Berita Bekasi Nomor Satu

Dibuka Peluang CSR Perusahaan untuk Bangun Tugu Lemahabang

STASIUN LEMAHABANG: Foto udara Stasiun Kereta Api Lemahabang yang merupakan peninggalan sejarah, di Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi. ARIESANT/RADAR BEKAS

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bekasi mulai berencana untuk membangun landmark atau tugu Lemahabang, di Cikarang Utara, Kabupaten Bekasi, dan membuka lebar peluang bagi perusahaan yang ingin memberikan Corporate Social Responsibility (CSR).

Menurut Penjabat (Pj) Bupati Bekasi, Dani Ramdan, bahwa pembangunan landmark atau tugu Lemahabang, merupakan salah satu upaya Pemerintah Daerah (Pemda) untuk melestarikan nama wilayah.

Dipilihnya Lemahabang, karena merupakan wilayah yang memiliki nilai sejarah penting bagi warga Bekasi, namun karena seiring perkembangan zaman, nama Lemahabang mulai perlahan dilupakan.

Saat ini, Pemkab Bekasi telah membuka lebar peluang bagi perusahaan melalui program CSR, untuk membangun landmark atau tugu Lemahabang.

“Nama Lemahabang itu kan sekarang sudah mulai hilang, dan tinggal stasiun kereta api saja, padahal dulu Lemahabang itu kecamatan yang besar, sama seperti Tambun, Cibitung. Oleh karena itu, kedepan kami ingin melestarikan nama Lemahabang ini dalam bentuk landmark atau tugu, untuk mengingatkan bahwa disini pernah berdiri sebuah kawasan, kecamatan yang bernama Lemahabang, agar generasi berikutnya mengetahui sejarah Lemahabang,” ujar Dani.

Dikatakannya, Pemkab Bekasi telah mengalokasikan anggaran pembuatan tugu itu melalui Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Perubahan 2023. Tapi pihaknya tetap membuka lebar jika ada perusahaan di Kabupaten Bekasi, baik asing, swasta atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang berminat mengalokasikan anggaran CSR-nya untuk pembangunan landmark atau tugu tersebut dalam waktu dekat.

“Jika memungkinkan, kami akan alokasikan di APBD Perubahan 2023. Namun jika ada perusahaan yang berminat menyalurkan CSR-nya untuk membangun tugu Lemahabang, tentu saja kami sangat terbuka,” beber Dani.

Ia menjelaskan, pembangunan tugu atau monumen di Lemahabang, guna mengenang sejarah pergerakan pahlawan nasional, serta penyebaran agama Islam di Kabupaten Bekasi, juga telah disinggung oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, saat menghadiri Forum Silaturahmi Tokoh Masyarakat Kabupaten Bekasi, di Gedung Juang 45, Tambun Selatan, pada 15 Juni lalu.

Dalam pidatonya, pria yang akrab disapa Kang Emil ini menyampaikan, bahwa tugu atau monumen itu menjadi hal penting, agar sejarah selalu diingat oleh generasi yang akan datang.

“Ketika di depan lancar, kita harus sesekali melihat kebelakang. Maka pembangunan monumen itu penting, jangan hanya urusan fisik saja. Belajar sejarah Bekasi, harus diambil hikmahnya, diingat, dijadikan semangat,” ucap RK saat itu.

Sementara tokoh masyarakat Bekasi, Damin Sada mengaku, bukan hanya nama jalan pahlawan nasional yang dibutuhkan di Kabupaten Bekasi, melainkan tugu atau monumen juga sangat perlu dibuat.

“Selain nama jalan pahlawan nasional, di Kabupaten Bekasi ini perlu tugu atau monumen. Cikarang butuh tugu Lemahabang sebagai tempat bersejarah. Bikin tugu paling Rp 1 miliar, kan di Kabupaten Bekasi banyak perusahaan dan kawasan industri, masa dana segitu tidak ada perusahaan yang mau bantu,” sindir Damin.

Lemahabang menjadi wilayah yang cukup kental dengan sejarah, karena berbagai peristiwa bersejarah pada masa revolusi dan penjajahan terjadi di lokasi tersebut. Salah satunya, peristiwa monumental adalah penyerangan melalui jalur darat dan udara, yang dilakukan pasukan Sekutu pada 19 Desember 1945, ke daerah Bekasi, termasuk Lemahabang.

Nama Lemahabang sendiri sempat menjadi salah satu kecamatan di wilayah Bekasi, sebelum dimekarkan. Tapi kini hanya menjadi nama sebuah Stasiun Kereta Api, yakni Stasiun Lemahabang, yang memiliki bangunan peninggalan jaman penjajahan.

Adapun Ketua Himpunan Masyarakat Peduli Lemahabang (Hampela), Ending Hasanudin mengakui, nama Lemahabang saat ini hanya tinggal kenangan, padahal dahulu daerah ini merupakan salah satu tempat paling bersejarah di Bekasi.

Dia menjelaskan, bahwa nama Lemahabang merupakan nama lain salah satu dari tokoh penyebar agama Islam di abad ke-16, yakni Syekh Lemah Abang alias Syeh Siti Jenar alias Syekh Lemahabang, lalu kemudian pindah ke Banten.

“Nama Lemah Abang sebenarnya itu nama dari salah satu ulama besar penyebar agama Islam di Bekasi,” tutur Ending.

Salah satu bukti sejarah yang menunjukkan bahwa awal mula Islam masuk di Bekasi, dari Lemahabang ditandai dengan adanya Masjid Syiarul Islam yang berada di Jalan Raya Lemah Abang, sebagai tempat menyebarkan agama Islam.

“Masjid ini ada hubungannya dengan Syekh Siti Jenar, karena dulu memang masjid ini digunakan sebagai tempat penyebaran agama Islam di Lemahabang yang dibangun pada 1915, jauh sebelum Indonesia merdeka,” tegas Ending.

Masjid Syiarul Islam merupakan salah satu saksi bisu perjalanan panjang masuknya Islam di wilayah Lemahabang. Dahulu masjid ini hanya berdinding bilik bambu, namun seiring perkembangan zaman, arsitektur bangunan dipugar dan diubah secara bertahap. (ris)