RADARBEKASI.ID, BEKASI – Kaisar Jepang Naruhito diagendakan akan melakukan kunjungan ke beberapa wilayah di Indonesia salah satunya Bekasi. Kedatanganya ke Bekasi dijadwalkan akan meninjau sekolah yang dikelola oleh perusahaan asal Jepang yakni SMK Mitra Industri MM 2100, Cibitung, Kabupaten Bekasi, Selasa (20/6)
Kedatangan Kaisar ke-126 ke Bekasi direspon oleh Sejarawan Bekasi, Ali Anwar. Dirinya mengajak Kaisar Jepang untuk melakukan tabur bunga di Monumen Kali Bekasi atau Monumen Perdamaian Jepang-Indonesia di tepi Kali Bekasi.
Hal itu untuk mengenang Peristiwa pembunuhan 90 tentara jepang oleh pejuang Bekasi pada 19 Oktober 1945 di antara Stasiun Bekasi sampai Kali Bekasi.
“Menurut saya, idealnya Kaisar Naruhito juga melakukan tabur bunga di Monumen Kali Bekasi alias Monumen Perdamaian Jepang-Indonesia di tepi Kali Bekasi,” kata Ali Anwar, Selasa (20/6).
Monumen tersebut dibangun oleh Kedutaan Besar Jepang bersama Pemerintah Kota Bekasi dan PT Kereta Api Indonesia di Jalan Ir Juanda, Bekasi Timur, Kota Bekasi.
“Atas tragedi kemanusiaan akibat perang dan penjajahan, itu anak-cucu para korban melakukan tabur bunga setiap tahun pada awal 2000-an,” ungkap Ali.
Dia mengungkapkan pada September 1991, saat ahli sejarah Hubungan Indonesia-Jepang Waseda University Dr. Ken’ichi Goto sedang berada di Indonesia, dirinya melalui sekretarisnya di Yayasan Historia Vitae Magistra (Yavitra) Dwi Mulyatari berinisiatif mewawancarai Goto untuk kebutuhan majalah.
“Saya tertarik, maka berlangsunglah wawancara di Jurusan Sejarah FSUI. Wawancara mengenai sejarah hubungan Jepang-Indonesia era 1942 dan kontemporer. Goto menawarkan kami makan siang di restoran Jepang Wisma Nusantara Jakarta keesokan harinya,” ujarnya
Lanjut Ali, saat pertemuan kedua, dirinya berinisiatif untuk berbicara tentang gua pertahanan Jepang (jinchi) di Indonesia. Disaat pertemuan itu Ali menyinggung kasus pembunuhan 90 tentara Jepang di Bekasi.
Saat itu juga, Goto tertarik dan memfokuskan pembicaraan itu bersama Ali, karena dirinya, kata Ali sudah mengetahui insiden tersebut.
“Mengapa 90 tentara kami (Jepang) dibunuh rakyat Bekasi dengan kejam? Bukankah sudah menyerah dan menjadi interniran Sekutu?,” kata Goto dengan nada kecewa yang ditirukan Ali.
Dirinya coba menjelaskan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa pejuang Bekasi, terutama pelaku pembunuhan, Wakil Komandan BKR Bekasi Letnan II Zakaria Burhanuddin, yang menyebutkan sebagai dampak beberapa persoalan yang terakumulasi.
”Sebagai sejarawan Bekasi saya mencoba menjelaskan. Berdasarkan hasil wawancara saya dengan beberapa pejuang Bekasi, terutama pelaku pembunuhan, Wakil Komandan BKR Bekasi Letnan II Zakaria Burhanuddin, peristiwa terjadi sebagai dampak beberapa persoalan yang terakumulasi,”jelasnya.
Pertama, kata Ali, rakyat Bekasi menderita sejak masa Hindia Belanda oleh bangsa Belanda, pejabat pribumi, dan tuan tanah.
Kedua, pemerintah pendudukan Jepang yang memerdekakan bangsa Indonesia dari Belanda, malah membuat tambah menderita rakyat Bekasi. Kelaparan merajalela, diibaratkan kepala ikan peda lebih bernilai ketimbang kepala manusia.
Ketiga, tokoh dan rakyat Bekasi tidak percaya Jepang sudah menyerah kepada tentara Sekutu, karena rakyat masih melihat tentara Jepang masih berkeliaran di mana-mana.
Keempat, bangsa Indonesia sudah merdeka pada 17 Agustus 1945, sehingga mereka tidak mau dijajah lagi oleh bangsa manapun. Di mana-mana rakyat meneriakkan pekik “merdeka, bersiap, Allahu akbar.”
Profesor Goto mengangguk-angguk, paham. “Saya baru mendapat jawaban yang rinci dan rasional.” pungkas Ali yang menirukan ucapan Goto.(rez).