RADARBEKASI.ID, BEKASI – Target memenuhi ketersediaan air bersih bagi masyarakat Kota Bekasi masih. Pelanggan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) baru 29 persen, hanya 4 persen yang mendapat air dengan kualitas baik. Sementara itu, krisis air bersih akibat pencemaran Kali Bekasi saat ini membuat warga kembali mengaktifkan sumur bor. Padahal, pemerintah sudah membatasi penggunaan air tanah.
Universal akses menjadi salah satu agenda penting mewujudkan Sustainable Development Goals (SDGs) atau pembangunan berkelanjutan. Berhenti menggunakan air tanah diyakini menjadi jawaban isu penurunan permukaan tanah hingga ancaman tenggelamnya beberapa wilayah, termasuk bagian Utara Bekasi.
Larangan penggunaan air tanah bisa dilakukan jika masyarakat telah mendapatkan akses layanan air bersih yang memadai, kebijakan ini beberapa waktu lalu telah dimulai oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di beberapa wilayah. Sementara di Kota Bekasi, perjalanannya masih panjang, selain jumlah pelanggan SPAM masih rendah, kualitas air yang kerap dikeluhkan oleh masyarakat juga menandakan belum aman.
Direktur Utama Perumda Tirta Patriot, Ali Imam Faryadi mengatakan bahwa untuk memenuhi target SDGs ini, diperlukan air baku 8.000 liter per detik (lps) untuk memenuhi 70 persen pelayanan air bersih di Kota Bekasi. Sementara saat ini, pasokan air baku untuk Perumda Tirta Patriot dan Tirta Bhagasasi hanya 3.300 lps.
“Masih kurang 5.700 (lps), sedangkan kita Kalimalang susah ngambilnya. Ini yang terus kita koordinasikan dengan pemerintah,” katanya, Minggu (24/9).
Lebih lanjut, kendala utama untuk mewujudkan universal akses ini adalah kuantitas dan kualitas air baku. Selama menggunakan air Kali Bekasi, persoalan tidak hanya terjadi pada musim kemarau akibat limbah, juga pada musim penghujan saat dilakukan upaya pengendalian banjir di hulu.
Terkait dengan masyarakat yang kembali mengambil air tanah dengan sumur bor, pihaknya tidak bisa berbuat banyak. Hal ini didasari oleh pelayanan yang diakui belum maksimal, terlebih beberapa waktu terakhir.
Menambah jumlah pelanggan secara signifikan dengan masalah kuantitas dan kualitas yang kerap dihadapi nampaknya akan sulit. Jumlah pelanggan Perumda Tirta Patriot saat ini tercatat 61 ribu, jumlahnya akan bertambah seiring penyelesaian akuisisi dengan Tirta Bhagasasi, diperkirakan bertambah hingga 130 ribu pelanggan.
Dari total 12 kecamatan, dua diantaranya belum terjamah, yakni Kecamatan Bantargebang dan Mustikajaya, ditarget mulai terlayani dua tahun kedepan. Selain itu, sebagian besar hotel hingga apartemen juga belum menggunakan air SPAM, pemasaran kepada pelanggan ini terkendala kualitas dan kuantitas air yang diproduksi.
“Artinya bahwa proses akuisisi kedepan, ketika Bhagasasi semua sudah kita ambil alih, target saya secar simultan Bantargebang masuk, Mustikajaya masuk. Saya targetnya dua tahun kedepan 12 kecamatan sudah masuk semua,” ucapnya.
Terkait dengan rencana perubahan Intake air baku dari Kali Bekasi ke Kalimalang yang telah launching beberapa waktu lalu, disebut sebagai upaya untuk memperbaiki produksi air dengan kualitas air baku yang lebih baik, belum lagi ditambah dengan SPAM Jatiluhur 1 yang saat ini tengah dikerjakan oleh Pemerintah Pusat. Jaringan pipa rencananya dibangun dengan diameter 80 cm, membentang sepanjang 2,4 km dari Kalimalang untuk mengalirkan air baku.
