RADARBEKASI.ID, BELANDA – Perdana Menteri Belanda Mark Rutte mengumumkan bahwa dirinya hendak mengundurkan diri dari jabatannya, pada Jumat (7/7/2023).
Alasannya, Rutte yang memimpin pemerintahan di negara kincir angin itu, karena tak menemukan solusi dari permasalahan yang terjadi sejak beberapa bulan lalu. Salah satunya terkait urusan perbatasan imigrasi, yang akan berdampak pada pemilu pada musim gugur nanti.
”Bukan rahasia lagi bahwa mitra koalisi memiliki pendapat yang berbeda tentang kebijakan imigrasi. Sayangnya kami harus menyimpulkan bahwa perbedaan itu menjadi tidak dapat diatasi. Oleh karena itu saya akan mengajukan pengunduran diri seluruh kabinet kepada raja,” kata Rutte dalam konferensi persnya, dikutip dari Reuters, Sabtu (8/7/2023).
BACA JUGA: Calon Kuat PM Thailand Melahirkan Dua Pekan Jelang Coblosan
Selama ini, Belanda memang menjadi negara dengan kebijakan imigrasi terberat di Eropa. Sementara itu setiap tahun, angka suaka atau pengungsi selalu bertambah di Belanda.
Pada sepertiga tahun lalu, tercatat ada 46 ribu pengungsi dan terus meningkat hingga 70 ribu pengungsi hingga tahun ini. Mereka yang sudah masuk di Belanda namun terkendala oleh kebijakan imigrasi, terpaksa harus tidur di tempat yang sulit dengan akses air yang terbatas. Juga, sanitasi dan perawatan kesehatan yang tak memadai.
BACA JUGA: Menko Airlangga Hartarto dan Perdana Menteri Belanda Perkuat dan Perluas Kerjasama Dua Negara
Sayangnya, usaha untuk menolong ribuan pengungsi itu tak disepakati jajaran parlemen dan mitra koalisi.
”Rutte tahun lalu mengatakan dia merasa malu dengan masalah tersebut, setelah kelompok kemanusiaan Medecins sans Frontieres mengirim tim ke Belanda untuk pertama kali, untuk membantu kebutuhan medis para migran di pusat pemrosesan permintaan suaka,” demikian keterangan Reuters.
Rutte merupakan PM dengan masa jabatan terlama sepanjang sejarah Belanda. Tahun lalu, Rutte juga dengan terbuka menyampaikan permohonan maaf kepada Indonesia, atas penjajahan yang dilakukan leluhurnya ratusan tahun silam. (jpc)