji. Kondisi fisik setiap orang kata Resi berubah-ubah seiring waktu, data jemaah satu sampai dengan dua tahun sebelum keberangkatan dibutuhkan guna melakukan pembinaan kesehatan calon jemaah.
“Kalau bisa memang dari setahun atau dua tahun kita sudah punya data jemaah yang akan berangkat. Sehingga kita bisa lakukan pembinaan kesehatan,” tambahnya.
Terpisah, Kasi Penyelenggaraan Haji dan Umroh (PHU) Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kota Bekasi, Hasbiallah menyampaikan satu jemaah dari Kota Bekasi meninggal dunia di Arab Saudi.
“Alhamdulillah (seluruhnya dalam keadaan sehat). Cuma ada satu jemaah kita yang meninggal di kloter lima, laki-laki, sekitar 55 an umurnya,” ungkapnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa JCH asal Kecamatan Bekasi Barat tersebut berangkat dalam keadaan sehat. Kondisi fisiknya dipastikan telah memenuhi persyaratan.
Sejak kloter awal diberangkatkan, pihaknya aktif berkomunikasi dengan petugas kloter menggunakan chat grup aplikasi perpesanan. Pihaknya menyarankan kepada JCH Kota Bekasi tidak terlalu banyak beraktivitas di ruang terbuka, terutama pada siang hari.
“Usahakan di dalam, banyak minum, kemudian membawa Spray untuk mendinginkan badan. Terutama jangan terlalu banyak beraktivitas di luar, apalagi belum pelaksanaan haji,” tambahnya.
Selama gelombang pertama, 15.614 JCH dan petugas haji Provinsi Jawa Barat telah diberangkatkan ke tanah suci. Belasan ribu JCH tergabung dalam 38 kloter, diberangkatkan dari Asrama Haji Bekasi.Pada gelombang kedua, jemaah menggunakan kain ihram sejak berangkat dari Asrama Haji Bekasi.
Kota Bekasi dapat 17 Tambahan Kuota Haji
Sementara itu, Kota Bekasi mendapat 17 kuota haji tambahan dari total 7.360 kuota haji tambahan reguler Se Indonesia. Hingga akhir masa pelunasan Biaya Perjalanan Ibadah Haji (Bipih) kemarin, dua orang tidak melunasi Bipih.
“Total yang melunasi itu tadi kita lihat sesuai data ada 15, porsi pokok tujuh orang, cadangan delapan orang,” sambung Hasbiallah, Senin (12/6).
Jumlah jemaah ini menambah jumlah jemaah yang telah melunasi Bipih pada 19 Mei lalu, sebagian telah diberangkatkan ke tanah suci. Dengan demikian, JCH Kota Bekasi yang melaksanakan ibadah haji tahun ini sebanyak 2.583 orang.
Pada masa pelunasan kemarin, total ada 38 jemaah yang berhak melunasi Bipih, 21 diantaranya adalah jamaah cadangan. Dua jemaah yang tidak melunasi Bipih sampai dengan 19 Mei lalu lantaran terjadi gangguan sistem perbankan diberikan kesempatan untuk melunasi Bipih kemarin.
“Mereka lapor ke kita, kit bersurat ke Kanwil untuk lapor seperti ini ternyata direspon, akhirnya diberikan kesempatan untuk melunasi,” tambahnya.
Terkait dengan penyusunan kloter bagi jemaah kuota tambahan ini, Hasbiallah mengatakan bahwa pihaknya masih menunggu informasi lebih lanjut. Jika dimungkinkan, belasan jemaah tersebut akan bergabung dengan kloter yang belum terbang ke tanah suci.
Sebelumnya, pemerintah membuka masa pelunasan jemaah haji kuota tambahan selama tiga hari, mulai tanggal 8 sampai 12 Mei usai terbit Keppres No 12 Tahun 2023.
Dari total delapan ribu kuota tambahan yang didapat oleh Indonesia, 7.360 adalah kuota haji reguler, 640 kuota haji khusus. Setelah masa pelunasan berakhir, pengisian kuota ini akan menjadi kewenangan menteri agama.
“Jika sampai akhir masa pelunasan kuota tambahan ini belum terpenuhi semua, alokasi pengisian kuota menjadi kebijakan Menteri Agama,” ungkap Direktur Pelayanan Haji Luar Negeri, Saiful Mujab dalam keterangan resmi beberapa waktu lalu.
Kuota haji reguler ini diperuntukkan bagi jemaah haji reguler berdasarkan urutan porsi berikutnya. Diantaranya jemaah yang pada pelunasan sebelumnya mengalami kegagalan sistem, jemaah haji cadangan yang telah melakukan pelunasan, serta jemaah haji reguler nomor porsi berikutnya setelah jemaah haji cadangan. (Sur/pra)