Dengan kualitas air baku yang baik, ia meyakini masyarakat bersedia menggunakan air SPAM. Penggunaan air Kalimalang sebagai sumber air baku utama disebut sebagai solusi jangka panjang untuk menyudahi permasalahan produksi air Perumda Tirta Patriot.
“Artinya saya siap jual kemana saja, termasuk ke kelompok-kelompok elit sekalipun ketika kualitas air baku kita sudah nomor satu,” tambahnya.
Permasalahan krisis air ini menjadi salah satu prioritas Pj Wali Kota Bekasi, Raden Gani Muhammad usai dilantik pekan kemarin. Pertemuan antara Pj wali kota dengan Perumda Tirta Patriot telah berlangsung guna menyelesaikan permasalahan air bersih begitu Raden Gani mulai bertugas di Kota Bekasi.
Beberapa waktu lalu, Ketua RW 30, Kelurahan Teluk Pucung, Kecamatan Bekasi Utara, Nyoto mengatakan bahwa sebagian warganya yang memiliki mesin pompa air kembali diaktifkan selagi air PAM masih bermasalah. Total ada 400 warganya yang menjadi pelanggan SPAM, warga yang memiliki sumur bor saling berbagi kepada warga yang lain.
Meskipun, ia menyebut bahwa kualitas air tanah dan wilayahnya tidak bagus. Hal ini juga diduga melatarbelakangi warganya berpindah sumber air bersih dari air tanah ke PAM.
“Kalau disini air (tanah)nya kurang bagus, kalau disedot itu bau, tapi baunya bau wajar lah. Makanya dulu beralih ke PAM, mungkin seperti itu,” ungkapnya.
Warga Bulak Perwira Bekasi Utara, Nur Hidayati adalah salah satu warga yang memilih untuk membuat sumur bor baru saat air PAM bermasalah. Ia memilih untuk tidak lagi menggunakan air PAM lantaran tubuhnya gatal-gatal pada saat air baku dari Kali Bekasi tercemar parah.
“Sekarang saya ngebor. Baru kemarin ngebor, kalau kemarin saya beli air isi ulang, satu kali mandi 10 ribu,” ungkapnya belum lama ini.
Sementara itu, Dirjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Diana Kusumastuti pada saat launching perencanaan pemindahan Intake air baku di Kota Bekasi menyampaikan bahwa masih ada gap antara masyarakat yang telah mendapatkan layanan air minum dengan masyarakat yang belum mendapat pelayanan. Jaringan perpipaan saat ini masih 19,47 persen, dengan peningkatan akses pelayanan air minum lima tahun terakhir hanya 0,5 persen.
Kondisi tersebut menjadi tantangan besar dalam mencapai universal akses, masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan mulai dari pemerintah pusat hingga Pemerintah daerah.
Lebih lanjut, jumlah pelanggan SPAM di kota Bekasi saat ini baru 130.934 sambungan langsung, atau 26 sampai 29 persen cakupannya. Meskipun dalam tiga tahun terakhir rapor Perumda Tirta Patriot masuk dalam kategori sehat, masih minim jumlah pelanggan yang menerima air dengan kualitas baik.
“Namun dari segi kualitas, yang diterima pelanggan itu hanya 4,18 persen yang bagus. Kita perlu meningkatkan lagi 4,18 dari yang 26 persen ini supaya kualitasnya juga bersih,” ungkapnya.
Selain pemerintah kata dia, upaya untuk menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air minum juga membutuhkan kerjasama dari masyarakat. Kondisi air baku yang tercemar ini disebut akan berimbas pada peningkatan kinerja Perumda Tirta Patriot.
“Air baku memang saat ini dimanfaatkan oleh Perumda Tirta Patriot ini sudah tercemar, dan ini tentunya akan menyulitkan penambahan pelayanan,” tambahnya.
Diana mengingatkan peran semua pihak untuk menjaga lingkungan, terutama persediaan air tanah. Area resapan air di tiap lingkungan rumah maupun bangunan lainnya akan berguna menyimpan air di dalam tanah, sehingga menghindari kekeringan pada saat musim kemarau, atau banjir pada saat musim penghujan. (sur)