Berita Bekasi Nomor Satu
Bekasi  

Pasutri di Jatiasih jadi Mucikari

Rumah Ngontrak, Jualan Lewat MiChat

Illustrasi pelecehan seksual

RADARBEKASI.ID, BEKASI – Hati orang tua mana yang tak terenyuh, ketika mengetahui anak gadis kesayangannya dijual ke lelaki hidung belang. Perasaan ini yang dialami oleh T (47), warga kecamatan Bekasi Utara, Kota Bekasi. Anaknya YA (16), dimanfaatkan oleh pasangan suami istri K dan V untuk menjadi wanita penghibur.

Ya, selama dua bulan sejak pertengahan Juli lalu, YA menjadi dipaksa untuk melayani tamu pria oleh pasutri K dan V, di wilayah kecamatan Jatiasih. Selama dua bulan itu, gadis lulusan SMP ini hanya bisa pasrah, tidak banyak yang bisa dilakukan. Karena setiap harinya dia mendapatkan ancaman.”Saya gak bisa ngapa-ngapain,”katanya kepada Radar Bekasi, kemarin.

Ya bercerita, perkenalan nya dengan pasutri K dan V ini saat dia berkunjung ke rumah temannya. Saat itu, dia mendapatkan tawaran bekerja sebagai pemandu lagu dengan upah sebesar Rp4 juta sebulan. Tergiur dengan gaji tinggi, YA menyetujuinya tanpa menanyakan dimana tempatnya bekerja. Maklum saja, dia sudah ingin sekali bekerja membantu perekonomian keluarga.

“Mau kerja nggak ?, gaji Rp4 juta. Kalau saya kan belum tau apa-apa kan, tergiur dengan omongannya dia, saya ikut,” kata YA saat dijumpai, Kamis (21/9).

Setelah terjadi kesepakatan, akhirnya YA mengikuti Pasutri tersebut ke sebuah rumah kontrakan di wilayah Jatiasih. Disana, YA mengaku mendapati satu orang lainnya berinisial N.”Saya gak tahu kalau disuruh bekerja seperti ini,”imbuhnya.

Selama berada disana, gadis berambut panjang ini mengaku sering kali ditahan untuk pulang ke rumah oleh terlapor, bahkan diminta untuk berbohong kepada orang tuanya, sebelum akhirnya ia memberanikan diri untuk bercerita.

Rumah kontrakan tempat ia tinggal berada di lantai dua. Pintu kontrakan lain dihuni oleh pasangan yang sudah berkeluarga, kedua terlapor pergi ke luar kontrakan begitu mendapat calon tamu.

“(Orang tua) belum tau tadinya, makanya baru kemarin-kemarin saya cerita. Kata dia (terlapor) bilang aja disini dagang es,” ucapnya.

Berdasarkan pengakuannya, tamu yang datang didapat dari aplikasi MiChat, dikelola oleh V dan N. Sementara K, berperan menerima uang yang ia dapat dari setiap tamu yang datang.

Setiap melayani dua orang tamu, ia mendapat bagian Rp100 ribu. Dalam sehari, ia bisa melayani tamu laki-laki tiga sampai tujuh orang.

Lantaran merasa tertekan, ia akhirnya mengadukan apa yang dialami kepada orang tua. YA dijemput untuk lari dari rumah kontrakan tersebut oleh kakaknya pada Kamis (14/9).

Kuasa hukum YA, Agus Budiono meminta kepada pihak kepolisian untuk segera menindaklanjuti kasus ini. Peristiwa yang menimpa YA dilaporkan oleh orang tuanya pada Senin (18/9). “Atas laporan ini kita berharap segera ditindaklanjuti,” ungkapnya.

Laporan eksploitasi seksual ini telah ditangani oleh Polres Metro Bekasi Kota. Kasi Humas Polres Metro Bekasi Kota, Kompol Erna Ruswing membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan tersebut, saat ini kedua terlapor telah diamankan oleh Polres Metro Bekasi Kota.”Sudah dalam proses penanganan, dua orang terlapor sudah diamankan,” ungkapnya.

Ya, penanganan dan pencegahan kejahatan terhadap anak nampaknya harus benar-benar serius dilakukan. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mencatat lebih dari 9 ribu kasus kekerasan pada anak, diantaranya 4.280 kasus kekerasan seksual dan 112 eksploitasi anak hingga akhir Mei 2023.

Sementara data yang dipaparkan oleh Ahli Perlindungan Anak UNICEF, 500 ribu anak di Indonesia dilaporkan telah mengalami eksploitasi seksual daring dan perilaku berbahaya dalam satu tahun terakhir.

Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAD), Novrian mengaku, saat ini pihaknya mendampingi YA sebagai korban selama proses hukum berjalan. Selain pendampingan, pihaknya akan mempelajari langkah penanganan terhadap korban anak sesuai dengan kondisi psikologis anak.

“Kami mendampingi, akan dipelajari lebih lanjut apa yang bisa kita lakukan, apakah dengan pendekatan psikolog atau lainnya,” katanya.

Ada banyak faktor penyebab anak menjadi korban eksploitasi seksual, mulai dari alasan ekonomi hingga gaya hidup. Bahkan di luar dari faktor ekonomi, lingkungan sekeliling anak seperti teman berpeluang mempengaruhi anak sehingga terjerumus.

“Banyak faktor, seperti ekonomi, lalu gaya hidup. Ini menjadi tugas kita bersama,” tambahnya.

Menurutnya, diperlukan peran banyak pihak untuk mencegah eksploitasi anak, terutama eksploitasi seksual. (sur)