RADARBEKASI.ID, BEKASI – Cerita-cerita di balik asal-usul nama-nama daerah selalu memikat perhatian. Menggali fakta-fakta yang belum terungkap sebelumnya adalah aktivitas yang tak pernah berakhir. Namun, semakin sedikitnya generasi muda yang tertarik untuk memahami sejarah menjadikan banyak cerita yang tak pernah terpublikasikan.
Di Kelurahan Kaliabang Tengah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi, terdapat Gang Lori, sebuah permukiman yang memiliki kisah unik. Awalnya, Gang Lori adalah jalur lintas kereta barang di daerah Kaliabang Tengah.
“Gang Lori itu dahulunya merupakan perlintasan jalur kereta barang yang ada di Bekasi. Jalurnya sampai lewat Nain (daerah yang tidak jauh dari Gang Lori),” ucap aktivis pemuda yang berasal dari Gang Lori, Uyung, Senin (29/8/2023).
Tidak ada informasi pasti mengenai tahun berakhirnya operasi kereta barang ini, namun diperkirakan terjadi pada 1960-an. Saat ini, Gang Lori telah berkembang menjadi sejumlah Rukun Tetangga (RT) serta kavling yang membuatnya semakin padat.
Meskipun sempit, jalan kecil ini cukup ramai karena berfungsi sebagai jalan pengganti saat jalan-jalan utama sering macet. Banyak pengendara yang memilih lewat Gang Lori pada jam-jam sibuk, seperti pagi atau sore hari.
“Jalan di sini bisa menjadi alternatif saat jalan raya macet pada pagi hari atau jam sibuk, karena menghubungkan ke Nain atau arah Alinda,” tambah Uyung.
BACA JUGA: Jejak Sejarah Berkembangnya Kawasan Industri di Kabupaten Bekasi
Penduduk asli Gang Lori awalnya berasal dari suku Betawi, namun seiring waktu, pendatang dari berbagai daerah mulai mendominasi. Mereka datang dan menetap di kota industri ini karena lokasinya yang strategis.
“Di sini, penduduk berasal dari berbagai suku seperti Jawa, Betawi, Sunda, dan bahkan Kalimantan. Ini adalah kota rantau,” jelas Uyung.
Keragaman masyarakat Gang Lori menciptakan lingkungan yang toleran dan solid dalam berbagai kegiatan, termasuk kerja bakti bulanan dan berbagai acara yang melibatkan banyak orang. Gang Lori juga memiliki kaitan dengan Kampung Lokomotif di Pejuangjaya, Medan Satria, yang memiliki sejarah terkait kereta. Perbedaannya, Kampung Lokomotif adalah tempat berkumpulnya kepala kereta atau lokomotif pada 1960-an.
Wilayah yang dahulunya dikelilingi oleh jalur kereta ini kini telah berubah menjadi permukiman yang dipenuhi rumah-rumah penduduk, warung, tempat makan, tempat ibadah, dan lainnya.
Dari sini, terlihat bahwa keunikan setiap daerah berasal dari peristiwa masa lalu yang diabadikan dalam nama-nama tempat tersebut. Nama-nama ini menjadi pengingat atau nostalgia atas apa yang pernah terjadi di masa lalu. (mg1/oke)