RADARBEKASI.ID, BEKASI – Miftahuddin Ramli (53) alias Midun membulatkan tekadnya bersepeda dari Malang menuju Jakarta untuk menuntut keadilan bagi 135 korban meninggal dunia atas tragedi Kanjuruhan.
Minggu (13/8) sore, sekira pukul 17.40, Midun dikawal oleh sejumlah suporter sepak bola tiba di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi.
Pantauan Radar Bekasi Iringan-iringan suporter sudah menunggu lebih dulu di perbatasan Kota dan Kabupaten Bekasi di Jalan Ir H.Juanda, Bekasi Timur. Antusias suporter begitu luar biasa menyambut kedatangan Midun.
Midun bisa dikatakan beruntung karena keluarga maupun kerabatnya tidak ada yang menjadi korban Tragedi Kanjuruhan 1 Oktober 2022.
Namun atas dasar rasa simpatik terhadap korban dan keluarga tragedi Kanjuruhan membuat hatinya bergerak melakukan perjalanan ratusan kilometer.
“Mendasari ya keprihatinan kita sebagai warga Indonesia atas kejadian itu sehingga saya harus gowes ke Senayan karena kan Senayan adalah pusatnya olahraga di sini (Indonesia) dan saya mampir ke daerah-daerah untuk silaturahmi, karena saya lihat memang sudah banyak yg sudah melupakan kejadian itu,” ujar Midun sembari beristirahat di Stadion Patriot Candrabhaga.
Di usianya yang sudah menginjak setengah abad lebih ini, Midun hanya menghabiskan waktu 11 hari untuk sampai di Jakarta. Tidak ada bekal khusus yang disiapkan oleh Midun, ia hanya mempersiapkan latihan fisik selama tiga bulan.
“Kalo persiapan fisik kurang lebih hampir tiga bulan. Persiapan intensif secara tiga bulan. Latihan gowes, dalam kota kemudian luar kota,” tambah Midun.
Sepeda yang digunakan Midun terlihat bukan sepeda biasa, di mana sepeda itu dihiasi keranda di belakangnya.
Keranda memiliki simbol banyaknya korban meninggal di Tragedi Kanjuruhan usai laga Arema FC vs Persebaya di liga 1 musim lalu.
“Ya sebagai simbol banyaknya korban. Kemudian keranda itu kendaraan terakhir kita ketika kita sudah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa,” ucapnya.
Midun berharap, pemerintah dapat mengusut tuntas atas tragedi 135 korban nyawa melayang di Kanjuruhan.
“Ya kalau menurut saya diusut tuntas. Kalau dikembalikan ke pertanyaan lagi, sudah diusut, sudah tuntas, yang salah angin apakah pantas? Itu kan tinggal menjawab saja, pantas atau enggak,” katanya
“Pesan saya, ya kita semua istighfar dulu lah, menyadari kesalahan kita masing2. Kemudian, keputusan itu sudah pantas atau belum? Karena 135 nyawa itu ada anak kecil ada yg usia produktif. Untuk sementara, belum serius penanganannya. Negara belum serius,” pungkas dia. (rez)