Berita Bekasi Nomor Satu

Korban Penipuan Loker Diminta Lapor

Illustrasi: Ribuan pencari kerja mengantre mengikuti Job Fair di Mega Bekasi Hypermall, Selasa (25/7). Bursa kerja yang berlangsung pada 25 - 27 Juli 2023 itu diikuti oleh 30 perusahaan di Jabodetabek. RAIZA SEPTIANTO/RADAR BEKASI

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Dugaan penipuan dengan modus penerimaan pegawai mencuat. Korbannya seorang pelamar kerja yang hendak melakukan interview yang justru diminta sejumlah uang di salah satu ruko kawasan Galaxy, Bekasi Selatan.

Peristiwa ini terungkap setelah viral di media sosial ketika korban ditolong seorang driver ojek daring. Tangkapan chat antara pengemudi Ojol dengan penumpangnya yang meminta pertolongan dan tersebar di media sosial juga mendapat respon dari Plt Wali Kota Bekasi.

Ruko tersebut telah didatangi oleh petugas kepolisian dan Satpol-PP satu hari berikutnya. Hasilnya, tidak ada plang, petugas juga tidak berhasil bertemu dengan pimpinan perusahaan.

“Akhirnya tidak bisa mengeluarkan kaitannya untuk izin-izin nomor induk perusahaan kah, atau apa gitu, tidak bisa,” kata Kapolsek Bekasi Selatan, Kompol Jupriono.

Pekan ini, kata dia manajemen perusahaan dipanggil oleh Satpol-PP Kota Bekasi. Lebih lanjut, pihaknya belum bisa memastikan terjadi penipuan di lokasi tersebut.

Dia meminta kepada masyarakat yang merasa pernah menjadi korban penipuan untuk segera mendatangi Polsek Bekasi Selatan untuk membuat laporan kepolisian.

“Kami menghimbau kepada masyarakat seluruhnya yang merasa pernah menjadi korban penipuan, khususnya yang di ruko Galaxy itu segera melapor ke kami, supaya kami segera menindaklanjuti atas laporan itu,” tambahnya.

Diketahui korban yang mengalami kejadian tidak menyenangkan itu adalah, Gira, mahasiswa yang tengah menyelesaikan tugas akhirnya sambil mencari peruntungan di dunia kerja. Ketika mendapat panggilan interview dia berangkat pagi sekali, sekira pukul 05.00 dari Jakarta menuju Kota Bekasi untuk memenuhi panggilan interview.

Sebelumnya, lamaran ia kirim lewat website, setelah itu mendapat panggilan via pesan singkat. Meski dia sempat menyadari ada yang janggal, diantaranya nama perusahaan berbeda hingga dipersilahkan mengajak teman untuk datang langsung membawa lamaran. Keinginan kuat untuk bekerja membawa ia tetap melangkah ke ruko tanpa plang nama perusahaan, Selasa (25/7).

Selama berada di dalam ruko, ia menyebut tidak ada prosedur yang ia jalani sesuai dengan undangan yang diterima, seperti psikotes, interview, dan penempatan wilayah kerja.

“Jadi pas pertama saya lamar itu kan namanya (perusahaan) Mutiara Logistik ya, sedangkan yang undangan ini Jedeco Manufakturing Otomotif. Tapi pas saya lihat definisi undangannya kaya kriteria itu sama kok, sama dengan Mutiara Logistik,” katanya, Kamis (27/7).

Semua kriteria sama, honor yang akan ia terima juga sama Rp 4 juta. Setibanya di lokasi dan bertemu seseorang di lantai dasar, ia kemudian dipanggil ke dalam ruangan, hanya mendapatkan beberapa pertanyaan seperti nama, alamat saat ini, penjelasan tentang Jobdesk, dan gaji yang akan ia terima.

Perbincangan berlanjut, tiba-tiba ada penjelasan tentang uang yang harus ia serahkan sebesar Rp1,6 juta, untuk mengikuti pelatihan. Awalnya ia menolak lantaran informasi di website, rekrutmen ini gratis tidak dipungut biaya.

Setelah menolak untuk membayar, ia diberikan opsi untuk mencicil hingga akhirnya menyerahkan yang Rp 350 ribu sebagai uang muka. Upaya untuk membujuk Gira mengeluarkan uang Rp1,6 juta belum selesai, berlanjut di lantai tiga ruko saat ia bertemu langsung dengan pimpinan perusahaan.

Setelah naik ke lantai tiga, ia kembali mengikuti sesi wawancara, dan diminta untuk bertanda tangan di atas materai, Gira kembali menolak lantaran ada satu pasal yang janggal.

“Tapi saya tetap nggak mau, karena saya baca di pasal terakhir, pihak pertama dan pihak kedua jika terjadi kesalahpahaman tidak boleh melibatkan pihak ketiga atau instansi lain,” ungkapnya.

Berbagai upaya dilakukan terhadap Gira supaya menyerahkan uang hari itu juga, hingga menyarankan untuk meminta bantuan kepada orang tua lantaran seminar akan diselenggarakan hari itu juga, tidak ada di hari lain.

Lantaran sudah pernah bekerja di salah satu Apotek, ia menolak karena dinilai tidak semestinya sepraktis itu. Karena tidak kunjung diberikan ruang untuk membatalkan keinginannya, ia pun menyetujui untuk menghubungi orang tuanya.

Gira ditempatkan di ruangan lain di ruko tersebut, seorang diri bersama dengan satu petugas yang berjaga. Saat itu ia memesan gojek dan meminta pertolongan.

Beberapa kali ia sempat meminta izin untuk keluar dari ruko, mulai dari izin untuk membeli sarapan hingga membeli makanan via aplikasi, namun tidak diizinkan. Saat itu ia mulai merasa takut, hingga akhirnya diizinkan ke luar ruangan dengan alasan ke kamar kecil.

“Saya buru-buru turun ke lantai satu, pas udah sampe lantai satu Security yang jagain pintu mungkin nggak ngeh kali ya, dia langsung bukain pintu yaudah saya langsung naik motor (Ojol) dan langsung kabur,” pungkasnya. (sur)