RADARBEKASI.ID, BEKASI – Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya) menyelenggarakan Orasi Kebudayaan berjudul “The Death of The Intellectuals: Nation State, Saintek dan Masa Depan Peradaban”, bertempat di Auditorium Ubhara Jaya, Kampus 2 Bekasi, Selasa (25/7/2023). Kegiatan ini digelar dalam rangka merayakan hari lahir salah satu anggota senat yang juga merupakan Kepala Pusat Studi Kajian Keamanan Nasional (PUSKAMNAS) Ubhara Jaya, Hermawan Sulistiyo.
Dalam sambutannya, Rektor Ubhara Jaya, Bambang Karsono, mengatakan Orasi Kebudayaan ini mencerminkan tantangan nyata yang dihadapi oleh kalangan intelektual, akademisi, dan masyarakat secara keseluruhan di era modern dan perkembangan teknologi.
“Sebuah kondisi yang menuntut pemikiran-pemikiran baru yang mengedepankan adanya kolaborasi lintas ilmu, karena keberadaan kaum intelektual diperlukan sebagai garda terdepan dalam memajukan dan memperkaya peradaban,” ujar Rektor Ubhara Jaya.
Rektor juga menegaskan, peran universitas dalam hal ini adalah mendorong lahirnya berbagai pemikiran kritis yang menjadi kunci dalam perkembangan peradaban manusia.
“Ubhara Jaya bergerak dalam semangat membangun masa depan peradaban. Orasi Kebudayaan ini menjadi bukti pentingnya berpikir kritis dalam isu-isu yang relevan dan sesuai dengan perkembangan dan tantangan zaman yang semakin kompleks,” ujarnya.
“Kampus memberikan dukungan penuh bagi para ilmuwan untuk melahirkan berbagai pemikiran kritis dan pemahaman mendalam terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi,” lanjut Rektor seraya berharap orasi kebudayaan ini dapat menggugah dan merumuskan perubahan holistic yang mampu mempengaruhi dan berkontribusi dalam memajukan peradaban manusia.
Dalam Orasi Kebudayaannya, Hermawan Sulistyo, menggugah keberadaan kaum intelektual dalam peradaban manusia di tengah gempuran teknologi yang disebutnya sebagai masa Kematian Kaum Intelektual.
“Sepanjang sejarah pemikiran, perdebatan klasik selalu berulang, tentang peran intelektual dalam perjalanan peradaban. Intelektual dipercaya – self acclaimed terutama oleh kalangan intelektual sendiri sebagai pembawa obor peradaban. Sebuah self-defined role yang bersifat grandiose. Padahal peran seperti itu hanya eskapisme dari ketidakmampuan menguasai teknokratisme (teknologi),” ucap Hermawan dalam orasinya.
BACA JUGA: Bina Insani University Fasilitasi Pertemuan Kampus Tiongkok dan Indonesia
Tradisi yang sesungguhnya, menurut Hermawan, sejak awal justru telah dimiliki oleh para intelektual Islam; dimana banyak ulama terkemuka adalah astronom astronom terbaik pada masanya. Tradisi yang kemudian tumbuh berkembang di kalangan Pastor Katolik yang menyebar ke seluruh dunia. Intelektualisme yang merupakan perpaduan antara filsafat ilmu dan teknokratisme.
Hermawan lebih jauh mengatakan, tugas sejarah kaum intelektual saat ini sudah memasuki fase kritis (critical phase), atau injury time, yang justru dimatikan oleh lingkungan strategisnya sejak awal.
“Sebelumnya ada yang mengatakan jika ingin menundukkan sebuah negara, bunuhlah tentaranya. Hal ini sudah tidak berlaku, karena hari ini yang kita bunuh adalah justru keberadaan intellectual yang menjadi jantung dari peradaban manusia, dan kita yang sendiri yang membunuh keberadaan kaum intelektual itu,” paparnya.
“Saya berfikir sudah tidak diperlukan lagi keberadaan kaum intelektual saat ini dengan adanya teknologi dan kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang sudah masuk dalam berbagai lini kehidupan manusia,“ ucapnya, seraya menggugah keberadaan para intelektual dalam kemajuan peradaban manusia.
Orasi Kebudayaan ini ditandai dengan pemberian sejumlah testimoni dari para sahabat dan rekan sejawat Prof Hermawan Sulistyo antara lain oleh Ketua Dewan Pembina Yayasan Brata Bhakti sebagai Yayasan yang menaungi Ubhara Jaya, Staf Khusus Presiden, Sukardi Rinakit, Koordinator Kelompok Ahli Badan Narkotika Nasional (BNN) Komjen. Pol. (Purn.) Ahwil Luthan, serta tamu dan undangan kehormatan lainnya. (oke)